25

5.9K 669 10
                                    

Jeonghan marah.

Mingyu menghilang begitu saja padahal ia sudah meminta Mingyu untuk menemani Wonwoo.

"Mingyu kenapa tidak kembali lagi?" tanya sang ibu.

Kini Wonwoo sudah dipindahkan ke ruang rawat inap, kondisinya pun perlahan lahan mulai stabil.

"Entahlah, lagipula kenapa ibu dan ayah masih bersikap baik pada Mingyu? Ayah dan ibu tau Wonwoo hampir ditembak oleh mafia gila itu" omel Jeonghan.

Flashback

"Selamat tinggal Jeon"

Dor.

Wonwoo terkejut, Mingyu benar benar melepas pelurunya melalui pistolnya.

Telinga Wonwoo perih, ia mencari luka di sekujur tubuhnya tapi nihil. Hanya telinganya saja dan dia baru sadar, Mingyu tidak menargetkannya.

"Pergilah"

"Kak—"

"AKU BILANG PERGI SEBELUM AKU MENYESALINYA!" bentak Mingyu yang masih menodongkan pistolnya ke arah Wonwoo.

Wonwoo yang ketakutan langsung pergi dari sana dan keluar dari mansion Mingyu diantar oleh Chaeyeon. Kemudian Chaeyeon menghentikan taksi untuk Wonwoo dan membantunya masuk ke dalam taksi.

"Aku akan merindukanmu" ucap Chaeyeon.

"Aku juga, terima kasih sudah menemaniku" ucap Wonwoo dengan suara sendunya.

"Hati hati dijalan Je!" Chaeyeon melambaikan tangannya seraya Wonwoo mulai meninggalkan tempat.

Kemana lagi Wonwoo pergi? Kalau bukan ke rumah orang tuanya.

Flashback end.

"Kim Mingyu yang sejauh ayah kenal, dia akan membunuh siapapun yang mengkhianatinya. Tapi melihat bagaimana dia tidak membunuh Wonwoo, ayah yakin dia sangat mencintai Wonwoo"

"Ayah—"

"Nak, mereka berdua saling mencintai. Hanya saja mereka berdua sedang tersesat sekarang, ayah tidak membela Mingyu. Tapi ayah rasa Mingyu juga tidak ada salahnya, yang salah itu Wonwoo yang berbohong terkait keadaannya membuat Mingyu menarik Wonwoo ke dalam lingkarannya"

"Tapi ayah, itu semua karena Wonwoo ketakutan"

"Apa ayah pernah mengajarimu berbohong hanya karena kau ketakutan?"

"Ti—tidak"

"Ayah tidak pernah mengajarkan kalian untuk berbohong dalam situasi apapun, kalau kalian tidak mampu mengatasinya. Seharusnya kalian tidak melakukannya sejak awal, sebut saja ini adalah konsekuensi"

-🌅-

"Hey gyu, pria tadi yang duduk di depanmu. Dia siapa? Sepertinya aku kaya pernah melihatnya di suatu tempat" ucap Seungcheol.

Saat ini mereka berada di dalam mobil van milik Seungcheol dan yang menyetir adalah Soonyoung.

"Kenapa? Apa kau tertarik?" ejek Soonyoung.

"Diam kau" balas Seungcheol.

"Jeon Jeonghan, kakak Wonwoo. Dia pernah bekerja di perusahaanmu" jelas Mingyu.

"Ah! Pria yang mengundurkan diri dua bulan lalu itu? Astaga sayang sekali padahal kinerjanya bagus" ucap Seungcheol.

"Astaga sayang sekali padahal aku mau mendekatinya, kata hati seorang Seungcheol" celetuk Jihoon membuat semuanya terkekeh.

"Tapi dia memang manis sih, tipe Seungcheol sekali" timpal Jisoo.

"Tapi setelah melihat kehidupan adiknya, aku ragu dia mau didekati oleh seorang mafia" balas Seokmin yang menampar Seungcheol dengan kata katanya.

"Memangnya aku kenapa?!" Seungcheol melotot ke arah Seokmin.

"Hey! Kau dan Mingyu itu sama sama gila! Lihat lah tangan kalian, tubuh kalian yang penuh luka itu. Astaga aku tidak membayangkan bagaimana rasanya bersetubuh dengan pasanganku yang tubuhnya penuh dengan luka" omel Soonyoung.

"Apa itu menjijikan?" tanya Seungcheol.

"Lupakan saja ucapan mereka" balas Mingyu.

"Aku sebagai team bottom juga menyetujui ucapan Soonyoung, horny ku mungkin hilang setelah melihat luka ditubuh kalian" balas Jisoo membuat Seungcheol dan Mingyu mulai khawatir.

"Sialan"













To be continue...

Lies ; Meanie ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang