07 | Ring box

36 9 1
                                    

Nana masih merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan namun disisi lain dia juga puas atas tamparan yang diberikan pada Ailin, sorot matanya tertuju pada ring box yang terpental tak jauh dari tubuh Ailin. Melihat benda kecil itu Nana langsung berjalan untuk mengambilnya.

"Jadi ini?!" bentaknya sembari menunjukkan ring box pada Ailin yang masih dalam keadaan tersungkur di lantai, "gue kan udah bilang jangan terlalu masuk ke dalam hidup Youra!" lanjutnya.

Sorot mata Ailin kembali menatap Nana kini penuh dengan luka di hatinya, gadis itu terlihat sedu seraya mengenggam erat ring box di tangan kanannya. Berusaha untuk bangkit lantas berbicara dengan Nana, "Youra....youra!" lirihnya lalu menatap langit-langit rumah dengan samar.

"Bersyukurlah.. sampe detik ini gue masih belum benci dia." timpal Ailin semakin menyulut emosi Nana.

Nana yang kesal berniat menampar Ailin sekali lagi namun berhasil ditampis oleh Ailin, keduanya sama-sama menatap dengan penuh rasa kekecewaan juga kebencian.

"Kau yang putuskan, lagipula gue gak perlu susah-susah buat jadi orang yang bahkan gak pernah gue kenal." Sahutnya lagi.

"AILIN!"

"Apa?! gue nanya baik-baik tapi apa? lu nampar gue Na! gue cuma pengen tahu gimana Youra biar gue bisa jadi dia tanpa ada kesalahan sedikitpun, lo gak pernah nanya gimana perasaan gue, apa gue seneng pura-pura kek gini, lo gak pernah nanya gitu." Ungkap Ailin kesal, hatinya semakin tersayat kala Nana tak menggubris satupun perkataan yang ia lontarkan.

Menatap Nana begitu lekat berharap gadis itu juga membalas tatapan sayu nya, namun kenyataan selalu bertolak belakang dengan yang ia harapkan. Gadis itu bahkan sama sekali tidak mencoba menoleh atau sekedar meliriknya. Untuk kedua kalinya Ailin kembali merasakan kehilangan sahabat namun kini keadaannya jauh lebih menyedihkan, Nana satu-satunya teman di kehidupan baru yang tidak menentu ini. Ketakutan Ailin ternyata bukan hanya sekedar pemikiran namun juga kenyataan, ia sangat tak menyangka pertanyaan yang ia ajukan akan berakhir seperti ini.

"Gue gak jadi nginep, gue mau pulang aja lo gapapa kan?" Tanya Nana pamit dan lebih memilih untuk tidak lanjut menginap di rumah Youra bersama Ailin.

"Nggak na, besok aja pulangnya gue gak bakal nanya lagi kok." balas Ailin melarang Nana untuk pulang.

"Gak bisa Lin, ntar malah makin runyam.."

Ailin pun tak punya pilihan selain meng-iya-kan permintaan Nana lagipula perkataannya juga benar, suasana pasti bakal bertambah rumit jika mereka tetap bersama. Terkadang kita harus mengikhlaskan sesuatu untuk tujuan yang lebih baik, Nana pergi beranjak ke kamar dan mulai membereskan pakaian untuk persiapan pulang, ketika keduanya sibuk dengan pikiran mereka tiba-tiba kedua pria tadi kembali ke rumah Youra dan tidak sengaja melihat Nana yang sudah berada di depan pintu rumah sembari membawa tasnya. Melihat itu Jae dan Ye Jun mulai bingung dengan apa yang terjadi antara kedua gadis itu tadi.

"Ehh Na? lu mau pulang?" Tanya Ye Jun memastikan namun Nana diam tak menjawab.

Kemudian ketika keduanya masuk ke dalam rumah, terlihat Ailin sedang bersandar di sofa dengan wajah sendu, Kang Jae dan Ye Jun sadar bahwa sesuatu yang tidak mengenakkan telah terjadi lantas memutuskan untuk mengobrol dengan keduanya. Ye Jun berbicara dengan Nana dan Kang Jae dengan Ailin.

"Ada apa?" Tanya Kang Jae penasaran sekaligus khawatir sebab gadis yang ia ajak bicara terlihat seperti habis menangis, tetapi seperti perkiraanya gadis itu hanya menggeleng dan tak menjawab pertanyaan yang ia lontarkan. Dia tahu dengan jelas di saat seperti ini dirinya memang harus ekstra sabar.

"Mau ditemenin aja?"

"Ra.. " ucapnya sekali lagi kini dengan nada sendu berharap Ailin menjawabnya walau sekali.

[✓] Lingkar SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang