02 | Things Unsaid

52 11 0
                                    

Bagaimana mungkin kita berharap dan kehilangan sesuatu hal yang belum pernah kita miliki? Walaupun itu hanya seumpama dan seandainya..

• Manhalawa •

______________________________

Satu minggu setelah kabar pernikahan Kang Jae menyebar kini pasangan muda itu tengah menata kehidupan barunya, mereka berkata pernikahan adalah jalan yang sangat panjang dan rumit apalagi untuk seorang artis seperti Kang Jae. Im Yu Rin dan Kang Jae terlihat bahagia usai pernikahan, pernikahannya sederhana dan diadakan secara tertutup cara seperti ini sudah familiar dikalangan artis.

Tingg....

Suara samar berasal dari ponsel fleksibel milik Ailin, ketika dilihat, ternyata isi notifikasi tersebut adalah 'Kang Jae sedang memulai siaran langsung' awalnya Ailin ragu untuk menonton namun ia sangat bosan hari ini sebab sidang skripsi sudah selesai minggu lalu jadi ia punya beberapa hari untuk bersantai dan melepas stress.

Ditekannya notifikasi itu dan terlihat dibalik layar siaran langsung dua orang yang sedang menyapa para fans dengan sangat ramah, isi komentar pun tidak jauh dari seputar pernikahan.

Kapan Kang Jae bertemu Im Yu Rin?

Dimana mereka bertemu?

Kenapa memutuskan menikah secepat ini?

Sampai dengan pertanyaan aneh seperti,

Dimana Im Yu Rin bisa membeli seseorang seperti Kang Jae?

Mereka pikir Kang Jae adalah jajan Kinderjoy? Ailin sebenarnya tidak nyaman melihat tontonan sweet seperti ini tapi ia bisa apa kecuali menjadi penikmat keromantisan orang lain. Nyatanya Ailin memang single sejak lahir, Kadang-kadang Ailin tersenyum dan kadang juga ia tergelak dengan lelucon yang kedua pasangan itu obrolkan.

Sekitar 34 menit berlalu dan keduanya memutuskan untuk mengakhiri siaran langsung, ketika usai, air mata milik Ailin jatuh perlahan dan mulai menggenang di atas layar hitam yang sedari tadi menjadi tempat tampungan emosi hati nya. Ia tidak berbohong tentang seberapa sakitnya hal itu, hatinya kini terguncang padahal memilikinya saja tidak pernah namun mengapa Ailin merasa cemburu? Seberharga itukah Kang Jae baginya? Ailin akan sangat bahagia jika idola nya bahagia tetapi tetap saja rasanya cukup menyakitkan.

'Udah dong lagian mereka bahagia gitu kok, udah ya please stop nangisnya,' lirih gadis itu sembari mengusap pelan wajah yang telah lembap akibat luapan emosinya tadi.

Semenjak sibuk dengan skripsi, Ailin sudah tidak terlalu memikirkan tentang sosok Kang Jae, ia bahkan berkomitmen untuk berhenti saja menjadi penggemar Jae agar perasaan itu tidak semakin melukainya terlalu dalam. Mungkin ini adalah cara yang paling ampuh untuk dilakukan, percaya tidak percaya ini adalah kali pertama Ailin patah hati, pasalnya seumur hidup gadis ini tak pernah mencoba mencintai lelaki manapun kecuali Kang Jae. Gila bukan? bahkan Ailin sendiri pun tak tahu kenapa ia melakukannya.

"Ailin, nak ayo keluar! makan malamnya sudah siap!" Panggil Min Adara, mama Ailin dengan suara yang cukup lantang, selain Seo Rim mamanya adalah perempuan yang juga sangat dekat dengan Ailin apalagi ketika mendengar putrinya jatuh sakit Adara selalu berusaha menemani dan mendukung Ailin sepenuhnya, tak heran jika Ailin selalu patuh dengan perkataan sang mama.

"Siap ma!" Sahut gadis itu keluar kamar dengan baju santai berwarna abu-abu sembari memegang kotak berisi obat hariannya.

Setibanya di depan ruang makan, Ailin tersenyum dan mulai bertanya tentang keberadaan papanya. Min Ahn Ryu adalah sosok lelaki yang paling dekat dengan Ailin selain karna ia hanya memiliki satu anak yaitu Ailin, dia juga sangat memanjakan putri sematawayangnya itu. Ailin tidak pernah merasa kesepian ketika kedua orang tuanya masih selalu berada disisinya, ia kuat jika orang tuanya selalu mendukungnya dan itu juga menjadi alasan kenapa Ailin ingin sekali sembuh dari penyakit mengerikan ini.

Perlahan tapi pasti, adalah kata-kata yang selalu diterapkan oleh Ailin untuk menjaganya tetap yakin dengan keinginan menjadi gadis sehat seperti yang lain. Ailin tak henti-hentinya bersyukur dengan keberadaan orang-orang selalu ada untuk mendukung setiap langkah yang diambil olehnya. Ailin sungguh menyayangi keluarga ini, meski terkadang ia selalu merasa sendirian itu hanya persepsi Ailin saja, ia hanya tidak sadar bahwa banyak orang disekelilingnya sangat mencintai Ailin.

"Papa paling besok pulangnya, udah biasa itu mah makan gih," terang Adara selagi menuang air putih kedalam gelas milik sang anak.

Ailin tidak mood makan hari ini tapi jika ia menuruti mood nya maka itu akan berbahaya untuk dirinya sendiri, ditengah nyaringnya suara sendok dan piring yang saling bergesekan gadis itu melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat Adara diam seribu bahasa.

"Ma?"

"Apa Lin?" Wanita itu menatap putrinya penasaran.

"Emang kalo kita pengen sesuatu itu hal jahat ya?" ucap Ailin dengan nada pelan seakan pertanyaan yang ia lontarkan adalah sesuatu yang sangat berat untuk dikatakan.

Apa yang bisa dilakukan seorang ibu kala anaknya yang sedang berjuang untuk hidup bertanya hal serumit itu? Lidahnya kelu, Adara merasa ia tidak punya kata-kata yang bisa diucapkan untuk menjawab pertanyaan putrinya. Ailin tidak menyerah hanya karena sebuah penyakit namun wajar bukan jika seseorang seperti dia terkadang mempertanyakan arti kehidupannya.

Ruangan itu hening, keduanya sama-sama tidak sanggup menatap satu sama lain. Rasanya mati rasa dan kini Ailin kebingungan tentang bagaimana caranya mengembalikan suasana seperti biasa, gadis itu sedari tadi hanya memainkan alat makan tanpa bersuara sedikitpun.

"Gak kok, gak jahat itu kan hak manusia? Ailin gak usah mikir itu lagi ya habisin dulu makanannya," balas Adara berhasil mengatasi masalah lidahnya yang kelu sedari tadi.

"Iya ma."

Ailin mungkin sudah cukup dewasa jika dilihat dari segi umurnya, tetapi dimata orang tuanya ia tetaplah gadis manja nan keras kepala. Semua orang tua didunia ini pasti persis seperti itukan? Tidak perlu dijawab pun semuanya juga sudah tahu. Selesai dengan makannya, Ailin kembali kekamar dan sang mama membereskan meja makan, tadinya Adara ingin mengajak putrinya itu menonton sebuah film bersama tapi sepertinya ia tahu putrinya sedang tidak ingin diganggu siapapun. Pada akhirnya memutuskan untuk menonton film nya sendiri di ruang keluarga dengan beberapa camilan ringan menjadi pelengkap selama satu jam lamanya.

^•^

Di kamar yang cukup luas itu selalu menjadi tempat ternyaman untuk seorang Ailin, dia bisa melakukan apapun di ruangan tersebut. Bahkan dulu ia pernah bermain drama rapunzel sampai-sampai banyak kain dirumah yang robek karenanya, kala itu sang papa marah besar karena Ailin bermain hal yang sangat berbahaya, semenjak kejadian itu, jendela kamar dipasangi besi penghalang agar Ailin tidak bisa bermain hal yang sama lagi. Kamarnya memang ada di lantai dua jadi hal tersebut memungkinkan Ailin untuk berkhayal menjadi putri Rapunzel walau ia bisa saja jatuh kala itu.

Mengingatnya membuat hati Ailin tersentuh, menjadi dewasa tidak semenyenangkan seperti yang ia pikir dulu. Ketika dewasa kita dihadapkan pada pilihan-pilihan berat yang harus kita lewati sendiri tanpa bantuan orang lain, apalagi segalanya terlihat sangat menyesakkan. Ditengah pikirannya yang kalut, perutnya terasa nyeri, Ailin tidak bisa berhenti meremas bagian perut sebab rasa sakit yang dihasilkan dari sana benar-benar luar biasa. Nyeri memang sering terjadi namun berbeda dengan yang terjadi saat ini, Ailin benar-benar tidak kuasa lagi, ia mengepalkan kedua tangannya sembari merapalkan doa agar Tuhan memberinya satu kesempatan, setidaknya hari ini ia ingin bertahan.

Pandangannya kabur, segalanya tampak gelap, detik itu juga tubuhnya roboh dan gadis itu pingsan dengan wajah yang pucat.

______________________________

Its_nq✨

[✓] Lingkar SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang