Bagian 19 - Summer Night

750 32 1
                                    

Roseline's POV

Hari demi hari berlalu begitu saja tanpa sesuatu yang bermakna. Tahu-tahu, sebentar lagi libur musim panas akan segera berakhir. Selama libur musim panas ini, aku hanya menghabiskan hari liburku dengan tidur, bangun, mengotori dapur, lalu menonton tv sampai mengantuk, lalu tidur lagi, lalu bangun, lalu mengacak-acak dapur untuk membuat makanan atau jika aku sedang malas berepot-repot ria, aku mengacak-acak isi lemari es untuk mencari makanan ringan pengganjal perut lalu aku makan sambil menonton tv, begitu terus sampai aku mati kebosanan.

Dan seperti hari-hariku yang telah terbuang percuma selama liburan musim panas membosankan ini, aku masih melakukan ritualku yang sama, yaitu menonton TV. Ya, aku akan dengan senang hati mengatakan bahwa liburanku kali ini sangat membosankan, sangat monoton. Agendaku untuk pergi ke Perancis terpaksa kucoret dari daftar kegiatan liburanku karena perintah ayahku yang semena-mena itu. Maka dari itulah sampai hari ini aku masih terdampar di depan TV-ku, tidak tahu harus melakukan apalagi untuk mengisi liburanku yang suram ini.

Parahnya lagi, sudahlah aku tidak diperbolehkan untuk pergi ke Perancis, disini pun aku juga ditinggal terus oleh ayah. Sekarang saja ayah sedang pergi ke Idaho untuk mengurusi bisnisnya dengan membawa serta Jennifer dalam perjalanan bisnisnya yang katanya akan berakhir pada hari ini. Kenapa tidak dari dulu saja ayah melakukan itu ketika masih bersama ibuku? Kalau ayah juga membawa serta ibu dalam perjalanan bisnisnya dulu, aku yakin tidak akan ada perpecahan seperti sekarang.

Oke, balik lagi ke topik. Memangnya apa yang ingin dilakukan ayah dan Jennifer di Idaho selain mengurusi bisnis? Mereka ingin bertamu ke rumah ayah si gadis payah itu dengan alasan ingin bertemu dengan gadis itu? Huh, semoga saja Jennifer berpikiran untuk kembali bersama mantan suaminya lagi dan meninggalkan ayah, jadi aku tidak perlu punya ibu tiri seperti dia, deh.

Doaku untuk ayahku terdengar jahat sepertinya, tapi itu karena aku tahu siapa orang yang terbaik untuk mendampingi ayah, dan orang itu adalah ibuku. Memang sih selama mereka bersama-sama, mereka sering terlihat tidak akur, aku bahkan lelah sendiri melihatnya. Tapi setelah kurasakan hidupku beberapa tahun ini tanpa ibuku, tanpa keluargaku yang lengkap, aku merasa kacau. Dan aku rasa, hanya dengan mendapatkan kembali keluarga lamaku, aku bisa mendapatkan hidupku kembali.

Kembali lagi kepada kegiatan liburanku pagi ini. Pagi-pagi begini aku sudah duduk di depan TV, menonton Rima Fakih dan Chef Lau yang sedang bertengkar karena masalah sepele di sebuah reality show berjudul The Apartment. Lihat, bahkan di dalam sebuah rumah yang orang-orang di dalamnya disetting agar berada disana saja dapat terjadi pertengkaran, apakah memang di setiap rumah selalu terdapat pertengkaran di dalamnya? Aku pikir hanya di rumahku saja yang seperti itu.

Ketika sedang seru-serunya menonton pertengkaran antara Rima dan Chef Lau yang seakan tiada habisnya, aku mendengar suara ketukan pintu di pintu utama yang tidak berada jauh dari ruang keluarga--tempatku berada.

Dengan malas, aku pun terpaksa melewatkan pertengkaran Rima dan Chef Lau lalu melangkah keluar dari ruang keluarga menuju pintu utama. Rasanya aku ingin memaki siapapun itu yang telah mengganggu acara pagiku.

Aku membuka pintu utama dan melihat siapa yang datang, dan setelah melihat siapa dia, aku berniat untuk segera menutup kembali pintu utama rumahku. Aku tidak mau mejadi Rima dan Chef Lau yang bertengkar di rumah.

Ketika daun pintuku sudah beberapa centi lagi tertutup, tiba-tiba daun pintu rumahku ditahan olehnya.

"Tunggu!" Serunya.

Sebenarnya aku masih ingin melihatnya dan tidak ingin dia pergi dari sini, tapi seperti yang kukatakan tadi, aku tidak mau menjadi Rima dan Chef Lau yang bertengkar di rumah, aku sedang tidak mood untuk bertengkar dan beradu argumen. Aku hanya ingin bermalas-malasan dan merelaksasikan tubuh hari ini, aku tidak mau membuat otot-otot tubuhku menegang dan emosiku memuncak. Aku tidak mau. Tidak, jangan hari ini, aku belum siap.

Cupcakes For A Missing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang