Bagian 12 - Goodbye, Cigarettes!

659 35 0
                                    

Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan selanjutnya setelah menyadari bahwa semua ini saling berkaitan. Maka, yang dapat kulakukan saat ini hanyalah diam terpaku menatap kertas pada genggamanku yang aku ambil dari tangan Michael tadi.

"Roseline? Apa yang sedang kau pikirkan? Kenapa kau diam saja? Bagaimana puisinya? Bagus, tidak?" Michael memberikan serentetan pertanyaan padaku, namun aku masih bingung bagaimana menjawabnya.

"Ini... buatanmu?" Bukannya menjawab pertanyaan Michael, aku malah bertanya balik.

"Uhm, bukan sih. Sebenarnya itu buatan seseorang yang diperuntukkan untukku, hehe. Bagaimana menurutmu?"

Tidak salah lagi, dugaanku terjawab sudah.

"Lumayan. Aku rasa aku tak asing dengan tulisan ini, begitu juga dengan puisinya. Rasanya aku pernah melihat puisi ini sebelumnya. Apakah memang benar aku pernah melihatnya atau ini hanya perasaanku saja?" Ujarku pura-pura tidak tahu.

"Benarkah? Oh, mungkin kau memang pernah melihatnya, karena ini... dari Maddie." Sumpah, rasanya aku ingin menghisap empat rokok secara bersamaan sekarang.

"Wow. Jadi, apakah aku ketinggalan banyak berita seru LAMC atau memang..." Michael langsung menyambar ucapanku, kebiasaan. "Memang belum ada yang tahu, karena ini adalah kejadian yang paling, paling, paling baru. Dengan diterimanya puisi balasan ini olehku, dan kabar baiknya puisi balasan ini mengandung isi yang positif, maka itu artinya... dia menerimaku, kami resmi berpacaran sekarang." Refleks, kedua mataku terbelalak mendengar apa yang baru saja diumumkannya padaku.

"Ada apa, Roseline? Mengapa kau memasang tampang seperti itu? Memangnya Maddie belum cerita padamu?" Haha, Maddie? Cerita hal-hal semacam ini kepadaku? Keajaiban, kali. Mungkin Michael pikir, kami ini adalah teman sekamar yang akur yang selalu berbagi cerita tentang apa yang kami alami setiap hari. Tapi kenyataannya, itu tidak akan terjadi!

"T-tidak... aku tidak tahu. Aku hanya tahu kalau dia menulis puisi, tetapi aku tidak tahu untuk siapa puisi itu diperuntukkan. Ternyata, itu untukmu..."

"Ya, begitulah... Tapi, uhm... sebaiknya kau jangan katakan pada siapapun bahwa kami telah berpacaran. Maddie tidak suka dengan kehebohan, dan aku takut berita ini akan menimbulkan kehebohan. Soalnya, waktu aku sedang dalam masa pendekatan dengannya saja, banyak gosip-gosip beredar di kelas literature. Aku tahu Maddie merasa tidak nyaman dengan situasi seperti itu, maka aku tidak mau hal yang sama terulang lagi. Jadi, aku harap kau berjanji padaku untuk menyimpan berita ini untuk dirimu sendiri, oke?"

"Baiklah, akan kusimpan baik-baik berita ini. Tapi, kalau kau tidak ingin mempublikasikannya, mengapa kau memberitahukannya kepadaku?" Cih, kalau bukan karena Michael itu temanku, aku tidak akan mau repot-repot menyimpan berita tidak penting ini, apalagi ini berkaitan dengan si menyebalkan yang makin menyebalkan bernama Madilyn itu.

"Terima kasih. Aku memberitahukannya kepadamu karena kau terlanjur melihat puisi itu, dan aku pikir, kau juga perlu tahu karena kau kan teman sekamar Maddie."

"Baiklah kalau begitu. Tapi, maukah kau ceritakan berita seru terbaru lainnya tentang kalian? Misalnya, bagaimana awalnya kau bisa jatuh cinta padanya?" Aku ingin tahu mengapa pemuda yang sedang dekat denganku ini malah pacaran dengan saudara tiriku yang cupu dan menyebalkan itu.

"Aku bertemu dengannya saat awal masuk LAMC. Saat itu, dia terlihat kebingungan. Ia bertanya kepadaku bagaimana caranya agar tahu dimana kamarnya berada. Ia tidak tahu nomor berapa kamarnya dan dimana asrama putri, jadi aku mengantarnya menemui kepala asrama. Selanjutnya, kepala asrama memberitahukan dimana kamarnya berada. Dari situlah aku tahu dimana kamarnya." Aku ingat saat ayah meninggalkan LAMC setelah mengantar kami, aku berjalan lebih dulu ke asrama putri dan meninggalkan Maddie. Aku tidak mau repot-repot memikirkan dimana dia akan tidur nantinya.

Cupcakes For A Missing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang