Yeosang kalut. Banget. Dia bingung juga panik ketika tau kekasihnya tiba-tiba menghilang tanpa kabar setelah kelulusan. Dia udah coba ke rumah pacarnya, tapi rumah itu kosong seperti tidak ditempati. Apalagi daun-daun yang berserakan di halaman seolah menguatkan asumsi kalau rumah itu tak terawat.
Yeosang juga udah mencoba bertanya sama temen-temen kekasihnya. Tapi tidak satu pun dari Mereka yang mengetahui keberadaan Jongho.
Ah ya, Choi Jongho itu nama kekasih Yeosang.
Yeosang frustasi. Ekspektasinya bisa memulai hidup mandiri dengan tinggal di apartemen bersama Jongho lenyap sudah. Nyatanya, yang lebih muda malah meninggalkan Yeosang tanpa alasan.
Satu-satunya harapan Yeosang adalah rumah itu. Rumah minimalis dengan halaman luas yang ditumbuhi berbagai jenis bunga, dulu. Tapi sekarang halaman cantik itu tidak terurus, ditambah dengan ilalang yang tumbuh secara liar.
Yeosang kembali lagi ke rumah itu. Berharap menemukan titik terang di balik hilangnya sang pujaan hati.
Bagitu mobil Yeosang terparkir di depan rumah, Dia bisa lihat ada mobil lain yang juga terparkir. Ditambah, pintu yang biasa terkunci itu terbuka lebar.
Yeosang senang bukan main. Dia turun dari mobilnya, memasuki pekarangan rumah tadi.
"Permisi," teriak Yeosang, berharap ada seseorang yang menyahut dari dalam sana.
"Ya?"
Seorang laki-laki berkacamata keluar dari dalam rumah.
Tidak, itu bukan Jongho. Melainkan kakaknya Jongho, Choi San.
San membulatkan mulutnya begitu melihat wajah Yeosang, "Nyari Jongho?"
"Iya, kak."
"Ayo masuk dulu," ajak San, yang diangguki oleh Yeosang.
●<>●
San meneguk air minumnya sebelum bicara lagi, "Iya. Saya juga heran sehebat apa sih kamu sampe-sampe Jongho ngerasa dirinya gak pantas buat berdampingan sama kamu."
Yeosang bingung harus bereaksi apa.
Satu informasi yang Yeosang dapat hari ini, Jongho menghilang karna dirinya sendiri. Karna Jongho merasa tidak pantas bersanding dengan Kang Yeosang yang namanya dieluk-elukan semua orang.
Yeosang mau marah. Marah sama dirinya sendiri, juga sama Jongho. Marah karna tidak peka dengan sikap Jongho. Dan, marah karna Jongho menjadikan dirinya sebagai acuan kesuksesan Jongho.
Yeosang tidak sesempurna itu tau!
Menyadari lawan bicaranya yang sedang emosi, San menepuk pundak Yeosang.
"Jongho aman di rumah neneknya. Kamu gak perlu khawatir. Dia bilang bakal muncul di hadapan Kamu kalo Dia udah ngerasa pantas."
Selepas mengatakan itu, San mengusir Yeosang secara halus. Dia harus kembali ke rumah nenek, katanya.
●<>●
Hari minggu ini harusnya menjadi kencan romantis bagi Hongjoong dan Seonghwa. Harusnya seperti itu. Tapi Yeosang tiba-tiba datang dan merusak rencana kencan yang sudah direncanakan jauh-jauh hari.
"Kan kasian sahabatku galau begitu, Joong."
Hongjoong cuma bisa mengelus dada.
Yeosang, Hongjoong dan Seonghwa sedang berada di kamar Seonghwa. Yeosang yang tiduran di kasur sambil meracau tentang kekasihnya yang hilang tanpa kabar, dan Seonghwa yang mengelus punggungnya seraya memberikan kalimat penenang. Hongjoong? Dia duduk di kursi belajar Seonghwa, menonton cara bermesraan pacar dengan sahabat pacarnya.
"Gue juga bingung ini gimana, Sang."
Hongjoong akhirnya buka suara, "Sosmed Lo juga diblock sama Jongho?"
"Ya. Semuanya, bahkan kakaotalk dan twitter juga diblock."
Hongjoong mengeluarkan ponsel dari saku celananya, memainkan benda canggih itu.
Beberapa menit kamar itu hanya terisi oleh racauan Yeosang. Hingga tiba-tiba dering ponsel Hongjoong berbunyi. Si pemilik membaca pesan singkat yang tertera di layar ponsel.
"Gue ngajak Jongho ketemuan minggu depan, dan dia setuju. Hari minggu jam 7 malam, di taman kota."
Seonghwa mengernyit, "Maksud?"
"Biar Yeosang yang gantiin Gue buat ketemu Jongho. Sang, pas nanti ketemu Lo harus yakinin Jongho biar balik sama Lo," jelas Hongjoong.
Yeosang yang terlalu senang lantas menerjang Hongjoong, memeluknya.
Sepertinya kencan romantis itu tidak akan pernah terlaksana karna sekarang Hongjoong keseleo.
●<>●
Malam itu suasana taman sangat sepi. Ah, orang waras mana yang pergi ke taman pada malam hari? Yeah, kecuali kalau memang memiliki janji temu, seperti Jongho sekarang.
Lelaki bermarga Choi itu mendudukan bokongnya di bangku taman, dekat dengan salah satu lampu yang menyala. Dia berkali-kali melirik ponselnya, berharap orang yang mengajaknya kemari setidaknya memberi kabar.
Jongho bernafas lega ketika merasakan seseorang duduk di bagian kosong tepat di sebelah kanannya. Wajahnya masih menunduk, jadi tidak bisa melihat jelas sosok itu.
"Kak Hongjoong, lama banget sih! Hoho takut tau di sini sendirian," gerutu Jongho.
Orang di sampingnya tertawa pelan, membuat Jongho mematung seketika. Dia hapal betul suara tawa ini, karna tawa ini selalu mampu membuatnya ikut tersenyum.
Jongho menoleh ke kanan, membuat netranya dan netra sosok itu saling berhadapan.
"Maaf ya udah bikin nunggu lama, Hoho," seru Yeosang, disertai senyum tipis.
Setelah perbincangan singkat itu, di sinilah keduanya sekarang. Di dekat warung mie ayam tempat Mereka biasanya menghabiskan waktu.
"Bang, mie ayamnya dua," ujar Yeosang pada si penjual.
"Kayak biasa kan?" sahut si penjual.
See? Bayangkan seberapa sering Mereka ke sini sampai Abang mie ayamnya hapal betul dengan pesanan Mereka.
Yeosang bersuara begitu mendudukan bokongnya di salah satu bangku yang disediakan, "Aku sebenernya mau ngomong banyak, Ho."
Si lawan bicara hanya berdehem, takut suaranya bergetar kalau berbicara.
"Terutama soal Ki--"
Ucapan Yeosang terpotong karna pesanan Mereka datang. Keduanya mengucapkan terimakasih secara bersamaan.
Yeosang mengambil dua mangkok mie ayam, memberikan salah satunya pada Jongho yang diterima dengan senang hati oleh si Choi. Mereka kembali fokus dengan makanan di tangannya, tanpa bicara sama sekali.
Bermenit-menit berlalu dalam keheningan, baik Yeosang maupun Jongho tidak ada yang memulai pembicaraan. Hanya deru kendaraan bermotor yang melintas, yang mengisi keheningan malam itu.
Jongho menyerahkan mangkok mie ayamnya pada si penjual. Dia ingin mengeluarkan lembaran uang di sakunya untuk membayar, tapi terhenti karna Yeosang tiba-tiba menggenggam tangannya.
"Aku gak ngerti cara berpikir kamu," buka Yeosang.
"Aku gak paham sehebat apa aku di mata kamu, sampe kamu mikir kalo kita gak pantes bersama--
-- Hah, aku bukan orang yang pinter ngeyakinin orang lain. Aku bahkan kadang-kadang gak yakin sama diriku sendiri--
-- Tapi, aku cuma bakal bilang. Aku bebasin kamu, dengan syarat kita ketemu di tempat ini, setahun lagi. Kamu dateng atau enggak, aku bakal tetep ke tempat ini di tanggal dan jam yang sama, setiap tahunnya--
-- Kalo kamu udah ngerasa kita pantas berdampingan, temuin aku di sini."
Setelah berkata sepanjang itu, Yeosang melepaskan genggamannya pada tangan Jongho. Dia berbalik, pulang ke rumahnya.
Walau nyatanya, rumah sesungguhnya sudah dibawa pergi oleh Jongho.
-The End-
KAMU SEDANG MEMBACA
Geschichte
Short StorySekumpulan kisah kapal-kapal ATEEZ dengan berbagai genre.