Bagian 30 - Memories

655 29 0
                                    

Tidak terasa, aku sudah berada di penghujung masa magangku, dan itu berarti, sebentar lagi aku akan lulus dari LAMC.

LAMC sendiri bisa kusebut sebagai tempat yang berharga dan penuh kenangan bagiku, karena pada awalnya tempat ini kujadikan sebagai tempat pelarian diriku dari keadaan di rumah yang sangat-sangat tidak kusukai--meskipun pada akhirnya salah satu penyebab aku tak menyukai keadaan di rumah itu tetap mengikutiku sampai ke LAMC. Lalu aku harus bernasib sial karena harus sekamar dengan si sumber malapetaka itu, lalu aku bertemu teman-tukang-gosip-yang-rajin-meminjamkan-catatannya-padaku-dan-mengurusi-urusan-pribadiku, lalu mendapatkan gosip yang memporak-porandakan hidupku yang sudah kacau, lalu aku mendapat teman sekamar baru yang seribu kali lebih menyenangkan dari si malapetaka yang sebelumnya sekamar denganku--meskipun pada akhirnya dia juga pergi sih,. Lalu aku bertemu lagi dengan ibu disini, dan yang paling penting, aku dipertemukan dengan pemuda yang kucintai di danau rahasia yang tersembunyi di sudut terpencil LAMC--aku akan amat sangat merindukan danau itu suatu hari nanti ketika aku sudah tidak berada di LAMC lagi.

Berhubung aku selesai bekerja lebih cepat hari ini, maka aku bisa kembali ke LAMC lebih awal. Tetapi ketika aku sampai di LAMC, aku tidak tahu apa yang harus aku kerjakan. Aku putuskan untuk jalan-jalan sebentar.

Aku melewati lapangan sepak bola, tetapi aku tidak berniat untuk pergi kesana, jadi aku hanya melewatinya saja. Meski aku tidak menyukai sepak bola, tetapi lapangan itu tetap memberikan kenangan tersendiri bagiku. Siapa sangka aku bisa memiliki hubungan dengan salah satu pemain olahraga itu, kan? Aku saja bahkan tidak pernah membayangkan bisa kenal salah satu dari mereka.

Selain itu, waktu itu aku pernah dengan bodohnya duduk di deretan bangku suporter tim lawan padahal aku sudah datang dengan semangat dan sudah berniat untuk mendukung Mike. Itu semua karena Carls yang membuatku jadi terlambat pergi ke lapangan sepak bola dan bangku penonton di bagian pendukung LAMC terlanjur penuh jadi akhirnya kami pun harus duduk di deretan bangku supporter lawan--meski pada awalnya aku tidak menyadari kalau aku duduk di bangku pendukung lawan, kalau aku tahu dari awal, aku juga tidak akan sudi duduk disana.

Ah, saat-saat seperti itu pasti tidak akan terulang lagi. Kapan aku bisa bertemu dengan Carls lagi? Dan ketika kami lulus nanti, apakah aku masih bisa menonton Mike bertanding sepak bola? Sepertinya dia lebih suka bekerja di kantor penerbitan ketimbang menjadi pemain sepak bola.

Aku pun berjalan terus sambil membawa kenangan itu bersamaku, dan ketika aku melewati sebuah gedung yang sangat kukenali, aku merasa ada satu tempat lainnya yang menyimpan kenangan untukku.

Aku memasuki gedung tersebut dan kemudian aku memasuki salah satu ruangan. Ruangan tersebut dipenuhi oleh meja dan peralatan masak. Ya, aku memasuki ruang kelasku. Tidak bisa kupungkiri bahwa tempat ini menyimpan banyak hal yang akan selalu kukenang. Dari tempat ini, aku belajar untuk menjadi seperti ibu, dan dari tempat ini jugalah aku bertemu lagi dengan ibu.

Aku menelusuri meja Chef Jeff--yang pernah aku dan ibuku gunakan untuk membuat cupcake, lalu aku menelusuri meja Nathan, Candice, Caroline, Nicole, lalu aku berakhir di mejaku.

Aku berdiri dibalik mejaku sambil menatap seluruh sudut kelasku. Aku sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun disini dan tidak terasa sebentar lagi aku akan meninggalkan ruangan ini, aku akan meninggalkan LAMC, dan aku akan meninggalkan seluruh kenangan yang tersimpan di dalamnya.

Namun sebelum itu terjadi, aku akan melakukan hal terakhir yang dapat kulakukan disini, yaitu memasak.

Karena aku merindukan Mike, maka aku pun mencoba untuk membuat Idaho Senate Bean Soup untuk mengenang saat-saat Spring Break kami selama di Idaho dan juga sebagai sarana untuk menuntaskan rasa rinduku pada si pria Idaho itu.

Cupcakes For A Missing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang