30||•Retak•

4.7K 234 3
                                    

"Kemarin gue tetep bertahan, karna gue yakin lo bakal balik ke rumah lo lagi. Tapi nyatanya, lo udah punya rumah baru buat berteduh."
-Clara Anggelista
***

     Ilham menarik tangan Clara agar tidak lagi berlari pergi, "jangan kabur Cla."

Clara menghentikan langkahnya dan terjatuh di tanah, seolah dunia dialah yang sudah hancur. Ia sangat menyayangkan hal yang sudah Airin perbuat dengan lelaki yang selama ini ia kagumi.

Saat ia tahu Pandu dan Airin pacaran, Clara sudah berniat untuk melupakan Pandu. Ia bahkan membuang dan membakar semua barang kenangan yang ia lalui bersama Pandu.

Sifat Clara ini susah sekali ia hilangkan, jika ia disakiti, dipatahi bahkan dikecewakan, hatinya tidak rapuh sama sekali. Biasanya orang ketika disakiti akan malah menjadi benci, namun tidak dengan Clara. Semakin ia disakiti, semakin besar pula rasa sayangnya.

Tapi, bagaimanapun Clara berusaha untuk melupakan, bayangan Pandu justru semakin nyata. Apalah daya jika perasaan sudah diatas kendali logika. Clara tidak pernah bisa menaruh dendam pada seseorang apalagi Pandu.

"Ngapain lo sedih?" tanya Ilham yang segera duduk disamping Clara. Ilham menarik kepala Clara agar bersender di bahunya.

Clara tidak membalas ucapan Ilham, dirinya masih terasa sangat shock. "Lo ga boleh sedih," kata Ilham sambil menyeka air matanya.

"Gue ga tau harus gimana," jawab Clara akhirnya.

"Harusnya lo ketawa Cla, lo udah dijauhin orang jahat kek dia, lo baik ga pantes bersanding sama orang kek dia," ucap Ilham lembut.

Air mata Clara kembali menetes deras, "gue udah berusaha lupa, tapi gue ga bisa."

"Gue cape sama perasaan gue sendiri Bang. Gue kecewa sama Pandu Bang. Gue juga kecewa sama diri gue sendiri, gue kira cinta gue bakal berakhir bahagia, tapi taunya? Pandu udah ngelakuin ... hiks."

"Lo kuat," ujar Ilham memberi semangat.

"Berusaha lupa udah, berusaha suka sama orang juga udah. Tapi nihil Bang, gue ... gue udah bener-bener suka sama Pandu," ada rasa sakit tersendiri saat Clara menyebut nama Pandu.

"Lo boleh nangis, lo boleh nyesel, tapi jangan kelamaan larut dalam sedih. Lo ada gue yang setia dengerin curhatan lo, lo bisa tanpa Pandu," ucap Ilham.

"Gue mau pergi jauh Bang," ujar Clara disela isakan tangisnya.

"Lo yakin mau jauh dari semua orang disini?"

Clara mengangguk. Mungkin penyebab ia tidak bisa melupakan Pandu salah satunya karena mereka masih sering bertemu. Bahkan jika bisa, ia akan tinggal di ujung dunia sekalipun agar tidak bertemu lagi dengan Pandu.

"Minggu depan gue lanjut kuliah di Austria, lo mau ikut?" ajak Ilham.

"Gue mau, tapi Mama gimana?"

"Mama kita ajak juga," kata Ilham.

Ucapan Ilham yang mengajak Clara untuk ikut tinggal di Austria, membuatnya sedikit tenang. Ia yakin bahwa ia akan berhasil melupakan Pandu.

"Sekecewa kecewanya lo sekarang, bakal Allah ganti sama semua kebahagiaan kebahagiaan, gue yakin," ujar Ilham yang menatap mata sendu Clara dan mendekapnya erat.

CINTA SEPIHAK [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang