Susah [Seonghwa x Hongjoong]

730 40 1
                                    

Siang itu teras rumah Rasya ramai sama teman-teman sekolahnya. Si sulung Seraika juga ada di sana, sedang bernyanyi diiringi petikan gitar yang dimainkan Harsa. Sedangkan sisanya sedang bermain game online di ponsel, terkecuali Wira yang memasak mie instan buat mereka semua.

"Mana nih si Syarif? Belom dateng juga?" tanya Ikhsan yang baru dari luar, ada bungkus rokok dan korek di tangannya.

Rasya menoleh pada Harsa, otomatis semuanya juga ikut menatap si pria bersurai biru yang eksentrik itu.

Harsa menghentikan petikan gitarnya, "Napa?"

"Biasanya lo 'kan yang paling tau soal Bang Syarif."

"Gue bukan emaknya."

Jasen menimpali, "Kenapa lo sama Bang Syarif? Rebutan cewek?"

"Kagak. Emang beberapa hari ini nggak ngabarin dianya."

"Sama gue juga sih," tambah Ikhsan.

Wira yang baru datang dengan semangkuk mie di tangannya langsung duduk tanpa permisi.

"Punya gue mana?"

"Ambil aja di dapur, belom gue kuahin doang."

Dengan komando itu, mereka semua langsung ke dapur, kecuali Harsa dan Wira yang masih di ruang tersebut.

"Jujur aja kali, Bang."

"Jujur ape?"

Wira menelan mi di mulutnya, lalu berujar, "Lo sama Bang Syarif lagi berantem 'kan? Lebih spesifiknya, lo lagi ngehindarin Bang Syarif."

Harsa bernafas lega kala jawaban itu yang keluar dari bibir tebal Wira. Berarti Ikhsan benar-benar memegang kata-katanya dengan baik. Harsa menyeringai, lagi pula jika Ikhsan cepu Harsa bisa membocorkan rahasia laki-laki juli itu pada Rasya.

"Assalamualaikum!"

"Kum!"

Harsa dan Wira kompak menatap ke pintu masuk yang ternyata ada Syarif dan adiknya yang berusia tiga tahun sedang berdiri.

"Masuk, Bang! Rasya lagi di dapur sama yang lain. Hai, Nana~"

Nana yang dipanggil namanya lantas menghampiri Wira, "Abang makan apa? Nana boleh coba nggak?"

Berbeda dengan Harsa yang langsung pergi ke dapur, mengambil jatah mi miliknya.

"Lah? Pergi dia," ujar Syarif sambil duduk di sofa.

"Kalo mau, masak sendiri aja. Gue pikir lo nggak dateng, makanya nggak gue bikinin."

"Iya. Santai aja."

Tidak lama yang lain juga datang dari dapur dengan semangkuk mie seperti Wira tadi. Menyadari kehadiran Nana, mereka kompak berseru, "Hai, Nana!"

"Hai, Abang-abang!"

"Nana, ke sini sama siapa?" tanya Kevin.

"Sama daddy!"

Kompak mereka semua yang ada di ruangan itu tertawa, kecuali Syarif dan Nana. Syarif memberi jari tengah pada Ikhsan.

Sedikit informasi, Nana bukanlah adik kandung Syarif, melainkan bayi yang sengaja dibuang orang tuanya dan kebetulan ditemukan oleh Syarif. Beberapa minggu lalu, Syarif sempat menitipkan Nana pada temannya karna dia ada urusan di kampus. Di luar perkiraan, ketika bertemu Syarif kembali, Nana yang biasa memanggilnya dengan sebutan 'Abang' berubah menjadi 'Daddy'.

"Gue cabut ya!" Harsa tiba-tiba datang dari dapur, mengambil gitar miliknya kemudian pergi.

"Hati-hati, Sa!" teriak Ikhsan.

"Yoi!"

-oOo-

Perang dingin yang terjadi antara Harsa dan Syarif mulai disadari anggota lainnya. Mungkin agak terlambat, tapi setidaknya tidak terlambat untuk membuat keduanya berdamai kembali.

Di beberapa kesempatan, setiap mereka berkumpul, Harsa akan langsung pulang ketika Syarif sampai. Syarif juga yang biasanya menyapa Harsa dan merangkulnya seolah tidak ada spasi antara mereka, sekarang mulai membatasi sentuhan fisiknya dengan Harsa.

Hingga di satu kesempatan-

Harsa baru ingin mengangkat bokongnya, tapi langsung ditahan Syarif.

"Santai. Gue lagi nggak mau ngumpul, gue cuma mau nyampein amanat." Syarif mengeluarkan undangan dengan namanya dan nama seorang wanita ke tengah-tengah meja.

Jasen pertama mengambilnya, namun direbut oleh Ikhsan.

Tidak salah lagi.... Ini undangan pernikahan. Ikhsan membuka plastik undangan tersebut, membacanya dengan cepat.

"Beberapa bulan lalu gue coba ta'aruf, dan gue ketemu Hafsah. Dia cewek baik, ibu yang baik, kita juga punya banyak kesamaan. Klop dah."

"Terus Nana gimana?" tanya Harsa.

Syarif tersenyum lebar, "Dia udah tau soal mama barunya kok. Mereka juga akrab. Gue udah ceritain soal Nana tanpa ditutupi sama sekali, dan Hafsah terima."

Mahes jadi yang pertama berdiri, memeluk abang sekaligus sahabatnya dengan erat, "Akhirnya nggak jomblo lagi ya, Bang!"

"Gue turut seneng dah!" ujar Kevin.

"Akhirnya Syarif resmi jadi papa muda!" celetuk Wira.

Semuanya ketawa tanpa terkecuali. Kalau dilihat sekilas sekelompok sahabat itu benar-benar bahagia sekarang. Mereka kompak memeluk Syarif, sebagai salah satu bentuk cinta. Tidak ada yang menyadari kalau tangan Ikhsan menepuk pundak Harsa dua kali, seolah menguatkan.

Setelah acara kumpul kecil-kecilan itu, satu-persatu dari mereka pulang, menyisakan Ikhsan dan Harsa berdua. Harsa yang lagi mainin gitar sambil nyanyi asal-asalan dan Ikhsan yang lagi memainkan ponsel pintarnya.

"Inget nggak kata-kata lo dulu waktu gue nangis karna Rasya ternyata punya pacar cewek?" celetuk Ikhsan.

"Inget. Kalau ganteng lo masih sama cowok lain, tikung terus sampe mampus."

"Tapi kalo ganteng lo udah sama si cantik, lepasin, dia udah ada di jalan yang bener," lanjut Ikhsan, "Gimana? Gampang ngelepasinnya?"

"Susah ya...."

–THE END–

Geschichte Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang