TW! Angst, major character death
Saya terlalu percaya diri.
Daun maple yang berjatuhan menandakan musim gugur semakin dekat. Di antara daun-daun berwarna coklat itu, Yeosang bisa melihat seorang malaikat yang tengah berdiri.
"Hai, Aku Choi Jongho."
Uluran tangan itu mana mungkin Yeosang sanggup menolaknya. Dia balas menjabat.
"Yeosang. Kang Yeosang."
Jongho tersenyum. Senyum yang sangat manis sampai-sampai membuat Yeosang candu.
"Salam kenal, Yeo."
Yeosang baru menyadari kalau ternyata suara Jongho begitu lembut bagai sepotong roti yang selalu dibuat ibunya.
Saya terlalu percaya diri bisa menggenggam tanganmu selamanya.
Salju pertama turun di bulan desember, tepat di hari natal. Sepasang kekasih menyusuri jalanan Seoul dengan tangan yang saling bertaut.
Baru Yeosang sadari ternyata tangan Jongho begitu pas. Sangat pas di genggaman tangan lebar Yeosang.
"Dingin," lirih Jongho.
Mereka berhenti, genggaman tangan dilepas, Yeosang menggosok telapak tangannya, lalu menggenggam tangan Jongho.
"Lebih baik?" tanya Yeosang, kembali melakukan tindakan yang sama secara berulang-ulang.
Jongho tersenyum, pipinya memerah karna perlakuan hangat Yeosang, "Makasih, Kak Yeo," balasnya.
"Anything for you, babe."
Bisa memelukmu selamanya.
Badai salju datang, sepasang anak adam itu lebih memilih menghangatkan diri dengan bergelung di selimut tebal sambil menonton film natal daripada membeku di luar.
Jongho sudah mengatur bantal sedemikian rupa agar membuat mereka nyaman dan hangat.
Tapi tetap saja, pelukan Yeosang yang paling hangat.
Jongho mengelus tangan yang melingkar di pinggangnya, tangan Yeosang.
"Kak Yeo," panggilnya.
Yeosang memajukan tubuhnya agar bisa mendengar suara Jongho dengan lebih jelas.
"Kakak lapar gak?"
"Kamu lapar?"
Anggukan imut menjawab pertanyaan Yeosang.
Ponsel yang beberapa saat lalu diabaikan, Yeosang ambil, membuka aplikasi pesan makanan, lalu meletakannya lagi.
"Sabar ya. Sebentar lagi makanannya sampe."
Sekali lagi, Jongho mengangguk.
Bisa memilikimu selamanya.
Natal telah berakhir, begitu juga musim dingin. Berganti dengan musim semi yang hangat dan indah.
Musim yang sangat pas untuk membentuk sebuah momen indah. Seperti,
"Di sini, di hadapan bunga sakura yang bermekaran, Aku Kang Yeosang, dengan segala kerendahan hati mengajakmu untuk hidup bersama selamanya."
Yeosang berlutut, kotak beludru dia buka, menampilkan cincin berhiaskan berlian yang indah.
Sangat indah.
Sama seperti sosok yang tengah berdiri di hadapan Yeosang dengan mata yang berkaca-kaca.
Tidak. Jongho lebih dari sekedar indah.
Kepala bermahkotakan surai merah mengangguk, melukis senyum di bibir yang lebih tua.
Spontan Yeosang memeluk, mengekspresikan afeksinya lewat kecupan-kecupan lembut di wajah Jongho, membuat si korban tertawa karna kecupan Yeosang.
Tapi saya lupa, tak ada kata selamanya di dunia yang fana.
Sepasang kekasih yang rambutnya sudah mulai memutih itu saling berpegangan tangan. Yang lebih tua mengecup telapak tangan kekasihnya. Telapak tangan yang sama yang Yeosang cium di hari pernikahan mereka puluhan tahun yang lalu. Tangan yang sama yang dia jabat ketika mereka pertama kali berkenalan.
"Choi Jongho," bisik Yeosang.
Jongho tidak menyahut, matanya tertutup rapat. Hanya suara mesin yang menempel pada tubuh si Choi yang terdengar.
Yeosang melepas genggamannya, mencium kening kekasihnya yang masih setia menutup mata. "Aku ikhlas, Sayang," ujarnya.
Mesin detak jantung yang berbunyi nyaring diikuti garis lurus seolah menjawab secara tersirat kalau Jongho sudah menyerah. Choi Jongho sudah menyerah untuk hidup dan kekasihnya mengijinkan.
Akhirnya, Jongho bisa tenang.
-THE END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Geschichte
Short StorySekumpulan kisah kapal-kapal ATEEZ dengan berbagai genre.