Makan siang kali ini Jaemin tidak membawa bekalnya. Kemarin Baekhyun memberi pengumuman jika ia akan mentraktir semua orang.
Tempatnya tidak jauh dari studio. Meski berjalan kaki di tengah terik matahari, semua terasa menyenangkan karena percakapan kecil di antara mereka. Tapi sepertinya tidak begitu saat mereka memasuki restoran.
Yura hari ini berangkat siang, dan Baekhyun menyuruhnya untuk langsung ke restoran saat datang. Jaemin, setelah setengah hari bebas dari gangguan wanita itu, kini kembali merasakan sikap seniornya yang cukup menyebalkan.
Awalnya Jaemin biasa saja dan menganggapnya candaan tidak berarti, tapi sejak Yura melihatnya dijemput Jaehyun, wanita itu terang terangan mendekatinya.
"Jaemin, tadi aku melihat ini dan langsung teringat padamu." Yura menunjukkan sebuah gantungan kunci kecil berbentuk kelinci, meletakkannya di depan meja Jaemin yang duduk di sampingnya.
"Terima kasih." Jaemin hanya membiarkan gantungan kunci itu di depannya.
"Kau suka?"
"Ya. Tapi aku lebih suka kucing."
Jaemin merasa sedikit bersalah melihat raut sedih Yura, seniornya itu sebenarnya cukup baik, tapi akhir akhir ini sedikit menyebalkan.
"Yura berhenti mengganggunya." Baekhyun yang duduk di sebelah Yura memaksa bertukar tempat. Meski ada perdebatan kecil, Jaemin bernapas lega karena yang di sampingnya kini adalah Baekhyun.
Makan siang berlangsung dengan obrolan kecil mengenai pekerjaan, lebih banyak membahas proyek yang akan datang bersama salah satu brand kosmetik ternama.
"Jaemin, kau mengenalnya?" Baekhyun berbisik lirih, matanya melirik ke sisi kiri, meminta Jaemin melihatnya, "Beberapa kali dia melihat ke sini."
"Daddy?" Setelah sekian lama, Jaemin kembali melihatnya. Rasa rindu kini memuncak memenuhi hatinya. Sejak ia tinggal dengan keluarga Youngho, Chanyeol selalu memiliki beribu alasan untuk menolak bertemu dengannya.
Di jarak tiga meja darinya, Chanyeol tengah berbincang dengan seseorang. Tidak lama mereka saling berjabat tangan sebelum orang itu pergi.
"Kau kenal?"
"Ayahku, Hyung. Sebelum bersama keluargaku yang sekarang, aku tinggal dengannya."
"Pergilah, temui ayahmu."
"Terima kasih, Hyung. Aku akan segera kembali ke studio nanti."
Jaemin berpamitan pada seluruh rekannya. Baekhyun mencegah banyak pertanyaan muncul dengan mengajak mereka kembali ke studio.
.
.
"Daddy selalu menolak bertemu denganku, dan sekarang lihat dirimu. Apa istrimu tidak merawatmu dengan baik?"
Semua rekan kerja Jaemin sudah kembali ke studio, meninggalkan Jaemin yang kini duduk berhadapan dengan Chanyeol.
Jaemin tidak berhenti memperhatikan penampilan Chanyeol. Ayahnya yang dulu sangat tampan tubuh proporsional dan wajah cerianya itu, kini terlihat kurus dengan ekspresi datarnya. Senyum yang dulu mudah sekali terbentuk di wajah itu seolah tidak berbekas sama sekali.
"Maaf. Daddy hanya tidak ingin mengganggumu dengan keluarga barumu."
Jaemin berdecak kesal, "alasan. Bilang saja Daddy memang tidak merindukanku."
"Daddy sangat merindukanmu."
"Bohong. Membalas pesanku saja sangat lama." Jaemin selalu berpikir jika Chanyeol sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya, melupakan Jaemin yang hanya bagian dari masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Call It Ours (2Jae)
Fiksi Penggemar[JAEJAE] Jaehyun yang selalu gagal dalam percintaannya dengan wanita, bertemu Jaemin-si anak asuh pasangan gay-yang tengah mencari jati diri. "Kau tahu? Cinta bisa tetap dimiliki tanpa harus saling memiliki."