Bagian 16 - Holiday Plan

627 37 2
                                    

Aku berjalan, setengah berlari, lalu berlari kencang menuju tengah lapangan. Aku melihat sekelilingku seperti orang bodoh yang linglung. Aku mencari-cari keberadaannya, namun yang kutemukan hanyalah Nicole dan beberapa anggota klub sepak bola yang sedang bersiap-siap untuk meninggalkan lapangan.  

"Tadi dia memanggilku?" Tanyaku dengan nafas terengah kepada Nicole. Nicole pun mengangguk.  

"Sekarang, dimana dia?" Tanyaku lagi.  

"Entahlah. Dia tiba-tiba pergi begitu saja setelah memanggilmu, seakan-akan dia berubah pikiran dan tidak ingin membuatmu melihatnya lagi." Aku mencelos mendengar ucapan Nicole. Apakah sebegitu tidak inginnya Michael bertemu denganku lagi sampai-sampai dia pergi begitu saja setelah memanggilku, bahkan sebelum aku melihatnya lagi? Mungkin dia refleks memanggilku, karena itulah yang biasa dia lakukan. Tetapi kemudian, mungkin dia teringat bahwa dia masih kesal kepadaku, sehingga memutuskan untuk meninggalkanku begitu saja.  

Sampai sekarang aku bahkan masih bingung mengapa Michael masih tidak ingin berbicara padaku. Aku bingung dimana letak kesalahanku. Yang membuat gosip kan Nicole, dan aku yakin sebenarnya Michael juga tahu itu. Tapi, mengapa dia memperlakukanku seakan-akan aku yang salah, seakan-akan aku yang membuat semua gosip konyol ini?! Aku sungguh-sungguh tidak tahan dengan situasi ini!  

"Oh, begitu... Baiklah, biarkan dia pergi. Mungkin dia masih tidak mau bicara padaku. Omong-omong, tadi kau sedang apa dengannya di tengah lapangan? Sepertinya hal buruk baru saja terjadi." Pancingku.  

"Seperti yang kukatakan padamu ketika kau datang ke kamarku waktu itu, aku bilang aku akan minta maaf kepada Michael atas semua kesalahan yang telah kuperbuat kepada kalian. Tapi nampaknya, pengampunan darinya belum bisa diberikan." Nicole tersenyum miris ketika menceritakan sebab mengapa dia memasang tampang memohon kepada Michael di tengah-tengah lapangan tadi. "Aku memberikan surat kepadamu agar kau datang kesini dan melihatku melakukan proses permintaan maaf. Maksudnya, sebagai bukti bahwa aku merasa bersalah karena telah melakukan kesalahan terhadap temanku sendiri, dan juga sebagai bukti bahwa aku benar-benar ingin meminta maaf kepada kalian berdua--khususnya kepada Michael. Huft, tapi mau bagaimana lagi? Prince Charmingmu itu pelit sekali memberikan maaf kepadaku." Oh, jadi yang memberikan surat tadi bukan Michael, tetapi Nicole?

"Huh, kau ini! Ingin menyuruhku datang kesini saja pakai surat-suratan segala, tanpa menuliskan namamu, pula! Aku kan jadi bingung siapa yang memintaku datang kesini dan untuk apa aku datang kesini."  

"Hehehe, maafkan aku, ya. Aku kan tadi buru-buru, soalnya sulit sekali menemui Michael, sih.  Dia jarang terlihat, dan aku juga tidak tahu harus menemuinya dimana untuk menyampaikan permintaan maafku. Jadi ketika aku tahu Michael sedang latihan di lapangan ini, aku langsung bergegas kesini. Dan aku hanya sempat menuliskan pesan yang sangat singkat itu kepadamu sambil aku melewati kamarmu. Karena terburu-buru juga lah aku lupa menuliskan namaku di pesanku tadi." Jelas Nicole.  

"Oke, baiklah, kau tidak perlu meminta maaf lagi kepada si keras kepala itu, yang penting kau kan sudah berusaha. Masalah dia mau memaafkanmu atau tidak, tidak usah dipikirkan lagi." Aku pun menenangkan Nicole. Nicole tersenyum mendengar ucapanku dan dia terlihat lebih tenang dari sebelumnya.

"Omong-omong, apakah kau ingin kembali ke kamar sekarang? Hari mulai sore, kita bisa kembali ke kamar bersama jika kau mau." Tawarku.

"Baiklah, ayo." Jawabnya setuju. Kami pun meninggalkan lapangan setelah anggota klub sepak bola meninggalkan lapangan lebih dulu.  

Ketika kami memasuki gedung asrama putri, koridor terasa lengang karena di hari yang menjelang malam seperti ini biasanya gadis-gadis itu mengurung diri di kamar dan belajar atau beristirahat.

Cupcakes For A Missing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang