19||•Rumit•

4.2K 270 14
                                    

Karena bel masuk sudah berbunyi, dengan terpaksa semuanya harus dihentikan. Padahal, masih banyak yang harus mereka bicarakan.

"Gue mau ngomong sama kalian, pulang sekolah dateng dulu ke halaman belakang sekolah. Kalau kalian gada, gue bakal bikin kalian ga naik kelas," ancam Clara serius.

"Hi ... aduh-aduh itu yang masih makan, mohon secepatnya dihabiskan ya! Kita akan lanjutkan ulangan hari ini," pinta Susi saat melihat ada seseorang yang masih mengunyah makanan.

"Oke, udah habis ya. Semuanya, saya beri waktu lima menit untuk memperbaiki seragam kalian yang berantakan. Ayo cepat-cepat!" suruh Susi. Memang, Susi ini tidak terlalu kejam seperti guru lainnya, hanya saja ia sangat terkenal dengan kedisplinan nya.

Setelah dirasa cukup rapi, Susi segera membagikan ulangan kedua, yaitu mata pelajaran sejarah.

"Peraturannya sama seperti yang tadi sudah Ibu jelaskan. Waktu kalian sama, 90 menit. Silakan dikerjakan dari sekarang," ujar Susi.

Clara tak bisa fokus ujian, pikirannya terbelah ke mana-mana. Banyak sekali pikiran-pikiran yang sedang menempuh ruang benak pikirannya.

"Aghh!" teriak Clara tiba-tiba, hingga membuat semua siswa menatap dirinya aneh.

"Clara? Kenapa?" tanya Susi yang melihat wajah Clara sangat berantakan dan keringat yang bercucuran.

"Maaf-maaf Bu, saya gapapa," jawab Clara yang berusaha menetralkan emosinya.

"Baru di putusin pak ketos kali," celetuk Banu.

"Sejak kapan mereka pacaran?" timpal Noval.

"Apaan sih an---"

"Jaga omongan lo, jangan toxic depan guru," bisik Dina.

"Sudah-sudah, silakan dilanjutkan mengerjakan ulangannya! Clara, jika sakit pergi saja ke UKS." ujar Susi.

"Iya bu," jawab Clara pelan.

"Din ... gue ga bisa ngerjain, otak gua lagi buyar," bisik Clara pada Dina.

Pandu yang mendengar bisikan Clara segera memberikan kertas ulangannya ke meja Clara.

"Gue ga butuh bantuan lo," desis Clara.

"Gue ... gue belum selesai semua Cla," balas Dina dengan berbisik pula.

Clara menghela nafas berat, dengan terpaksa ia melihat jawaban kertas Pandu. Ia segera menyalin jawaban milik Pandu, setelah selesai, ia segera memberikannya lagi pada Pandu lewat bawah meja.

"Makasih," ujar Clara. Clara memang sangat membenci Pandu, tapi ia juga bukan tipe orang yang tidak tau terimakasih saat sudah dibantu.

"Sama-sama," jawab Pandu dalam hati. Ia tersenyum singkat, walau terdengar tak ikhlas, setidaknya Clara masih mengucapkam terimakasih padanya.

90 menit berlalu...

"Waktu habis. Silakan taruh kertas kalian diatas meja, kalian silakan keluar ruangan. Semangat belajar untuk ulangan besok, good luck!" ujar Susi.

Semua siswa mulai berhamburan keluar kelas, ada yang langsung bergabung dengan teman-temannya, ada yang jajan dan berbagai kegiatan lainnya.

Lisa dan Airin terdiam di depan kelas, mereka tidak takut dengan segala ancaman Clara, namun mereka tidak mau dipandang sebagai seorang pengecut.

"Jadi gimana? Lo mau datengin Clara?" tanya Airin memastikan.

"Gue bingung," jawab Lisa gelisah.

"Ck! Bingung kenapa lagi?" tanya Airin kesal, mengapa Lisa sangat plin-plan? Tadi ia sangat kesal dengan Clara namun sekarang malah merasa bingung. Bagaimana jika Lisa berbaikan dengan Clara?

CINTA SEPIHAK [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang