Bagian 13 - The Real Gossip

668 33 0
                                    

Hari ini halaman luar sedang tidak begitu ramai, mungkin karena sebagian murid sudah masuk kelas masing-masing. Baguslah, tidak akan ada banyak orang yang menghalangi jalanku dan Nicole.

Nicole sedang berceloteh tentang gosip-gosip terbaru dari jurusan Mechanical Engineering sementara aku menyimaknya sambil lalu. Aku bingung darimana Nicole mendapat gosip-gosip dari jurusan lain. Aku malah jarang mendengarnya berceloteh tentang gosip dari jurusan kami sendiri, Culinary Arts. Atau mungkin, karena jurusan kami aman, damai, sejahtera, tidak ada gosip-gosip seru untuk dibahas, makanya Nicole berburu gosip ke jurusan lain. Entahlah, siapa yang tahu semua itu kecuali dirinya dan Tuhan.

Aku mengunyah permen karet sambil berjalan dan sambil mendengarkan Nicole berbicara. Ketika aku sedang dilanda rasa bosan seperti ini--mendengarkan Nicole berbicara tanpa henti itu cukup membosankan, lho--rasanya aku butuh suatu kegiatan lain yang dapat kulakukan untuk mengalihkan diriku dari hal membosankan ini ke kegiatan lain yang cukup menghiburku. Entah mengapa, mulutku masih terasa masam meski aku sudah mengunyah permen karet untuk menetralisir rasa masam di mulutku ini. Oh Tuhan, ternyata berhenti merokok itu memang tidak mudah.

"Ugh!" Aku nyaris tersedak permen karetku sendiri. Bisa gawat kalau permen karet itu benar-benar tertelan.

"...jadi, cowok-cowok Mechanical Engineering itu benar-benar seksi, Rose. Kita harus sesekali kesana untuk menemukan siapa yang cocok untuk jadi--eh, kau tidak apa-apa, Rose?" Teman macam apa Nicole ini? Mengapa dia lama sekali menyadari bahwa aku ini hampir tersedak permen karet?

Aku nyaris tersedak bukan karena aku tersandung sesuatu sehingga membuat permen di mulutku ini nyaris masuk ke dalam tenggorokanku. Bukan, bukan karena itu. Aku nyaris tersedak karena aku baru saja berpapasan dengan mereka berdua.

Meski sudah satu bulan berlalu, namun mataku belum bisa terbiasa melihat kebersamaan mereka di penjuru LAMC, khususnya di sekitarku. Mataku sakit dan hatiku perih melihatnya. Coba bayangkan, disaat aku masih tetap memegang janjiku padanya untuk tidak merokok lagi, disaat aku sedang berjuang untuk melupakan rokok-rokokku dengan cara mengunyah permen karet seperti ini, disaat aku hampir tersedak permen karetku sendiri karenanya, dia malah berduaan dengan makhluk paling menyebalkan di dunia itu. Bagaimana? Miris kan jadi aku ini? Tapi, mau bagaimana lagi? Itulah yang menjadi pilihannya. Aku sudah berusaha merubah takdir itu, tetapi sampai saat ini, belum terlihat hasilnya.

Dia sama sekali tidak melihatku, matanya hanya terfokus pada gadis yang berada disebelahnya, sementara aku terus menguatkan diriku untuk tetap tabah dan sabar untuk menjadi 'orang yang tidak terlihat'. Bagaimanapun juga, aku kan sedang dalam proses perubahan diri, maka aku tidak boleh merokok lagi untuk mengalihkan kebosanan dan kekesalanku, aku juga tidak boleh memaki-maki dan menjambak rambut gadis itu meski aku sangat ingin. Aku harus belajar menjadi orang yang sabar dan dapat mengontrol emosiku dengan baik agar aku bisa mendapatkannya.

Setelah mereka berdua berlalu, aku segera membuang permen karet sialan itu ke dalam tempat sampah terdekat. "Tidak apa-apa. Aku hanya hampir mati saja. Ayo kita jalan lagi." Ya, hampir mati karena nyaris tersedak permen karet ditambah karena melihat dia yang terlihat bahagia dengan gadis menyebalkan itu.

***

"Tema kita kali ini adalah Lunch for Kids. Kalian diharuskan untuk membuat makan siang untuk anak-anak. Ingat, karena ini untuk anak-anak, maka kalian harus mengerahkan kreativitas kalian agar masakan kalian dapat menarik anak-anak untuk memakannya, dan satu lagi, makanan yang kalian buat harus mengandung gizi yang baik untuk anak-anak. Oh ya, jangan tenang-tenang saja dengan tugas kali ini, karena tugas ini adalah ujian praktek untuk kalian. Jadi, jangan sampai gagal." Ujar Chef Jeff yang membuatku berdebar setengah mati. Aku tidak boleh gagal lagi. Aku tidak boleh mempermalukan ibu lagi. Aku harus membuat ibu kembali dengan membuat ibu bangga melihat prestasiku di Culinary Arts.

Cupcakes For A Missing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang