39|| LAST END

7.8K 228 17
                                    

"Hari ini, esok, atau nanti, cuma ada lo. Tetep lo gak ada yang lain."

***

Perjalanan dari Austria menuju Indonesia memakan waktu satu hari, jadi saat mereka sampai di Jakarta, Gibran telah dahulu dikebumikan.

Noval mengantar Pandu, Clara, Dina dan Ilham untuk mengunjungi makam Gibran yang kebetulan berada disamping makam Airin.

"Du, sebenernya lo masih ada dendam ga sih sama Airin atau Gibran?" tanya Noval yang fokus menyetir.

"Gue sih ngga ada, cuma ya diotak gue mereka ke-cap udah ngelakuin kesalahan aja gitu," ujar Pandu.

"Gitu mah sama aja dendam!" tandas Dina.

"Lah, jelas beda. Kalau dendam tu lo mau musuh lo ngerasain apa yang lo rasain, kalau gue ya ga pengen mereka dapet karma yang sama. Cuma paling kalau ketemu gue langsung hilang respect," jelas Pandu.

"Lo mau ketemu setan? Suka asal ngomong lo Du, istighfar buru!" suruh Noval tegas.

Pandu menjitak dahi Noval dengan kuat, "perumpaannya anj***g!"

"Santai-santai gue bercanda," nyali Noval menciut saat Pandu sudah melayangkan mata elangnya.

Tak lama mobil terparkir di parkiran TPU, Noval yang terlebih dahulu keluar dari mobil, hingga diikuti oleh yang lainnya.

"Beli bunga dulu?" tanya Clara saat melihat toko bunga sebelum masuk area pemakaman.

"Eh iya, kita belum punya bunga," balas Dina dan langsung membeli sedikit bunga untuk ditaburkan diatas makan Gibran dan Airin.

Clara sudah berada di tengah-tengah tempat peristirahatan terakhir temannya, disisi kiri terdapat makam Airin, dan disisi kanan nya lagi makam Gibran.

"Kenapa kalian pergi secepat ini?" tanya Clara yang tak terasa air mata sudah turun membanjiri pipinya.

"Di kuburan ga boleh nangis Cla," peringat Ilham.

"Kenapa?" tanya Dina.

"Ntar orang yang didalem kuburnya ga tenang, jadi kita harus ikhlas ngelepas dia pergi. Biar dia juga tenang pergi ninggalin kita. Tahan air mata lo ya," jelas Ilham sambil mengelus punggung Clara.

"T-tapi Bang, hati gue sakit banget liat dua orang baik ini udah pergi," ucap Clara pilu.

"Lo harus ikhlas Cla."

Ilham memimpin semua teman-temannya untuk berdoa. Inti dari doa mereka sama, menginginkan yang terbaik untuk kedua sahabatnya.

"Selamat jalan, semoga jalanmu menuju tempat keabadian dipermudah, selamat bertemu di Syurga nanti."

***

Ada mungkin dua bulan Pandu dan Clara tidak masuk sekolah. Seperti biasa, Pandu menjemput Clara untuk pergi bersama.

"Clara!" panggil Pandu sambil memencet bel rumah Clara. Tumben sekali Clara belum ada di depan gerbang, biasanya tiap Pandu menjemput, dirinya sudah ada di depan gerbang.

Clara keluar dengan terburu-buru dari dalam rumah, rambutnya terlihat sedikit acak-acakan. "Ndu, maaf ya gue lama. Tadi bangunnya kesiangan."

Pandu menarik tangan Clara hingga mereka saling berdekatan, "rambut lo berantakan." Pandu merapihkan rambut Clara dengan jarinya.

"Lo mau sekolah dandan dulu?" tanya Pandu.

"H-hah? Ngga, gue cuma pake bedak bayi sama liptint doang sedikit biar ga keliatan pucet," jawab Clara.

CINTA SEPIHAK [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang