29 | One New Hope

20 6 0
                                    

Sepeninggal kakaknya, Eun Chan terlihat begitu terpuruk. Lelaki itu kini mengerti betapa terlukanya Youra kala Ye Jun pergi untuk selamanya.

Berbeda dengan Ailin yang masih setia berada di tubuh Youra, ia pergi menginap ke rumah Adara, alias rumahnya dulu. Ia mengingat betapa bahagianya Ailin sebelum kejadian itu, jika saja saat itu ia tidak collapse..
Apakah Ailin akan tetap disini? Keinginannya dulu untuk sembuh melukai banyak orang.

Andai dia tidak meminta Tuhan menukar takdirnya..
Youra? Ye Jun? Akankah mereka tetap hidup hingga sekarang?

Ailin merutuki dirinya sendiri, memeluk lututnya yang sudah tak bertenaga dengan suasana kamar yang tak lagi sama. Mengapa Ailin merasa semua ini adalah ulahnya? Kematian mereka berdua membuat Ailin cukup tertekan.

Belum saja luka kehilangan Ye Jun terobati dan sekarang di tambah dengan kepergian Youra juga. Hidupnya memang se-sial ini.

Flashback on

Kemarin saat mengetahui putrinya sudah tak bernyawa lagi Adara menangis sejadi-jadinya sedangkan sang ayah hanya bisa memeluk Adara walau hatinya juga ikut terluka.

"AILIN! HIKS NAK MAMA SAYANG SAMA KAMU" teriak Adara entah kenapa terdengar menyakitkan di telinga anaknya.

'Ma, yang meninggal bukan Ailin.. tapi anak mama yang lain, Ailin disini ma Ailin disini..' Seandainya ia bisa mengatakan itu, tidak adil saja bagi Youra jika orang-orang ini menangisi kepergian Youra tanpa tahu identitas sebenarnya.

Adara masih merasakan guncangan hebat kala kepergian anaknya, kini ia sudah kehilangan putri tunggalnya. Yang ia selalu jaga dan rawat sepenuh hatinya.

Semuanya meratapi kepergian Youra tak terkecuali Eun Chan dan Nana, yaps gadis itu juga ikut mengantar Youra ke tempat terakhir nya.

Dari semua orang yang terisak hanya Nana dan Ailin yang sadar siapa yang sedang ditangisi. Jika mamanya tau yang meninggal adalah putri yang ia campakkan, bagaimana perasaannya?

Setelah semua orang pergi, kini tersisa keluarga mereka saja. Mereka semua diam membisu bahkan ayah Ailin sekalipun. Bisa ia lihat ayahnya itu bungkam seraya menatap tempat peristirahatan terakhir putrinya yang seharusnya tempat itu menjadi miliknya jika pertukaran jiwa ini tidak terjadi.

"Ailin.." lirih Adara memejamkan matanya mengelus foto sang anak dengan lembut dan kembali tersedu.

"Ta-nte,," panggil Ailin halus sedikit tak nyaman.

Adara menoleh perlahan menatap manik sang putri, apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia memberitahu suaminya tentang Youra?

Suaminya itu hanya tahu ia janda ditinggal cerai namun kenyataan tentang putrinya tidak diketahui. Ailin juga tahu jika papanya itu tidak mengetahui kenyataan tentang Youra karena itulah ia terpaksa memanggil sang mama dengan sebutan 'tante'.

Betapa misteriusnya sang mama, bahkan dengan kebohongan sebesar ini..
Teganya seorang ibu seperti ini pada anak kandungnya. Seakan Youra tak pernah terlihat ataupun terbayang.

"Udah ya Ta-nte? Kita pulang yuk, sama Nana juga" ajak Ailin khawatir sebab mamanya itu sudah lama sekali menangis dan lupa pada kesehatannya sendiri.

"Ya dara, kita pulang aja yuk? Ailin udah gak sakit lagi sekarang" sahut sang suami memapah Adara dan hendak membawanya pulang.

Deg.

Entah kenapa ucapan papanya menggoreskan luka di hati Ailin, 'iya pa, Ailin udah gak sakit lagi begitu juga Youra..' batinnya.

Mama dan papanya sudah pergi sama halnya dengan Nana, gadis itu pamit ke rumah Ailin atas seizinnya. Dia memintanya untuk tidak pulang dulu dan menginap di rumah Ailin.

[✓] Lingkar SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang