Special Chapters

929 77 4
                                    




LIBURAN





Singto dan keluarganya pergi berlibur ke Wisteria Hills. Seperti janjinya, di setiap akhir tahun ketika musim dingin tiba, mereka akan pergi ke Wisteria Hills untuk menikmati musim dingin disana dan bermain ice skating. Tapi liburan kali itu bukan sekadar liburan, karena pada tahun itu, Putri Aralyn yang masih berusia 5 tahun akan debut program pertamanya dalam turnamen olahraga cabang figure skating.

Sejak kecil, kedua anak Singto sudah terbiasa bermain ice skating karena tiap tahun mereka akan pergi ke Wisteria Hills untuk liburan dan juga mengunjungi kedua orang tua Singto. Di Wisteria Hills saat musim dingin banyak tempat yang bisa dijadikan tempat bermain ice skating, bahkan di halaman depan vilanya juga bisa. Anak-anak Singto sudah mahir berselancar dengan sepatu es di atas lantai es yang licin. Namun, Aralyn, putrinya memiliki ketertarikan tersendiri dengan ice skating. Anaknya itu sangat suka bermain ice skating dan terlihat memiliki bakat dalam cabang olahraga figure sakting, sehingga Krist mendaftarkannya ke tempat les untuk menjadikan putrinya pemain ice skating secara professional.

Seorang pelatih atlet figure skating melihat bakat alami yang dimiliki Aralyn, sehingga ia meminta pada Krist agar putrinya diijinkan ikut program dalam turnamen. Krist hanya terserah pada keinginan putrinya saja dan ternyata putrinya itu memiliki jiwa kompetitif untuk terjun ke dalam turnamen olahraga tersebut. Dan kini nama Aralyn Ruangroj menjadi pemecah rekor dalam program figure skating single untuk kalangan seusianya. Aralyn berhasil menyelesaikan programnya dengan baik dan meraih poin tertinggi di musim itu.

Setelah kemenangan Putri Aralyn, Singto dan keluarganya kembali ke Leontopodium karena Singto masih memiliki pekerjaan yang perlu dilakukan dan Pangeran Arran juga akan memberikan penampilan solo drum di theater Leontopodium. Tetapi, tak lama setelah pertunjukkan Pangeran Arran selesai, Krist merengek agar Singto tidak meninggalkannya bekerja terus. Krist masih ingin pergi liburan karena anak-anaknya itu juga masih libur panjang akhir tahun.

"Masa mau tahun baru kamu masih aja sibuk terus?", gerutu Krist.

"Kalau tahun baru itu lagi peak season liburan, sayang... Memang makin banyak pekerjaan.", ucap Singto yang memiliki beberapa line kapal pesiar, hotel, dan resort yang tengah ramai di kala musim liburan akhir tahun.

"Itu orang-orang pada liburan gak kaya kamu malah kerja."

"Kan kemarin baru aja liburan... Memangnya kamu mau kemana, Kit sayang?"

"Mau ke Elcastar."

"Elcastar??"

"Ya.. Ya... Please..", ucap Krist yang memohon sembari bergelayutan di lengan Singto. Ini bukan kali pertama Singto menghadapi Krist yang merengek-rengek padanya, tapi tidak biasanya saja. Akhir-akhir ini Krist sangat ekstra manja dan tidak mau melepaskan Singto. Tumben pikirnya, kebiasaan keduanya setelah punya anak adalah mereka sudah tidak menempel seperti cakwe lagi karena kini anaknya berada di tengah-tengah mereka. Tapi, beberapa bulan terakhir Krist dan Singto kembali seperti cakwe.

Akhirnya Singto menuruti keinginan Krist untuk liburan ke Elcastar. Sudah lama mereka tidak pergi ke tanah kelahiran Krist itu, karena kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Kini anaknya sudah berusia 5 tahun, sudah cukup besar untuk diajak pergi jauh.

Krist mengajak kedua anaknya untuk mengunjungi makam Ellise, nenek mereka. Saat itu adalah kali pertama Krist membawa kedua anaknya ke makam ibunya.

Ibu, aku kembali membawa dua cucu untukmu. Sekarang aku punya keluarga yang bahagia ibu. Terima kasih atas semuanya.

Tujuan Krist ingin ke Elcastar selain untuk mengunjungi makam ibunya juga karena ia sangat ingin makan roti gulung isi selai strawberry yang merupakan makanan tradisional di Elcastar. Bukan di Edelweiss tidak ada makanan sejenis itu, tapi Krist hanya ingin makan yang ada di Elcastar, karena yang di Edelweiss rasanya tidak sesuai dengan keinginannya.

"Sudah keturutan akhirnya ngidam mu.", ucap Singto saat melihat Krist yang sedang melahap roti gulung sampai selai strawberrynya belepotan di ujung bibir Krist. Tangan Singto mengusap sisa-sisa selai yang tertinggal di ujung bibir Krist.

"Siapa yang ngidam? Gak kok. Aku cuma lagi pengen makan roti gulung."

"Iya, tapi harus jauh sampai ke Elcastar."

Krist tidak merasa ada yang aneh dari itu. Entahlah mungkin dirinya tidak merasakan, tapi bisa jadi suaminya yang merasakan itu.

"Kit... Kamu mending cek ke dokter deh. Aku udah minta kamu cek dari bulan lalu.", ucap Singto.

"Bulan lalu kan sibuk ngurusin lombanya Ara."

"Iya makanya sekarang berhubung aku sudah ambil cuti, aku akan maksa kamu cek."

"Iya iya bawel, nanti kalo udah pulang ke Edelweiss aja."

Ketika sampai di Edelweiss, Singto menemani Krist untuk pergi ke dokter keluarga kerajaan yang sudah paham tentang kondisi Krist. Dan ya, hasilnya seperti yang diduga oleh Singto. Sudah 4 bulan.

"Tuh kan apa kataku? Kalo kamu gak cek, mungkin baru ketahuan pas udah melahirkan."

"Ya maaf, Singtuan. I love you hehe jangan marah...", Krist bergelayut manja pada Singto sembari menyandarkan kepalanya di pundak suaminya. Pria yang lebih tua itu yang semula seperti gunung es langsung mencair.

"Walaupun kamu ngeyel dan keras kepala, tetap I love you..."














-END-











This is the last part of Special Chapters. Thank you for reading. Please also check my other works on my profile. If you like please also click follow. I appreciate it.  🙏🙏

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang