Entah mengapa semakin lama aku merasa kalau aku semakin jauh dari Mike. Mike semakin sulit untuk dihubungi dan ditemui. Aku tidak bisa datang ke kantornya karena takut mengganggu, tetapi ketika aku mengunjungi apartment-nya—setelah bekerja, Mike memutuskan untuk tinggal sendiri di apartment sementara Paman Robert dan Bibi Anne kembali ke daerah asal mereka di Idaho—dia juga tidak ada disana. Setiap aku ajak bertemu, dia pasti mengatakan kalau dia sedang sibuk.
Berbanding terbalik dengan Mike, kini aku malah lebih dekat dengan Xavier. Karena faktor orang tua kami yang berteman dekat, ditambah lagi karena ayah menjadi rekan kerjanya lalu aku juga satu tempat kerja dengannya, lalu kami berasal dari almamater yang sama, dan juga fakta lainnya bahwa dia adalah pacar temanku membuatku menjadi berhubungan dekat dengannya. Di hotel, hubungan kami lebih seperti teman akrab ketimbang karyawan dan atasan.
Sejak dia mengajakku menonton film waktu itu, kami menjadi lebih akrab. Meski di hotel kami tidak berhubungan langsung karena aku lebih banyak berurusan di dalam dapur sementara ia lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kerjanya atau di luar hotel, tetapi ketika waktu pulang kerja, kami sering menghabiskan waktu dengan jalan-jalan bersama entah ke taman atau makan malam bersama. Meski terkadang aku merasa aneh karena aku malah menghabiskan waktu dengan pacar temanku bukannya pacarku sendiri, tetapi aku tahu kalau masing-masing dari kami sama-sama membutuhkan teman untuk menghibur diri. Keadaannya yang harus terpisah benua dengan Carls dan juga keadaanku yang masih berada di kota yang sama dengan Mike tetapi rasanya seperti terpisah jauh membuat kami merasa senasib.
Hari sudah larut dan bahkan tidak ada satupun notifikasi pesan dari Mike yang muncul di ponselku. Dia bahkan tidak bertanya apakah aku sudah pulang kerja atau belum, maukah kau kujemput, atau semacamnya. Pasti dia sibuk luar biasa seperti biasanya lagi. Aku merasa muak dengan sesuatu yang berkaitan dengan kata 'sibuk'. Sudah cukup sepanjang masa remajaku harus kulewati sendirian karena orangtuaku yang 'sibuk', sekarang sialnya aku punya pacar yang super 'sibuk' juga.
Suasana di dalam dapur sudah sepi, penerangan yang kugunakan hanyalah yang kuperlukan saja, dan aku hanya sendirian disini karena semua koki sudah pulang sejak beberapa jam yang lalu. Aku masih di dapur sampai malam begini karena aku sedang mencoba membuat menu baru untuk menambah daya pikat pengunjung. Aku mencoba membuat cake cokelat yang menarik, tetapi apa yang sedari tadi kulakukan hanyalah mengaduk-aduk ganache sambil memikirkan hal lain.
Sebuah lengan kekar melingkar di pinggangku, memelukku dari belakang dengan erat. Aku pun mengelus lengan tersebut dengan lembut. Orang tersebut mencium pipiku, lalu turun ke leherku dan sampai di bahuku. Karena sentuhan-sentuhan tersebut, spontan aku berujar, "Aku merindukanmu, Mike." Dia pun menjawab, "Jangan tinggalkan aku lagi, Carol." Aku terkesiap mendengar suara itu, lalu aku pun menoleh kebelakang untuk melihat siapa orang yang memelukku, dan kulihat Xavier dengan mata merahnya dan tubuh beraroma alkohol berada di belakangku.
"Xav, lepaskan aku." Sumpah deh, dia itu memang mirip sekali dengan penculik, tahu-tahu dia mengekang gerakanku dengan tubuhnya itu.
"Tidak. Kalau aku lepaskan, kau akan pergi lagi, Caroline." Dia semakin mengencangkan pelukannya padaku.
"Aku bukan Caroline, aku Roseline!" Ujarku sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Xavier.
"Ah, sama saja. Aku tunggu kau di penthouse-ku malam ini juga." Perintahnya, kemudian dia berjalan dengan gontai menuju pintu dapur yang tidak tertutup rapat akibat dibukanya tadi.
"Perlu kubantu?" Aku khawatir dia akan menabrak sesuatu jika tidak kupapah, tetapi dia melambaikan tangannya dengan lemah sebagai jawaban bahwa dia baik-baik saja.
***
Ketika aku masuk ke dalam ruangan luas bernuansa cokelat itu, aku melihat pria yang keadaannya seratus derapan puluh derajat berbeda dengan pria yang tadi menemuiku di dapur hotel. Dia sedang duduk di sofanya sambil meminum segelas wine dengan santai. Mungkin karena dia sudah mandi, jadi dia terlihat lebih segar dan tidak sekacau tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For A Missing Heart
Teen FictionRoseline tidak percaya cinta. Roseline tidak pernah percaya jika hubungan yang bahagia memang benar adanya, karena orang tuanya sendiri yang membuatnya tidak meyakini hal itu. Michael percaya cinta, dan ia yakin jika seseorang yang tidak seng...