"Bagaimana hasil pencarianmu? Apakah kau menemukannya?" Xavier yang sudah stand by di depan pintu dapur entah sejak kapan langsung merangkulku ketika aku keluar dari dapur.
"Tidak." Jawabku dengan wajah murung.
"Baiklah, daripada kau bersedih, lebih baik kau ikut aku." Tawarnya.
"Kemana? Ke bioskop lagi?" Xavier ini kalau sudah berdiri di depan pintu dapur pada saat jam pulang kerja, pasti sedang ada maunya. Kalau tidak minta temani kesana, pasti kesitu. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kebiasaan bosku yang satu itu, tetapi meskipun aku tak habis pikir dengan kebiasaannya itu, aku tetap menemaninya karena aku juga butuh teman untuk menghibur diri.
"Ah, kalau kesana nanti kau salah memilih film lagi." Jawabnya.
"Ya sudah, kali ini kau yang memilih filmnya." Aku menyerahkan keputusan padanya.
"Tidak, aku tidak pintar memilih film. Lebih baik sekarang pulang ke penthouse-ku saja agar besok ada yang membuatkan sarapan untukku." Ah dasar, dia selalu mencibir pilihan filmku tetapi dia sendiri tidak pintar memilih film, selain itu dia ini ada saja akalnya untuk memanfaatkanku. Kalau begini terus, aku harus diberi gaji tambahan karena bekerja di dua tempat.
"Huh, dasar. Makanya, kau harus cari istri secepatnya agar tidak membuatku memasak pagi-pagi di rumahmu terus."
"Kau saja yang jadi istriku, lagipula kau sudah memenuhi kriteria." Jawabnya asal. Aku hanya tertawa menanggapi ucapannya. "Kau suka sekali bercanda, Xavier." Xavier ingin membalas ucapanku lagi, tetapi tiba-tiba, aku terdiam ketika melihat seseorang berdiri dihadapan kami.
"Roseline!" Orang itu memelukku erat, aku pun balas memelukknya.
"Ibu sedang apa disini? Mengapa tidak bilang jika ibu sedang di LA?" Tanyaku ketika kami selesai berpelukan.
Ibu merangkulku dan mengajakku masuk ke dalam restoran sementara Xavier mengikuti kami. "Maafkan ibu, ibu sangat sibuk ketika sampai disini sehingga ibu lupa mengabarimu." Seperti biasa, semua orang terlalu sibuk sehingga melupakanku. "Ibu baru saja mereview makanan di restoran hotel ini. Ibu dengar, kamu adalah Executive Chef restoran ini, benarkah?" Oh, kehadirannya disini pasti berkaitan dengan acara tv ibu itu.
"Ya, benar. Roseline adalah Executive Chef restoran ini." Xavier membenarkan.
Kami pun diarahkan oleh waitress menuju salah satu meja yang kosong, kemudian kami bertiga duduk disana.
"Okay, meskipun ibu sudah kenyang, tetapi ibu rela makan malam lagi bersama putri ibu ini." Ujar ibu sambil membaca daftar menu. "Well, kamu berkembang dengan pesat ya, Rose. Ibu bangga padamu." Berkembang pesat apa? Ini semua kan karena ulah ayah. "Omong-omong, kau ini siapa, ya?" Kali ini ibu bertanya kepada Xavier.
"Oh ya bu, perkenalkan, ini Xavier Braxton, pemilik Braxton hotel." Aku memperkenalkan Xavier kepada ibu.
"Oh, jadi kau pesepak bola yang puitis itu? Terima kasih telah membuat hidup Roseline menjadi lebih baik." Lho, kok ibu malah menyangka kalau Xavier adalah Mike, sih? Kacau, ibu salah paham!
"Bu.. Ibu salah--" Aku berusaha menjelaskan semua ini agar ibu tidak larut dalam kesalahpahaman, tetapi ucapanku terlanjur disela oleh Xavier.
"Ya, anda benar, sayalah orangnya." Jawabnya sambil tersenyum. "Uhm, kebetulan kami bertemu dengan anda disini. Sebenarnya ada yang ingin saya beritahukan kepada anda, saya berencana untuk menjadikan Roseline sebagai istri saya. Saya harap anda mengizinkan saya untuk menikahinya." Aku terbelalak kaget mendengar ucapan Xavier itu. Oh tidak, bercandanya kali ini tidak lucu sama sekali! Jika dia bercanda, tidak usah sampai mebawa-bawa ibuku segala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcakes For A Missing Heart
Ficção AdolescenteRoseline tidak percaya cinta. Roseline tidak pernah percaya jika hubungan yang bahagia memang benar adanya, karena orang tuanya sendiri yang membuatnya tidak meyakini hal itu. Michael percaya cinta, dan ia yakin jika seseorang yang tidak seng...