Pertama kali Seonghwa denger kabar Wooyoung dan San pacaran, dia selalu mengawasi dua sejoli itu, mengingatkan mereka kalau cuma sedang berdua.
Seonghwa sadar kalau Wooyoung dan San masih remaja, masih labil dan.... masih meluap gairahnya. Dia cuma mau dua adiknya itu tidak berbuat di luar batas.
Bahkan kalau Wooyoung cium San, Seonghwa orang pertama yang melototin si Jung.
Seonghwa juga berkali-kali mengingatkan Yeosang kalau Jongho masih anak kecil yang engga tau apa-apa. Dia bahkan mengancam Yeosang kalau sampai si Kang melakukan hal yang tidak-tidak dengan Jongho.
Seonghwa emang segitu menjaga adik-adiknya.
Tapi yang tidak pernah Seonghwa bayangkan adalah dia sendiri yang melakukan dosa khas remaja pada umumnya.
Malam itu, selesai acara pesta ulang tahun Mingi, Seonghwa dan Hongjoong tidak langsung pulang.
Hongjoong menarik Seonghwa ke salah satu kamar; kamar tamu sepertinya karna terlihat agak berdebu dan sangat rapi. Dan malam itu juga mereka melakukan dosa itu, dosa yang besar tapi sangat manis. Dosa yang penuh gairah.
Malam itu, Hongjoong emang mabok, apalagi Seonghwa. Dua-duanya tidak sadar apa yang mereka lakukan.
Paginya, Hongjoong bersikap biasa-biasa saja. Sepertinya dia emang tidak ingat apa yang dilakukannya bersama Seonghwa di kamar itu.
Berbeda dengan Seonghwa yang mengingat setiap detail kejadiannya dengan sangat rinci. Meskipun samar, tapi Seonghwa tau itu sentuhan Hongjoong.
Kehidupan mereka berlanjut seolah tidak pernah terjadi sesuatu di antara keduanya. Setelah lulus, Seonghwa memilih melanjutkan toko kue orangtuanya dan Hongjoong melanjutkan studinya di luar kota.
Tiga bulan berlalu, Seonghwa mulai merasa aneh dengan dirinya. Dia lebih.... gemuk? Dia juga mudah sekali merasa lapar, nafsu makannya benar-benar meningkat.
Awalnya Seonghwa tidak mau ambil pusing, tapi ucapan Ibunya malah membuat Seonghwa gelisah.
"Lucu ya. Kamu kayak gitu persis Mama waktu hamil Kamu," komentar Ibunya ketika Seonghwa meminta nasi goreng lagi.
Tidak mungkin Seonghwa hamil 'kan? Dia tidak pernah terjerat seks bebas atau semacamnya. Dia tidak pernah-- Ralat, dia hanya pernah melakukannya dengan Hongjoong, sekali, hanya malam itu.
Dua bulan berikutnya perut Seonghwa semakin membuncit, pipinya menjadi chubby dan dia semakin mudah lelah.
Ibu Seonghwa menyadari ada yang salah dengan anaknya. Dia seorang Ibu dan tentunya pernah mengandung, dia jelas tau apa yang terjadi pada Seonghwa.
Maka ketika mereka menutup toko sore itu, Ibu Seonghwa mengajak sang anak untuk berbicara, berdua.
"Nak," pembuka yang keluar dari bibir si wanita paruhbaya.
"Kenapa, Ma?"
"Seonghwa sayang," Ibu Seonghwa menggenggam tangan anaknya, mengusapnya dengan lembut, "Kita coba pake testpack ya."
Seonghwa menarik tangannya, "Maksud Mama apa?"
"Kita lihat dulu. Kalau benar, Kita cari Ayahnya bareng-bareng ya. Mama bantu Kamu ngomong sama Papa soal ini."
Seonghwa jelas tau maksud Ibunya. Tapi dia takut. Takut Hongjoong tidak percaya. Takut Hongjoong tidak menerima anak ini. Takut Hongjoong membencinya karna anak ini.
Namun Seonghwa juga tidak kuasa menolah permintaan Ibunya. Dia mengangguk menyetujui.
●<>●
KAMU SEDANG MEMBACA
Geschichte
Short StorySekumpulan kisah kapal-kapal ATEEZ dengan berbagai genre.