Summer holiday is coming!
Dengan riang aku masuk ke kamarku dan berbaring di kasur empukku sambil tersenyum senang menatap langit-langit di atas sana. Kali ini aku memang sedang berada di kamarku, namun bukan di kamar asramaku, melainkan di kamarku, benar-benar kamarku, di rumahku yang kurindukan.
Setelah kutinggalkan berbulan-bulan, nampaknya tidak ada yang berubah dari kamar ini--karena aku tidak mengizinkan siapapun memasuki kamarku ketika kamar ini sedang kutinggalkan dalam waktu yang lama.
Memang tidak ada yang berubah dari kamar ini, tetapi kurasa, justru banyak hal yang berubah dalam hidup si pemilik kamar, yaitu aku sendiri. Coba ingat-ingat bagaimana kondisiku ketika pertama kali aku meninggalkan kamar ini? Kondisiku saat itu sangat hancur dan menyedihkan sekali. Ya... Meski saat ini keadaanku pun tak jauh berbeda, aku masih hancur dan menyedihkan. Tapi itu sebatas hancur dan menyedihkan saja, tidak lagi 'sangat-hancur-dan-menyedihkan-sekali' seperti beberapa bulan silam.
Ah, bicara apa sih aku ini?
Ya pokoknya seperti itu, deh. Kini aku berubah, dari gadis yang suka merokok menjadi gadis yang sangat menginginkan rokok namun hanya bisa mengunyah permen karet untuk menahan keinginannya untuk merokok, dari gadis yang suka pergi tak tentu arah di malam hari menjadi gadis yang mengurung diri di dapur atau di kamar sambil membaca setumpuk buku resep atau menyendiri di danau sambil merenungi dosa-dosaku selama ini--berhubung aku sedang berada jauh dari danau keramat LAMC, mungkin aku harus mencari danau lain di sekitar sini untuk kujadikan sebagai tempat menyendiriku selama liburan musim panas ini.
Oh ya, satu lagi, aku yang dulu sangat mudah tersulut emosinya kini menjadi lebih sabar dan dapat menahan diri dengan baik. Buktinya saja pada saat aku dan Maddie bertengkar di LAMC, aku membiarkannya pergi begitu saja tanpa terlibat dalam insiden jambak-jambakan rambut terlebih dahulu. Itu adalah kemajuan yang sangat bagus, tahu! Bagiku itu adalah keajaiban ketika aku tidak menarik rambutnya hingga lepas dari kulit kepalanya ketika aku sangat marah padanya, karena kau tak tahu kan seberapa marahnya aku pada sindirannya waktu itu dan seberapa inginnya aku menjambak rambutnya untuk menuntaskan kekesalanku waktu itu?
***
Keesokan paginya, kami melakukan kegiatan rutin kami seperti biasanya, yaitu sarapan bersama. Ayah memintaku untuk memasak pagi ini. Langsung saja kuterima permintaan ayah dengan senang hati karena sejak aku belajar di kelas Culinary di LAMC, hidupku disana lebih banyak kumanfaatkan untuk memasak. Jadi jika aku tidak melakukan rutinitas baruku itu selama liburan musim panas disini, mungkin aku akan gatal-gatal. Mulai deh aku menjadi seperti ibu.
Aku ingin memasak sesuatu yang tidak terlalu rumit namun tidak sering dijumpai di tempat lain. Aku membuat Scotch Pancakes with Bacon & Caramelized Apple atau aku singkat SPBCA. Pancake yang satu ini dihidangkan dengan saus karamel yang manis ditambah dengan bacon dan irisan serta parutan apel. Merasa aneh dengan perpaduan antara bacon, apel dan karamel? Tidak masalah, karena aku telah mencicipinya, dan rasanya enak.
Selain SPBCA, aku juga membuat Cottage Cheese Pancakes. Topping yang kugunakan untuk pancake yang satu ini adalah cottage cheese--seperti nama yang kuberikan untuk pancake ini, karena aku sangat suka keju!--lalu aku juga menggunakan yoghurt, madu dan irisan apel. Setelah selesai menghias pancake buatanku dengan topping-topping yang menggiurkan mata itu, aku pun segera membawanya ke meja makan untuk dihidangkan.
"Ini buat ayahku tercinta." Ujarku sambil memberikan SPBCA untuk ayah.
"Terima kasih, Rose sayang." Ayah tersenyum kepadaku.
Setelah menghidangkan pancake untuk ayah, aku pun juga ikut duduk di meja makan untuk menyantap Cottege Cheese Pancakes-ku.
"Uhm, Roseline. Kenapa pancake-nya hanya dua? Mana pancake untuk ibumu?" Tanya ayah sambil melirik ke arah istrinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For A Missing Heart
Novela JuvenilRoseline tidak percaya cinta. Roseline tidak pernah percaya jika hubungan yang bahagia memang benar adanya, karena orang tuanya sendiri yang membuatnya tidak meyakini hal itu. Michael percaya cinta, dan ia yakin jika seseorang yang tidak seng...