Part 28: The Royal Wedding

1K 125 0
                                    


Akhirnya tiba lah hari yang ditunggu-tunggu oleh Singto dan Krist. Hari pernikahan mereka. 

Krist sudah bersiap-siap dari sejak pagi buta. Acara pernikahannya akan dimulai pukul 8 pagi. Krist mengenakan seragam resmi kedudukannya sebagai seorang pangeran. Seragam yang dikenakannya berwarna merah dengan bordir emas dan lencana militer angkatan darat, laut, serta udara tersemat padanya. Ditambah dengan jubah berwarna biru tua dengan ukiran emas sepanjang 5 meter. Jubah berwarna biru tua ini melambangkan kepercayaan, kesetiaan, ketulusan, dan stabilitas. Para pengantin di Edelweiss umumnya menggunakan baju yang memiliki unsur warna ini dalam upacara pernikahan.

Krist berada di ruang tunggu chapel, dirinya merasa gugup. Ia menunggu untuk dijemput oleh calon suaminya dan berjalan bersama menuju altar. Sebenarnya Krist gugup bukan karena akan menikah, tapi karena ia tak sabar ingin bertemu Singto. Ketika ia masih gugup menunggu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Dari balik pintu muncul lah seorang pria gagah tegap yang menggunakan setelan tuxedo berwarna biru tua, warna yang senada dengan jubah Krist. Tuxedo yang sangat pas melekat pada tubuh pria itu menonjolkan postur tubuh yang indah dengan dada yang bidang. Rambut hitam legam pria itu dinaikkan keatas dengan wax, menampakkan ketampanan wajahnya. Pria tampan nan rupawan itu adalah pria yang akan menjadi suami Krist. Iya, Singto. Krist melihat Singto berjalan dengan sangat mempesona ke arahnya, membuat jantung Krist berdegup kencang dan aliran darahnya bertambah cepat, seketika membuat wajah Krist merah merona.

Ia tambah tampan atau karena aku sudah beberapa hari ini tidak melihatnya. Tenang, kau harus tenang, Krist. Yang benar saja pria di hadapanku ini Singtuan ku. Aaaaaa.....

Singto tersenyum manis pada Krist sambil menunduk dan mengulurkan tangannya pada Krist. 

"Come on, my darling.", ucap Singto pada Krist.

Jantung Krist masih berdebar-debar, ia perlahan menyambut uluran tangan Singto dan berdiri dari tempat duduknya. Singto meraih Krist untuk mendekat padanya dan memindahkan tangan Krist pada lengan kirinya. Mereka pun berjalan bersebelahan menuju altar chapel, dimana kursi di sebelah kiri dan kanan altar sudah penuh dengan keluarga bangsawan dan pejabat-pejabat tinggi kerajaan. Raja Marck dan Ratu Alana, serta Tuan dan Nyonya Ruangroj duduk bersebalahan di kursi paling depan dekat dengan mimbar. Di ujung altar, sudah ada seorang kepala agama yang akan menikahkan Krist dan Singto yang berdiri di balik mimbar.


"I, Singto Prachaya Ruangroj, take you, Krist Perawat, to be my beloved wife, to have and to hold you, to honor you, to treasure you, to be at your side in sorrow and in joy, in the good times, and in the bad, and to love and cherish you always. I promise you this from my heart, for all the days of my life."

"I, Krist Perawat, take you, Singto Prachaya Ruangroj as my wedded husband and I promise you love, honor and respect; to be faithful to you, and not to forsake you until death do us part."


Setelah mengucapkan janji pernikahan, sang kepala agama mengesahkan pernikahan Krist dan Singto. Keduanya, saling memakaikan cincin yang terbuat dari logam platinum dan bertahtakan batu berlian itu di jari manis pasangannya. Kini mereka telah resmi menjadi partner hidup dalam ikatan pernikahan yang mengikat selamanya.

Singto dan Krist berjalan berdampingan keluar dari chapel, mereka melepaskan sepasang merpati putih yang melambangkan cinta, kebahagiaan, dan kedamaian. Melepaskan sepasang merpati putih bermakna agar kehidupan pernikahan mereka berdua di masa kedepannya akan dipenuhi oleh cinta, kebahagiaan, dan kedamaian.

Singto menuntun Krist untuk menaiki mobil Rolls-Royce Dawn hitam dengan atap terbuka yang sudah terparkir di depan chapel. Mobil itu berjalan pelan menuju istana Leontopodium. Sepanjang perjalanan, banyak rakyat berkumpul di bahu jalan. Mereka tersenyum bahagia dan bersorak memberi selamat kepada pasangan yang sedang berbahagia itu. Ditambah lagi dengan wartawan dari seluruh mancanegara yang sibuk mengambil gambar. Krist dan Singto melambaikan tangan untuk menyapa rakyat Edelweiss yang turut bersuka cita bersama mereka. Di belakang mobil Krist dan Singto ada rentetan mobil para bangsawan, menteri, serta pejabat tingkat tinggi lainnya. Terdapat pasukan berkuda kerajaan dengan seragam dan senjata lengkap berjalan di samping iringan mobil-mobil petinggi tersebut. Sangat megah dan mewah seperti arakan festival.

Ketika sampai di istana Leontopodium, halaman istana telah dipenuhi oleh rakyat dan para wartawan. Karena untuk hari ini, pintu istana dibuka lebar untuk rakyat agar dapat ikut serta merayakan royal wedding. Krist dan Singto pun masuk ke dalam istana dan menuju balkon utama istana yang menghadap langsung ke halaman istana. Sehingga mereka dapat disaksikan oleh seluruh rakyat yang hadir disana dan juga oleh para wartawan.

Here comes the wedding kiss.

Singto merengkuh pinggang Krist dan menciumnya lembut, manis. Sementara Krist gugup karena ini pertama kalinya ia berciuman dengan Singto yang disaksikan oleh banyak orang. Krist menutup kedua matanya dan hanya membalas lembut ciuman Singto agar ciuman mereka tidak menjadi agresif, walaupun sebenarnya Krist ingin lebih. Ia sangat merindukan suaminya itu, tapi ia harus bersabar.

Singto melepaskan ciumannya dan berbisik di telinga Krist, "I love you, my wife.", dibalas dengan senyuman lebar Krist yang menampakkan lesung pipitnya, "I love you, my husband."



Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang