Aku membuka pintu kamar asramaku dengan riang, aku sudah rindu dengan kamar yang baru kutinggal kurang lebih seminggu--kami hanya mendapat jatah Spring Break seminggu saja, LAMC lumayan pelit kalau menyangkut soal liburan--dan terlebih lagi, aku merindukan Carls, teman sekamarku.
Ketika aku masuk, kamar ini masih kosong, tidak ada siapapun disini. Kemana Carls? Apakah dia menambah liburannya sendiri sehingga hari ini dia belum datang ke LAMC? Dasar gadis itu, terlalu enak liburan, jadi keterusan.
Sebuah ketukan terdengar dari pintu kamarku, aku langsung menghampiri pintu untuk membukakan pintu tersebut.
Apakah ini Carls? Carls ini formal sekali, mau masuk kamar sendiri saja pakai ketuk pintu segala.
Ketika aku membuka pintu, terlihat seorang wanita paruh baya berdiri di depan pintuku. Bukan Carls. Lalu, gadis Portendorfer itu kemana? Kok sampai liburan usai seperti ini dia masih belum kembali, sih?
"Selamat Pagi, Roseline Wright." Sapa wanita itu.
"Pagi juga, Mrs. Sanchez." Tumben sekali pagi-pagi begini Mrs. Sanchez datang kemari. Untuk apa dia datang ke kamarku? Apakah ini berkaitan dengan 'kunjungan Mike' setelah pertandingan sepak bola waktu itu? Apakah Carls benar-benar melaporkan soal itu kepada Mrs. Sanchez? Masa sih Carls tega melakukan itu kepadaku? Lagipula, kejadian itu kan sudah lama berlalu, seharusnya tidak perlu dipermasalahkan lagi.
"Saya datang kesini untuk memberikan pemberitahuan kepadamu bahwa teman sekamarmu yang bernama Caroline Portendorfer tidak menjadi teman sekamarmu lagi karena yang bersangkutan telah pindah ke perguruan tinggi lain." Aku sangat terkejut mendengar berita pagi ini. Apa katanya? Apakah kepala asrama ini bergurau? Mengapa Carls pindah tiba-tiba begini dan tidak memberitahuku sebelumnya? Mengapa disaat aku sudah mendapatkan teman yang cocok, aku malah ditinggalkan?
"Baiklah, terima kasih atas pemberitahuannya, Mrs. Sanchez." Kepala asramaku mengangguk dan melangkah pergi meninggalkan kamarku. Aku pun menutup pintu kamarku dan duduk lemas di tepi tempat tidurku.
Great, sendiri lagi. Kenapa tidak ada teman sekamarku yang bertahan lama denganku disini?
***
Sehari setelah beres-beres kamar, kami sudah diharuskan untuk mengikuti kelas seperti biasa. Meski aku masih ingin liburan lebih lama lagi, tetapi dengan sangat terpaksa aku harus melangkahkan kakiku ke kelas Culinary bersama Nicole.
Setelah kami masuk ke kelas, kami diberi perintah untuk segera menempati posisi kami di meja masing-masing. Setelah aku berdiri di balik mejaku, aku melihat ke arah Nicole yang baru saja sampai di mejanya, dan aku melihat ada kehampaan di meja yang terletak persis di sebelah meja Nicole, meja milik Carls.
Aku ingat pertama kali aku menyadari kehadirannya di kelas adalah pada saat dia membuat cupcake. Aku masih ingat wajahnya yang serius dan fokus itu, yang rasanya membuatku ingin tertawa jika kuingat-ingat lagi. Namun sayangnya, sekarang sudah tidak ada lagi wajah serius seorang Caroline Portendorfer disini, dia sudah pergi.
Ketika semua murid telah menempati posisi masing-masing, Chef Jeff memulai kelas hari ini.
"Selamat pagi semua. Akhirnya kita bisa bertemu lagi disini setelah tidak jumpa selama satu pekan karena Spring Break. Setelah Spring Break, kita memasuki materi baru dengan suasana baru pula. Kali ini, kita akan memasak makanan dari negara yang telah menghadiahi Patung Liberty kepada negara kita. Kita akan memasak masakan Perancis." Aku senang karena kami akan membuat masakan Perancis, karena masakan Perancis membuatku teringat ibu, sekaligus dapat melepas rinduku pada ibu meski mungkin hanya sesaat.
"Seperti yang pernah saya katakan sebelumnya, saya akan membutuhkan bantuan dari Chef lain di beberapa materi, salah satunya adalah materi ini. Karena materi ini berkaitan dengan masakan Perancis, maka alangkah lebih baik jika kali ini saya dibantu oleh seorang Chef asal Amerika yang telah mengembangkan kariernya sebagai koki di dapur Perancis. Perkenalkan, Chef Stacy Carson." Kemudian, wanita paruh baya yang terlihat cantik di usianya yang mungkin tidak lagi muda pun memasuki kelas. Dia tersenyum ke seluruh penjuru kelas, jenis senyuman yang tidak pernah kulihat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For A Missing Heart
Teen FictionRoseline tidak percaya cinta. Roseline tidak pernah percaya jika hubungan yang bahagia memang benar adanya, karena orang tuanya sendiri yang membuatnya tidak meyakini hal itu. Michael percaya cinta, dan ia yakin jika seseorang yang tidak seng...