Author POV
Hari ini Xavier ingin mengajak Roseline pergi ke sebuah butik untuk memesan gaun pengantin. Ia tahu Roseline tidak suka dengan rencana ini, tetapi itulah keinginan Xavier, dan ia pun sudah terlanjur mengatakan kepada ibu dari gadis itu bahwa ia akan menikahi gadis itu. Perlu diingat baik-baik bahwa seorang Xavier Braxton tidak akan menarik ucapannya dan juga tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya. Jadi meskipun Roseline tidak suka dengan rencananya ini, pernikahan ini tetap harus diwujudkan.
Xavier datang ke dapur untuk menemui Rose, tetapi ketika ia mengintip ke dapur, ia tidak melihat tanda-tanda Rose di dalam. Ketika sedang asik mengintip, tiba-tiba pintu dapur tersebut terbuka dan seorang perempuan terlonjak kaget ketika melihat Xavier berdiri di depan pintu dapur.
"Maafkan saya jika mengagetkanmu. Saya hanya ingin bertemu dengan Chef Roseline. Apakah Chef Roseline ada di dalam?" Xavier bertanya kepada salah satu Chef yang baru saja akan keluar dari dapur itu.
"Chef Rose? Ah, dia baru saja pergi. Ia pulang lebih cepat hari ini, katanya ada urusan yang harus diselesaikan."
"Pergi? Pergi kemana?" Tanya Xavier lagi.
"Maaf tuan, saya juga tidak tahu. Dia pergi dengan terburu-buru sambil membawa satu kotak cupcake. Tetapi, bukankah cupcake tersebut untuk... tuan?" Tanya Chef itu ragu-ragu.
"Cupcake?" Ia tidak merasa menerima apapun dari Roseline seharian ini. Tetapi mendengar keterangan dari Chef ini bahwa Roseline sedang mengurus urusan dan membawa sekotak cupcake, ia pun mengerti kemana gadis itu akan pergi.
"Oh, mungkin dia ingin membuat kejutan." Jawab Xavier tak sepenuhnya berbohong. Mungkin memang gadis itu ingin membuat kejutan, tetapi ia tidak yakin jika gadis itu ingin membuat kejutan untuknya. "Baiklah, terima kasih." Dengan terburu-buru, Xavier segera meninggalkan hotel menuju tempat yang kira-kira akan didatangi Roseline. Ia dapat menebak bahwa gadis itu akan pergi ke LA Times, tempat lelaki bernama Michael itu bekerja.
Sebenarnya sudah cukup lama Xavier mencari tahu tentang Michael, kurang lebih sejak Roseline mengatakan kalau lelaki itu adalah kekasihnya. Awalnya Xavier tidak terlalu peduli, namun lama kelamaan seiring dengan perasaannya yang mulai tumbuh pada gadis itu, Xavier pun akhirnya berniat untuk mencari tahu siapa kekasih dari gadis itu. Ia memerintahkan orang suruhannya untuk mengintai lelaki itu selama ini, dan dari orang suruhannya itu, ia mengetahui dimana tempat kerja lelaki itu sampai beberapa informasi penting lainnya, tetapi informasi lain itu harus dicaritahu lebih dalam lagi untuk memastikan kebenarannya.
Tak lama kemudian, Xavier sampai di gedung penerbit harian LA itu. Ketika ia turun dari mobil, ia memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di depan kantor tersebut untuk mencari gadis itu. Ada seseorang yang terlihat mirip dengan Roseline dari belakang, tetapi sayangnya orang tersebut membelakanginya jadi ia tidak bisa memastikan siapa orang itu. Lagipula, perempuan itu bersama dengan seorang lelaki berandalan, tidak mungkin itu Rose, dan tidak mungkin lelaki itu adalah Michael, karena yang ia tahu dari informannya, Michael adalah pria kantoran yang sibuk dan tidak mungkin berpakaian seperti itu. Tetapi melihat dua orang itu, Xavier menjadi teringat akan kenangan masa lalu. Kedua orang itu terlihat mirip dengannya dan Caroline dulu. Ia adalah lelaki berandal itu sementara gadis pirang di dalam rangkulan lelaki itu adalah Caroline. Sayangnya ketika ia sudah tidak seburuk itu lagi, wanita itu malah pergi.
Sudahlah bernostalgianya, lebih baik ia menyusul Roseline ke dalam sekarang. Mungkin ia egois, tetapi ia tidak mau membiarkan hubungan gadis itu kembali membaik dengan kekasihnya. Bagaimanapun juga, ia yang mendapat restu itu, dan sebentar lagi gadis itu akan resmi menjadi miliknya, maka ia harus melakukan segala cara agar gadis itu mau meninggalkan hidup lamanya bersama kekasihnya yang tidak pedulian itu dan melanjutkan hidup yang baru bersama Xavier.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For A Missing Heart
Novela JuvenilRoseline tidak percaya cinta. Roseline tidak pernah percaya jika hubungan yang bahagia memang benar adanya, karena orang tuanya sendiri yang membuatnya tidak meyakini hal itu. Michael percaya cinta, dan ia yakin jika seseorang yang tidak seng...