Airin bersiap untuk pergi ke sekolah dengan semangat. Banyak rencana yang akan ia mulai hari ini, termasuk mendekati Pandu. Dengan tas sneakers berwarna maroon dan rambut yang diurai rapi, sangat menambah kesan gadis cantik nya.
"Non, jangan lupa bawa alat hisapnya," pesan Bi Mirna seraya menyiapkan sarapan untuk keluarga tuannya.
"Lagian sok-sokan gamau check up, jadi kambuh kan kemarin," ujar Ida, ibunda Airin.
"Jangan sok kuat jadi orang," nyinyir Tama, ayah Airin.
Airin menghela nafas panjang, "gue mau makan, bukan mau ribut."
"Anak zaman sekarang gatau sopan santun," celetuk Ida asal.
"Emang kalian udah ngajarin gue cara sopan santun? Pernah ga? Haha, punya orang tua kerjaannya cuma bisa ngejar dunia aja, tapi dunia akhirat dilupain, termasuk anak sendiri," balas Airin.
"Udah, kita makan," lerai Ida. Ida dan Tama sebenarnya paham, bahwa Airin kurang kasih sayang mereka, dari kecil, Bi Mirna lah yang merawat dan mengurus Airin. Tapi apa daya, mereka melakukan ini juga demi kebaikan bersama.
"Udah ilang selera makan," desis Airin segera mengambil tasnya dan pergi.
Namun langkah Airin berhenti saat Tama, ayahnya berteriak kencang, "saya pindah kesini atas keinginan kamu, dan kamu seenaknya bersikap seperti itu?"
Airin menoleh, "lo...lo gatau masalah apa yang lagi gue rasain sekarang."
Ida khawatir dan mendekati Airin, "kamu kenapa, sayang?"
"Urus aja kerjaan lo, gausah sok perhatian sama gue," ujarnya yang segera melanjutkan langkahnya.
Airin membawa motor dengan kecepatan diatas rata-rata. Kelakuan ini sering ia rasa saat sedang ada masalah pribadi. Beginilah nasib seorang introvert yang tidak memiliki teman untuk bicara.
Dari seberang parkiran sekolah, ia melihat Pandu dan Clara yang baru saja turun dari motor. Sangat serasi, namun ada perasaan ingin menghancurkan tawa yang tercipta di bibir Clara.
"Clara, Pandu," sapa Airin.
Clara dan Pandu menoleh kebelakang, "ehh, Rin."
"Bareng yu ke kelasnya!" ajak Airin.
Clara mengangguk, "ayo!"
Baru satu langkah mereka berjalan, Clara sudah menyuruhnya berhenti.
"Kenapa, Cla?" tanya Pandu.
"Lo kenapa?" tanya Airin.
"GUE LUPA!" teriaknya histeris.
Airin menampakkan wajah herannya, "lupa apa?"
Pandu berdesis, "emang heboh, Rin, anaknya."
"Ihh, gue tuh ada janji sama orang," ujar Clara seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Terus apa?"
"Gue jadi perwakilan sekolah di pembukaan gedung kesenian baru," tutur Clara.
Pandu mendelik, "kok lo sih? Disini kan yang jadi ketos tuh gue."
"Nyatanya, murid biasa lebih dikenal dibanding ketos, mungkin."
"Nah iya tuh bisa jadi," ujar Airin mendukung pendapat Clara.
"Iya deh, cewe selalu benar. By the way lo kesana naik apa?" tanya Pandu.
"Bareng sama guru seni budaya, naik mobil dia kali," balas Clara.
"Ohh yaudah, hati-hati ya! Nanti kalau baliknya butuh jemputan, chat gue aja ya!" pesan Pandu.
Airin kesal mendengar kata-kata perhatian dari Pandu pada Clara, "jijik gue," batinnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA SEPIHAK [TERBIT]
Novela Juvenil"Hal terbodoh yang pernah lo lakuin apa, Cla?" tanya Pandu. "Harus jujur?" "Iyalah." "Suka bertahun-tahun sama sahabat sendiri dan gaberani bilang gue suka sama dia hingga akhirnya dia jadian sama temen deket gue." "Lo... lo suka sama gue?" "Udah te...