Immune [Wooyoung x Seonghwa]

450 33 4
                                    

Suasana ruang kerja Wooyoung sangat tegang. Tak ada yang buka suara selama beberapa menit setelah kedatangan anggota baru di kelompok kecil mereka. Setelah mereka berhasil mengambil persediaan senjata lagi juga beberapa kantong darah, ditambah satu manusia- Ya, itu alasannya. Manusia yang dibawa Wooyoung adalah alasan dari suasana tegang ini. Satu-satunya manusia dalam kelompok kecil mereka.

Setelah delapan bulan berlalu sejak wabah aneh menyerang kota, membuat mereka yang terinfeksi menjadi mayat hidup yang haus darah manusia, menyerang dengan brutal tanpa pandang bulu. Wooyoung dan teman-temannya mungkin sebuah pengecualian, mereka sudah terinfeksi namun tidak menjadi mayat hidup. Mereka nampak seperti manusia normal sekilas, walaupun tetap ada yang berubah. Makanan mereka sama seperti mayat hidup, tapi akal sehat mereka masihlah manusia.

Hongjoong, yang seorang asisten lab sebelum wabah ini terjadi mengatakan kalau alasan mereka tidak berubah setelah terinfeksi karna imun tubuh mereka jauh lebih kuat dari manusia pada umumnya. Makanya mereka menjadi setengah manusia setelah terinfeksi.

Dan ini pertama kalinya ada sosok manusia di tengah-tengah mereka.

"Bagus. Setelah berburu senjata dan darah, sekarang kita harus mengumpulkan makanan," sarkas Mingi, secara tersirat mengatakan manusia itu hanya akan jadi beban untuk mereka.

"Wooyoung hyung, kenapa dia nggak dianter ke perbatasan aja? Dia bisa ke pengungsian setelah dari sana," usul Jongho.

Empat orang di sana langsung melirik orang yang disebutkan namanya oleh Jongho. Meskipun tidak mengatakan secara langsung, tatapan mereka seolah menyetujui usulan si termuda.

Wooyoung menghela nafas, dia memalingkan wajahnya agar tak melihat wajah teman-temannya, kemudian berujar lirih, "Nggak bisa. Udah nggak ada tentara di perbatasan, cuma ada tembok tinggi. Mereka kayaknya berhenti mengevakuasi karna berpikir nggak ada lagi yang selamat."

Choi San yang tadi duduk langsung berdiri menghampiri Wooyoung. "Sejak kapan?"

"Sebulan lalu, waktu nganter anak-anak sekolah dasar itu ke perbatasan." Yeosang buka suara.

Menyadari adanya kejanggalan, San kembali bertanya, "Kalo gitu di mana mereka sekarang? Kalian nggak bawa anak-anak itu ke sini."

Wooyoung memejamkan matanya sebelum menjawab, "Kita bunuh."

Bruk!

San langsung menerjang Wooyoung, di tangan kirinya ada pisau lipat yang mengarah ke si Jung. San tidak melukai Wooyoung dengan pisau itu, dia hanya membiarkan pisau itu mengambang di udara. Wooyoung sendiri memejamkan matanya, enggan bertatapan dengan manik coklat San yang udah berkaca-kaca.

"Mereka masih anak-anak, Sialan!"

Yeosang memilih mengalihkan pandangannya. Dia juga terlibat ketika itu, saat mereka dengan terpaksa membunuh anak-anak tersebut karna berpikir lebih baik mereka mati sekarang daripada berakhir menjadi mayat hidup di luar sana.

Yunho yang ada di sana langsung melangkah mendekati Wooyoung dan San ketika mendengar isakan kekasihnya. Dia menarik pinggang ramping San, tangannya yang bebas mengambil pisau di tangan si Choi dan menjatuhkannya ke lantai. Barulah dia menggendong San dan membawanya keluar ruangan.

Setelah kepergian sepasang kekasih itu, suasana kembali hening, tak ada satupun yang mengeluarkan suara. Sampai Mingi berdiri sambil berujar, "Bunuh aja dia kayak lo bunuh anak-anak itu, Jung. Lo harusnya tau, manusia di antara immune kayak kita itu bakal jadi beban. Satu-satunya yang berguna cuma darah mereka."

Kemudian pemuda tinggi itu keluar ruangan.

"Dia bener," ucap Yeosang sebelum berlalu pergi.

Sementara itu objek pembicaraan mereka tengah meringkuk di sudut ruangan. Ketakutan. Awalnya dia ikut kelompok ini karna berpikir mereka manusia yang bertahan hidup, sama seperti dirinya. Tapi mendengar pembicaraan tadi dan bagaimana secara tersirat mereka mengatakan kalau mereka bukan manusia lagi membuatnya ketakutan.

Geschichte Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang