"Aku ingin bertemu dengan Michael Griffith, apakah dia ada?"
"Maaf, tetapi beliau sedang tidak ada di tempat." Jawab resepsionis yang kutanyai itu. Ini adalah kali pertamaku datang ke kantor Mike, biasanya aku tidak mau datang kesini karena tidak ingin mengganggunya. Tapi menurutku dia sudah keterlaluan sibuk jadi sekali-sekali aku harus mengingatkannya agar tidak melupakanku. Tapi sekali-sekalinya aku datang kesini, dia malah tidak ada.
"Apakah kemarin dia juga tidak ada?" Tanyaku lagi.
"Tidak ada." Jawab resepsionis itu.
"Apakah dia sedang ada tugas liputan?" Ya, mana tahu saja dia mewarisi kesibukan ayah yang satu itu juga.
"Haha, tugas liputan apa? Dia kan hanya-" Seakan tersadar akan sesuatu, tiba-tiba resepsionis itu menghentikan ucapannya.
"Hanya apa?" Aku bingung melihat resepsionis itu yang tiba-tiba menghentikan ucapannya.
"Uhm, dia kan hanya... sedang absen." Resepsionis itu meneruskan ucapannya yang sempat terhenti tadi.
Kemana dia? Mengapa dia tidak memberitahuku jika dia tidak masuk kerja? Memang sih dia tidak tahu kalau aku mau datang kesini, tapi setidaknya dia memberitahuku dimana dia sekarang, setidaknya hanya sekedar agar aku tahu.
Penasaran, aku mencoba meneleponnya untuk mengetahui dimana dia sekarang. Nada sambung pun terdengar, tetapi setelah menunggu lama, panggilanku belum diangkat juga olehnya, akhirnya akupun hanya bisa pasrah oleh keadaan.
"Baiklahlah kalau begitu, jika dia datang nanti, tolong sampaikan padanya kalau aku sempat datang kesini dan ingin bertemu dengannya." Aku berpesan sebelum berjalan keluar dari gedung itu.
Sebelum aku berjalan menjauh dari gedung ini, aku menatap tulisan berwarna biru berukuran besar di bagian atas gedung yang bertuliskan 'Los Angeles Times' dan aku pun bertanya-tanya dalam hati: Jika kau tidak ada disana, lalu kau ada dimana?
***
"Bolehkah aku minta izin untuk pergi beberapa hari? Aku akan meminta Chef Anika untuk menggantikanku selama aku pergi, jadi kau tidak perlu khawatir dengan nasib restoranmu dan pengunjung hotelmu ketika kutinggal beberapa hari. Aku jamin restoranmu tidak akan hancur hanya karena kutinggal beberapa hari." Aku menghubungi Xavier untuk mengabari tentang kepergianku ini.
"Aku tidak khawatir dengan restoran dan hotelku, keduanya dalam keadaan baik-baik saja. Justru yang harus kukhawatirkan adalah dirimu! Kau pergi tiba-tiba, apakah ada sesuatu yang terjadi? Ada apa? Kau mau kemana? Kau dimana sekarang?" Sungguh, aku baru menyadari betapa cerewetnya Xavier ini.
"Aku di taksi dalam perjalanan menuju LAX. Aku ingin ke kampung halaman Michael. Seperti yang kau katakan, aku harus bertindak. Sudah cukup selama ini aku hanya diam dan menunggu, ternyata sikap diamku itu membuatku kecolongan. Aku kehilangannya, aku tidak bisa menemukannya lagi disini. Aku sudah ke kantornya dan setelah itu aku juga sempat datang ke apartment-nya, tetapi aku sama sekali tidak menemukannya, dia pun juga tidak bisa dihubungi. Maka, satu-satunya peluang terakhirku untuk bertemu dengannya adalah di kampung halamannya." Aku menjelaskan alasan mengapa aku harus pergi sekarang.
"Kenapa kau tidak bilang sebelumnya padaku? Aku kan bisa mengantarmu, aku juga bisa menemanimu ke tempat yang kau tuju itu. Aku sangat khawatir karena kau pergi sendirian kesana. Mengapa harus malam ini juga? Mengapa tidak tunggu besok saja agar aku dapat menemanimu? Ini sudah malam Rose, bahaya untuk dirimu." Apakah dia tidak waras? Kalau aku datang ke Idaho bersamanya untuk menemui Mike, bisa-bisa Mike semakin salah paham dan hubungan kami pun akhirnya malah runyam, semakin buruk dan lebih parah dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For A Missing Heart
Teen FictionRoseline tidak percaya cinta. Roseline tidak pernah percaya jika hubungan yang bahagia memang benar adanya, karena orang tuanya sendiri yang membuatnya tidak meyakini hal itu. Michael percaya cinta, dan ia yakin jika seseorang yang tidak seng...