Rival [Yunho x Mingi]

632 47 1
                                    

{REQUESTED}

Menurut tiga puluh tiga penghuni kelas XII IPS ini, dua manusia yang duduk tepat dua bangku di baris pojok kiri merupakan definisi sesungguhnya dari air dan minyak.

Sebuah keterbalikan.

Jung Yunho si siswa teladan dan cerdas, membaca buku dengan tenang di bangkunya.

Sementara Song Mingi,

"Minggir, anjing! Gue mau ke kantin," sentak Mingi.

Seperti keterbalikan Yunho, berandal sekolah dan kasar.

Yunho di bangkunya masih duduk tenang, sama sekali tidak terusik dengan keributan yang Mingi lbuat.

"Yunho bangsat!"

Sekali lagi, Mingi mengumpati si pemilik marga Jung.

Yunho membalik halaman buku yang dibacanya, "Masih ada empat puluh lima menit lagi sebelum bel, Gi."

Merasa usahanya sia-sia, Mingi memilih duduk kembali di bangkunya yang memang terletak di pojok, terkurung antara tembok dan Yunho.

Semenit.

Tiga menit.

Lima menit.

Sial, Mingi sudah bosan.

"Baca apa sih?"

"Sastra," jawab Yunho.

"Engga bacaannya, engga orangnya, sama-sama ngebosenin."

Yunho melirik Mingi, menaikkan sebelah alisnya seakan bertanya.

"Apa liat-liat?!"

Menggeleng, Yunho kembali tenggelam dalam bacaannya, mengabaikan Mingi, lagi.

Empat puluh menit yang terasa seabad buat Mingi akhirnya berakhir dengan bunyi bel tanda istirahat.

Yunho berdiri, langsung berlari keluar kelas tanpa menunggu Mingi, membuat si Song kebingungan di tempatnya.

"Yunho mau ke mana? Kok buru-buru banget?"

Tapi suara perutnya menghentikan Mingi untuk membuntuti Yunho. Biarkan, toh dia bisa bertanya pada si Jung itu nanti sepulang sekolah.

•<>•

Mingi semakin mengernyit heran ketika tidak menemukan sosok Yunho di kumpulan mereka.

Bodo amat, tidak penting.

Mingi duduk di antara Jongho dan Hongjoong, menyeruput es jeruk milik Hongjoong tanpa permisi, sukses menciptakan keributan di meja yang ketiganya tempati.

"Yunho mana?"

Meskipun sering diibaratkan air dan minyak, Yunho dan Mingi tidak pernah terpisahkan. Di mana ada Yunho, di sana pasti ada Mingi. Begitu juga sebaliknya. Makanya kalau salah satu tidak ada, pasti terasa tidak lengkap.

"Engga tau tuh," sahut Mingi ketus.

Menyadari mood Mingi yang sedang buruk, Hongjoong dan Jongho memilih diam.

"Eh, itu bukannya Yunho?" gumam Jongho.

Mingi buru-buru mengikuti arah pandang Jongho. Benar, itu Yunho.... dan San.

Sejak kapan keduanya dekat?

Apa yang mereka lakukan?

Kenapa Yunho mepet-mepet gitu duduknya?

"Itu San dari klub taekwondo. Kan Yunho lengser jadi ketua, nah itu bocah penggantinya," jelas Hongjoong yang seakan membaca pikiran kedua temannya.

Mingi diam, masih menatap dua anak adam di seberang sana dengan tatapan datar.

Geschichte Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang