Mungkin ini hal terakhir yang dapat aku lakukan sebelum kematian menjemputku. Ellise, aku telah gagal melindungimu. Sekarang aku harus menghubungi dia. Iya, hanya ini satu-satunya hal yang dapat aku lakukan untuk menebus kesalahanku.
"Hello. Tell me your code."
"WG002."
"Code accepted. What's your message?"
"Target found. South Edelweiss."
***
"Apa-apaan Singto itu!", Pangeran Andrews marah-marah pada putrinya.
"Kamu bilang kalian saling menyukai?! Jelas-jelas di presscon tadi Singto dengan tegas bilang ke ayah bahwa ia tidak akan menikah."
Pasti ini gara-gara si omega itu.
"Ayah.. Percayalah, Singto dan aku sudah saling menyukai sejak lama. Tapi sekarang Singto sedang bingung karena ada satu parasit yang menempel padanya. Bukankah ayah yang mengajariku untuk berusaha mendapatkan apa yang aku mau dengan cara apapun? Aku akan singkirkan parasit itu darinya dan Singto akan kembali padaku."
"Apa parasit yang kau maksud?"
"Hanya orang yang ingin memanfaatkan Singto dengan cara menggodanya. Ayah seorang pria tentu tahu rasanya jika selalu digoda, pasti akan ada rasa bimbang. Sama seperti saat kau dengan tante Ran."
"Diam kamu. Jangan sebutkan namanya disini." Pangeran Andrews menutup mulut putrinya dengan tangannya.
"Tidak usah khawatir ayah, aku tidak akan bilang ke ibu. Aku paham pria memang bisa bimbang. Makanya aku akan tetap menunggu Singto kembali padaku."
"Terserah kamu saja.", Pangeran Andrews pun meninggalkan putrinya di ruang tengah.
Diane pergi ke kamarnya dan mengambil handphone untuk menelepon seseorang.
"Apa kamu sudah temukan dia ada dimana?"
"Belum, nyonya."
"Segera cari dia sampai dapat, lalu singkirkan dia. Jika berhasil akan kubayar 3x lipat."
"Baik, nyonya."
Diane membuka laci meja di kamarnya dan melihat foto-foto yang dikirimkan oleh orang suruhannya yang ia perintahkan untuk mengikuti Singto.
Hanya orang seperti ini. Tidak sulit untuk menyingkirkannya.
***
"Krist, ayo kita pergi. Kamu tidak bawa banyak barang kan?"
"Kemana kakek? Aku hanya bawa tas jinjing ini saja."
Belum ada 2 jam Krist di rumah Mr. Winson, tapi sekarang pria itu sudah mengemasi barang-barangnya dan mengajaknya pergi ke suatu tempat.
"Kita akan pergi ke provinsi Mirabilis di Edelweiss Selatan. Hanya 3 jam naik mobil dari tempat ini. Bawa semua barangmu."
Mr. Winson membuka bagasi mobil BMW nya dan memasukkan tas jinjing Krist ke dalam bagasi.
"Kakek, apa kau yang menyetir?"
"Iya. Memang siapa lagi yang akan menyetir?"
"Biar aku saja yang menyetir. Kakek tinggal tunjukkan jalannya saja."
"Kamu bisa menyetir?", tanya Mr. Winson ragu ketika akan menyerahkan kunci mobilnya pada Krist.
"Di Elcastar aku sudah punya SIM sejak 17 tahun, karena aku pernah kursus menyetir."
Ketika Krist hidup dengan ibunya di Elcastar, sebenarnya hidup mereka berkecukupan karena ibu Krist memiliki gelar teknik kimia yang membantunya mendapat pekerjaan dengan penghasilan cukup tinggi. Krist pernah kursus berbagai alat musik. Dirinya bisa memainkan alat musik gitar, piano, dan drum. Krist juga mengikuti kursus Bahasa Inggris dan kursus menggambar yang merupakan bakatnya yang paling terlihat. Memang sejak kecil Krist hobi menggambar dan ibunya pun mendukung apapun yang disukai Krist. Bahkan ketika Krist memilih perguruan tinggi seni, ibunya langsung setuju. Tetapi hidup mereka mulai kocar-kacir ketika ibunya divonis kanker paru-paru saat tahun pertama Krist memasuki dunia perkuliahan.
Penyakit itu merupakan risiko pekerjaan ibunya yang bekerja di laboratorium senyawa radioaktif. Meski menggunakan pakaian pengaman, paparan radioaktif yang terus menerus mengenai ibunya menjadi pemicu munculnya sel kanker. Sejak saat ibunya divonis kanker, perusahaan tidak lagi mengijinkannya bekerja. Tidak ada penghasilan yang masuk dan harta bendanya satu persatu hilang terjual demi biaya kebutuhan hidup dan pengobatan. Beruntung Krist masih dapat melanjutkan kuliahnya karena dibantu beasiswa. Selama kuliah, Krist sambil bekerja sebagai pelukis jalanan, ia biasa menawarkan jasa melukis pada turis-turis yang datang berlibur ke Elcastar. Tetap saja penghasilan Krist tak seberapa. Bukan hanya hartanya habis, tapi hutangnya pun dimana-mana demi menutup biaya pengobatan ibunya. Apapun dilakukan oleh Krist demi menyelamatkan ibunya, kecuali jual diri. Hinaan dan cacian yang ia terima dari orang sekitarnya sudah biasa. Sejak kecil ia dihina sebagai anak yatim yang tidak punya ayah. Ketika dewasa pun harus dihina sebagai orang miskin dan banyak hutang.
"Ini tempatnya, Krist."
"Rumah siapa ini?", tanya Krist.
"Ayahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom of Snow (Sequel)
Romance[SingKit] ⚠️OMEGAVERSE (A/B/O), 21+⚠️ Sequel Memories of The Sea. Blossom of Snow, Edelweiss. Biasa melambangkan harapan dan cinta yang abadi. Kelanjutan kisah Singto Prachaya dan Krist Perawat di Edelweiss. Apakah akan abadi seperti arti Edelweiss?