Part 21: Happiness

1.3K 140 8
                                    




Sudah 2 minggu lamanya Krist berada di rumah sakit, tubuhnya perlahan mulai pulih dan dirinya sudah mulai bisa berjalan. Selama di rumah sakit, Singto selalu setia menemani Krist bahkan tidur di rumah sakit setiap hari. Singto tidak ingin meninggalkan Krist sendirian lagi. Ayah Krist kembali sibuk mengurus tugasnya sebagai raja, namun tidak pernah lupa menelepon Krist untuk menanyakan kabarnya. Krist dan Singto melalui hari demi hari bersama-sama, saling menguatkan satu sama lain dan perlahan menerima apa yang terjadi. Senyum di wajah keduanya pun telah kembali, karena keduanya tetap bisa bahagia selama berada di samping satu sama lain.

Singto mendapat banyak pelajaran. Sifatnya yang overprotektif pada Krist justru membuatnya gagal melindungi orang yang dicintainya itu. Ia pun menyadari, dalam suatu hubungan yang terpenting adalah kejujuran. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyimpan rahasia apapun lagi dari Krist.

"Kit, makan ini ya.."

"Aku bosen makanan rumah sakit, Singtuan.. mau makan kepiting.", ucap Krist dengan manja.

"Iya nanti aku tanya dokter, kamu boleh makan itu gak. Sekarang makan ini dulu ya."

"Hmm.. Ok, tapi mau disuapin."

Krist membuka mulutnya, memberi tanda agar Singto menyuapinya. Singto pun tersenyum dan menyuapi Krist dengan senang hati. Ia suka jika pacarnya sedang manja.

"Kit, nanti kalau kamu sudah sembuh, kita ke Wisteria Hills ya. Sudah hampir dekat musim dingin. Disana kita bisa main ice skating dan lihat aurora. Kamu bilang mau diajarin main ice sakting, kan?"

"Yayy! Aku mau, Singtuan.."

"Makanya cepet sembuh ya, sayangku."

Tok tok tok

Terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamar Krist. Singto pun lekas berjalan untuk melihat siapa yang datang.

Siapa ya? Kalau dokter yang mengecek tadi pagi kan sudah.

Ketika Singto membuka pintu, ia melihat 2 sosok orang yang tidak asing baginya. Putra dan Putri Raja Marck, si kembar Pangeran Kendric dan Putri Kenna.

"Ada perlu apa gerangan Putra Mahkota dan Tuan Putri datang kemari?", tanya Singto sebelum mengijinkan mereka masuk.

"Kami ingin menjenguk kakak kami sendiri memangnya perlu ijin?", jawab Kendric.

"Lagipula ayah sudah mengijinkan kami.", sahut Kenna.

"Minggir, kak Sing.", ucap Kendric sambil berlalu melewati Singto.

Si kembar itu memang memiliki sifat yang suka semena-mena, tapi mereka anak yang baik. Singto mengenal dekat mereka karena sering bertemu ketika ayahnya ada urusan di istana. Ia dan Kendric pun cukup dekat, karena keduanya memiliki hobi yang sama, yaitu berburu. Mereka sering pergi berburu bersama sebelum Singto sibuk dengan proyek kapal pesiar Memories of The Sea di Elcastar.

"Hai kak Krist.", keduanya berbicara bersamaan dan sama-sama melambaikan tangan.

"Kalian siapa?", tanya Krist.

"Kami adikmu."

"Aku Kendric."

"Aku Kenna."

"Kalian —"

"Iya. Kami kembar", ucap Kendric dan Kenna bersamaan.

Krist pun meringis karena tidak tahu dirinya harus mengatakan apa lagi.

Mereka berjalan mendekat ke arah Krist dan langsung duduk di samping kasurnya.

"Wahh.. Kakak cantik sekali. Kulit kakak bisa semulus ini, share skin care routine nya dong kak.", kata Kenna.

"Hei Kenna. Bukan saatnya bahas hal itu.", gerutu Kendric.

"Apa sih? Suka-suka aku dong!"

"Tolong yang terhormat Pangeran Kendric dan Tuan Putri Kenna, dimohon untuk tidak ribut di rumah sakit. Kalian sudah 22 tahun juga masih belum berubah ya", ucap Singto yang sudah mulai kesal dengan si kembar ribut itu. Sedangkan Krist daritadi belum mengatakan apa-apa.

"Kendric dan Kenna.", akhirnya Krist membuka suara.

"Iya kak?", jawab mereka bersamaan lagi.

Kenapa wajah mereka sesenang itu? Apa mereka tidak merasa aneh aku tiba-tiba menjadi kakak mereka?

"Kenapa kalian kemari?"

"Aku ingin melihat kakakku. Aku seneng banget ternyata aku punya kakak selain Kendric yang menyebalkan ini. Kami juga khawatir padamu kak waktu mendengar kabar tentangmu.", jawab Kenna

"Aku ingin bertanya kapan kakak kembali ke istana?", jawab Kendric.

"Aku sudah mulai membaik. Terima kasih kalian sudah mengkhawatirkanku. Dan sepertinya... Aku tidak ingin tinggal di istana, aku sudah memutuskan akan tinggal dengan pacarku saja. Aku juga sudah bilang pada ayah.", ucap Krist sambil melihat ke arah Singto dan tersenyum, Singto pun membalas dengan senyuman manisnya.

"Aduhh... Bucin. Aku gak bisa liat ginian. Aku uwuphobia.", ucap Kenna.

"Dasar kak Sing, tanpa basa-basi langsung merebut kakak kami."

Singto hanya senyum-senyum bangga pada dirinya dan Krist pun tertawa.

"Tapi kak, ibuku bilang ingin bertemu dengan kakak.", kata Kendric.

"Ibumu? Ratu Alana?"

Krist tidak pernah membayangkan bagaimana nanti ketika bertemu dengan Ratu Alana. Seharusnya, ia adalah ibu tirinya bukan?

"Iya kak. Kalau bisa mampir ya kak ke istana Leontopodium setelah kakak sembuh.", Kenna berbicara dengan mata berbinar-binar.

Singto yang melihat interaksi mereka bertiga hanya senyum-senyum saja.

Siapapun yang melihat mereka pasti percaya, jika mereka dibilang saudara kandung. Ketiganya sama-sama periang.

"Kak Krist, Kak Sing, kami pamit dulu ya.", kata Kendric

"Kenapa cepat sekali?", tanya Krist.

"Iya. Sebenarnya kami kemari untuk datang ke acara charity, tapi sekalian mampir karena penasaran mau lihat kak Krist.", sahut Kenna.

"Bye-bye kak.", si kembar itu pun pergi dan kamar Krist kembali tenang.

"Bagaimana bertemu saudaramu, Kit? Walaupun mereka seperti itu, aku tahu mereka anak yang baik."

"Rasanya sedikit awkward karena baru pertama kali bertemu, mereka sudah mmm ribut gitu. Hehe"

"Lihat siapa yang bicara? Seperti dirinya sendiri tidak."

"Singtuan! Tapi rasanya benar-benar aneh. Ketika di Elcastar, aku hidup sendiri selama 1 tahun. Ku kira aku sudah sebatang kara. Tiba-tiba disini aku bertemu denganmu, dengan ayahku, dengan saudaraku, dan dengan semua orang yang baik padaku. Tidak tahu rasanya aneh."

"Itu namanya bahagia, Kit."

There's always a rainbow after the rain. And I will not let anyone take that rainbow from you, Kit.

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang