Maaf updatenya super slow :)))
...
Jaehyun gila. Benar-benar sudah gila. Entah apa yang merasukinya hingga begitu berani mencium Jaemin. Sebagai yang lebih dewasa, tidak seharusnya ia membuka jalan bagi mereka untuk berada pada dosa seperti ini.
Tapi haruskah Jaehyun menyesal? Ia tidak bisa melangkah mundur sekarang. Tidak saat ia telah menumbuhkan harapan di dalam hati si manis yang kesepian.
"Apa hidupmu begitu berat selama ini?"
Jaehyun mengusap pelan surai hitam Jaemin yang tertidur pulas di pangkuannya. Selama ini ia hanya tahu dari pada yang anak itu tunjukkan, tidak dengan segala kesakitan yang selalu disembunyikan di balik sikap tengilnya yang menjengkelkan.
Jaemin kesepian, terlihat jelas pada hari pertama pertemuan mereka. Jaemin yang tidak percaya diri, Jaemin yang penuh rasa takut dan kesedihan. Sedikit banyak Jaehyun bisa melihatnya.
Tapi ia tidak menyangka hidup Jaemin benar-benar sendirian dalam sepi yang menyiksa.
Kesepian yang dikiranya karena lingkungan dan pergaulan sekolahnya, tidak seberapa dengan Jaemin yang ditinggalkan oleh dua orang yang selama ini ia anggap sebagai malaikat penjaganya. Kedua orang tua Jaemin yang entah pergi kemana melepas tanggung jawab demi ego masing-masing.
Rasa tidak percaya diri sekaligus ketakutan untuk ditinggalkan telah menyatu membuatnya tenggelam begitu dalam pada kesedihan.
"Maaf aku ketiduran."
Jaehyun yang ingin mencegah kalah cepat dengan si manis yang lebih dulu bangun.
"Sudah larut. Kau tidak pulang?"
"Kau mengusirku?"
Jaemin tidak menjawab. Anak itu myandarkan tubuhnya di sofa lalu menguap lebar.
"Awas ada lalat masuk." Jaehyun menutup mulut terbuka Jaemin dengan tangannya, lalu terkekeh saat melihat si manis memicing tidak suka.
"Kau terlihat sangat nyaman tidur di pangkuanku. Tidurlah sebentar lagi." Jaehyun menarik bahu Jaemin, tapi anak itu menghindar.
"Sudah malam. Kau harus pulang."
"Aku akan menginap." Jaehyun mengikuti Jaemin yang melirik ponselnya di atas meja. Tertera nama ibunya pada layar. Panggilan yang sejak tadi Jaehyun abaikan dalam mode diam ponselnya. Anak durhaka.
Dengan tidak rela Jaehyun beranjak dari duduknya.
"Besok aku akan menjemputmu."
"Bersama Minjung?"
"Maumu?"
"Tidak."
"Baiklah." Jaehyun tersenyum, "aku pulang."
Jaemin mengangguk. Ia sedikit berjinjit untuk mencium pipi Jaehyun. "Hati-hati," senyumnya terukir begitu manis.
Kau tidak memaksakan perasaanmu 'kan, Jaehyun?
.
.
Tidak langsung pulang, Jaehyun menghentikan mobilnya tidak jauh dari rumah. Ia menghirup napas dalam, menenangkan jantungnya yang terus bergemuruh sejak perbuatan impulsifnya beberapa jam lalu. Jaemin benar-benar telah mengacaukan akal sehatnya.
Sekarang, bagaimana ia bisa menghadapi keluarganya tanpa rasa bersalah? Tidak bisa ia bayangkan wajah kecewa orangtuanya mengetahui putra bungsu mereka berbelok pada jalan yang tidak semestinya.
Drrrttt
Sooyoung menghubunginya.
Baru saja akan menjawab, panggilan terputus, dan Jaehyun lebih memilih melajukan kembali mobilnya. Lebih baik tanya langsung saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Call It Ours (2Jae)
Fanfiction[JAEJAE] Jaehyun yang selalu gagal dalam percintaannya dengan wanita, bertemu Jaemin-si anak asuh pasangan gay-yang tengah mencari jati diri. "Kau tahu? Cinta bisa tetap dimiliki tanpa harus saling memiliki."