Minggu pagi di awal liburan semester dipakai dua anak adam untuk membersihkan kamar asrama Mereka. Kebetulan mereka adalah roomate yang berada di kampus dan jurusan yang sama.
Si surai pirang meraba-raba kolong tempat tidur, mencari sampah yang mungkin ada di sana. Sementara si surai hitam berdiri dengan menjadikan gagang sapu sebagai tumpuan.
"Ngapain bebenah sih. Lo 'kan gak balik, Sang."
Si surai hitam memulai obrolan, menatap malas sang roomate yang masuk semakin dalam ke kolong kasur. Ia sebenarnya malas disuruh beres-beres begini, apalagi lusa adalah jadwal kepulangannya ke kampung untuk liburan. Dua hari ini harusnya ia pakai untuk bersantai, mengisi tenaga karna perjalanan pulang kampung pasti memakan banyak waktu dan tenaga.
"Lo lupa ya? Gue kan mau pulang ke panti, San," sahut Yeosang.
San memutar bola matanya, "Lo ikut pulang sama Gue aja yuk!"
Yeosang keluar dari kolong kasur, baju bagian depannya juga kotor karna lantai yang masih berdebu. Dia menggeleng, berjalan ke arah San dan mengambil sapu dari si surai hitam. Ia mulai menyapu lantai tanpa mempedulikan San yang berkacak pinggang di pojok kamar.
"Eh! Eh! Bentar, Sang."
Yeosang menaikkan sebelah alisnya, menatap San dengan pandangan malas sambil berujar, "Apalagi?"
San memungut kertas di lantai, membolak-baliknya seolah tengah memastikan sesuatu. Lalu mulutnya membulat ketika menemukan sebaris kalimat di pojok foto.
17 Juni 2010
Uiseong-gun, Gyeongsangbuk-do"Kok anak kecil yang ini mirip Yeosang?" gumam San yang masih bisa didengar oleh sang pemilik nama.
"Mana?"
"Yang ini."
San menunjuk seorang anak laki-laki berkisar 10-12 tahun yang berada di tengah-tengah sepasang orang dewasa. Latar gambar yang seluruhnya adalah pohon apel yang hampir masak menunjukkan bahwa pengambilan gambar itu dilakukan di perkebunan apel.
Yeosang memandangi foto itu dengan pandangan intens. Di satu sisi dirinya merasa foto ini familiar, tapi di sisi lain Yeosang merasa seperti ada yang kurang dari foto itu. Seolah keluarganya belum lengkap.
Yeosang mengambil foto tersebut dari tangan San, meletakannya di nakas kecil dekat tempat tidur, "Besok mau nanya Ibu Panti soal ini ah."
"Ikut!" pekik San.
"Ih, lo kan mau pulang kampung! Ngapain ikut-ikut?"
"Engga jadi. Gue harus tau soal itu dulu," tunjuk San pada foto perkebunan apel itu, "Baru Gue bisa tenang, Sang."
Yeosang dengan senang hati mendorong kepala San, menoyornya.
"Gegayaan, bocah!"
【 M E M O R Y 】
Mobil berisi dua orang itu sunyi senyap. Si pengemudi yang butuh konsentrasi penuh untuk menjalankan kereta besi, sedangkan si penumpang asik melamun sambil menatap ke luar jendela.
"Itu perkebunan punya Almarhum Ayahmu. Sekarang lagi dikelola sama salah satu tangan kanannya, Tuan Choi nama orang itu."
Si penumpang membenarkan letak earphone yang menyumpal telinganya.
"Tadinya mau diserahin pas kamu udah legal secara hukum."
Manik coklat terang itu menatap jalanan yang didominasi pepohonan rimbun.
"Kalau kamu mau mastiin ke sana bisa aja. Sebut nama lengkap kamu, biar yang di sana jelasin semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Geschichte
Short StorySekumpulan kisah kapal-kapal ATEEZ dengan berbagai genre.