"Kit... Kit..", Singto langsung mencari Krist, sambil menyalakan lampu di ruangan penthouse nya.
Kenapa gelap sekali? Dimana Kit?
Tiba-tiba ada seseorang memeluk Singto dari belakang, memeluknya sangat erat. Singto memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memeluknya. Pria manis itu tersenyum lebar.
"Kit. Darimana saja kamu?"
Keduanya berpelukan erat dan Singto mencium rambut Krist yang wangi shampoo.
"Singtuan yang darimana saja?", wajah Krist berubah cemberut tapi tetap menggemaskan, sehingga Singto malah senyum-senyum.
"Hanya bertemu dengan Pangeran Andrews dan membicarakan beberapa hal."
"Tentang press conference?"
"Umm.. iya. Oh soal itu, besok aku akan pergi ke Leontopodium. Aku harus pulang bertemu ibuku dan juga menyiapkan press conference. Lusa aku akan langsung kembali setelah press conference. Besoknya kita akan pergi ke Amarylis, ya? Kamu disini dulu sementara gapapa kan?"
"Ok. Singtuan."
"Good. Aku mau mandi dulu Kit, habis ini kita makan malam bersama"
Krist yang masih memeluk Singto itu pun mengangguk. Setelah Singto masuk ke dalam kamar mandi, Krist mengambil handphone nya. Selama ini Krist tahu bahwa akun di handphone nya terhubung dengan akun Singto. Kalau tidak, bagaimana mungkin alamat Mr. Winson bisa muncul di notes nya? Galeri fotonya pun penuh dengan foto dirinya yang ia sendiri tidak tahu kapan diambil. Darimana lagi kalau bukan berasal dari galeri handphone Singto yang diam-diam mengambil foto Krist ketika di kapal maupun ketika sedang pergi jalan-jalan.
Memang benar di mata Singto hanya ada Krist seorang. Foto-foto di galerinya pun penuh dengan wajah Krist. Mungkin Singto hanya ingin mengabadikan wajah orang yang paling dicintainya itu.
Seberapa jauh kamu mencari tahu tentangku tanpa sepengetahuanku, Singto?
***
"Kit...", tanya Singto sambil makan.
"Hmm?"
"Kenapa diam saja?"
"Kita sedang makan, kan? Tidak boleh banyak bicara."
Aneh. Tidak seperti biasanya. Kit bahkan bisa cerita tanpa jeda ketika sedang makan.
"Singtuan. Kamu tahu, aku lulusan Art Institute of Elcastar?"
"Oh ya? Wow hebat sekali. Itu universitas yang sangat terkenal.", Singto masih menjawab seolah baru saja mengetahuinya.
"Sejak kapan?", wajah Krist mulai serius menatap Singto.
"Apa?", Singto pun terkejut melihat ekspresi Krist yang hampir tidak pernah dilihatnya.
"Sejak kapan kamu tahu aku lulusan universitas itu? Tidak perlu mencoba mengelak. Apalagi yang kamu ketahui?"
deg.
Jantung Singto berdebar, seperti dia tertangkap basah melakukan suatu hal yang salah.
"Krist, aku minta maaf. Sejak hari pertama aku bertemu denganmu di kapal dan insiden kalung berlian itu, aku meminta Jane untuk melakukan background check tentangmu. Aku jujur. Aku tahu aku salah. I swear it was before I'm falling in love with you."
"Jadi kamu tidak percaya denganku?"
"Bukan tidak percaya Krist. Listen to me.", Singto berjalan mendekat pada Krist dan berlutut untuk menyetarakan kepalanya dengan Krist yang sedang duduk dan menatap kekasihnya itu.
"Aku tertarik padamu sejak pertama kali melihatmu. Selama 29 tahun hidupku, aku menemukan banyak orang yang tidak bisa kupercaya. Itu sudah menjadi kebiasaanku. Maafkan aku, Kit.", Singto meletakkan kedua tangannya di atas lutut Krist dan membuat ekspresi memohon.
Krist yang tidak tega untuk marah pun memeluk Singto.
"Do you really love me?", tanya Krist.
"Yes. With all my heart."
"Kamu percaya padaku, kan?"
"Iya, Kit."
"Apa tidak ada hal lain yang kamu sembunyikan dariku?"
"Tidak ada.", jawab Singto.
"Kamu tidak akan menyembunyikan sesuatu dariku lagi. Janji?"
"Aku janji."
Bagaimana bisa kamu berjanji untuk suatu hal yang tidak dapat kamu tepati? Baru saja kamu melanggar janji itu.
Krist adalah seorang lulusan jurusan Art and Human Expressions. Mungkin hal yang tidak diketahui Singto adalah Krist sangat dalam mempelajari tentang ekspresi manusia, karena baginya manusia itu manipulatif. Dari kecil hidupnya sudah dikelilingi oleh orang-orang yang tidak baik padanya. Art adalah salah satu medium untuk mengekspresikan perasaan manusia. Terkadang manusia tidak sadar bahwa ia selalu menyalurkan ekspresinya dari suatu perantara, yaitu raut wajahnya dan gestur tubuh. Bagi Krist, raut wajah manusia adalah art dengan medium yang berbeda.
Krist tahu bahwa Singto benar-benar tulus mencintainya. Harus diakui pula, Singto adalah orang yang sulit dibaca karena wajahnya tidak menampakkan banyak ekspresi. Tetapi Jane berbeda dari Singto. Dari ekspresi wajah Jane ketika Krist bertanya mengenai hal yang disembunyikan oleh Singto darinya, Krist langsung bisa membaca raut wajah itu adalah wajah orang yang mengetahui sesuatu tapi tidak berani bilang. Ketika Krist menanyakan langsung pada Singto, hal yang diketahui oleh Jane itu tidak dikatakan oleh Singto. Menandakan bahwa Singto tidak sepenuhnya jujur pada Krist.
Jadi selama ini Singto sudah tahu tentang cerita ibu Krist yang meninggal karena sakit kanker paru-paru, tahu tentang pekerjaan sehari-harinya sebagai pelukis jalanan untuk bertahan hidup dan membayar sisa hutang, tahu tentang Godt dan lain-lain. Tapi setiap Krist menceritakannya untuk pertama kali, Singto bisa membuat ekspresi seperti baru pertama kali mengetahuinya dan Krist pun percaya. Krist percaya atau menutup matanya? Karena ia jatuh cinta? Karena rasa cintanya itu membuat dia menutup mata. Karena ia ingin mempercayai orang yang membuatnya jatuh cinta.
***
Sejak Singto kembali ke apartemen, ia langsung mencari Krist karena barusan menerima telepon dari Jane yang mengatakan, "Tuan Krist sudah tahu anda melakukan background check padanya. Maafkan saya."
Singto panik melihat ruangan penthouse nya yang gelap, pikirannya kacau balau takut Krist tidak ada disana lagi. Tetapi ternyata pria itu justru memeluknya erat.
I'm sorry, Kit. Lebih baik aku tidak perlu mengatakan soal Diane. Aku sudah menyelesaikan urusanku dengannya. Kamu tidak perlu tahu Kit, aku tidak mau kamu meninggalkanku.
Terkadang ada orang yang tidak sadar akan batas antara cinta dan obsesi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom of Snow (Sequel)
Romance[SingKit] ⚠️OMEGAVERSE (A/B/O), 21+⚠️ Sequel Memories of The Sea. Blossom of Snow, Edelweiss. Biasa melambangkan harapan dan cinta yang abadi. Kelanjutan kisah Singto Prachaya dan Krist Perawat di Edelweiss. Apakah akan abadi seperti arti Edelweiss?