Part 13: Flashback

1K 126 0
                                    

Krist telah sampai di rumah yang ditunjukkan oleh Mr. Winson. Katanya ini adalah rumah ayahnya. Krist pun mulai merasa tegang apakah ia akan bertemu dengan ayahnya sekarang, setelah 25 tahun ini tidak pernah tahu siapa ayahnya. Krist menyetir mobilnya pelan, mengarah ke halaman depan rumah mewah itu. Rumah itu terletak di tengah hutan. Awalnya Krist sempat bingung ketika Mr. Winson menunjukkan jalan untuk masuk ke dalam hutan. Tanpa disangka ada rumah mewah, bukan rumah tapi mansion di tengah hutan. Ketika di depan gerbang, mobil mereka dicegat oleh sekelompok orang yang mengenakan rompi anti peluru dan membawa senapan M16. Sepertinya sebuah team pasukan khusus.

"Kakek, mereka siapa?"

"Kau tenang saja."

Mr. Winson membuka kaca mobilnya, lalu salah satu pasukan tersebut bertanya, "Ada urusan apa?"

Mr. Winson menunjukkan lengannya, seperti menunjukkan suatu tanda disana yang Krist tidak tahu karena berada di bagian yang tertutup oleh baju.

"What's your code?", tanya pria itu pada Mr. Winson sambil membuka handphone nya.

"WG002."

"Code accepted.", Pria itu memberi tanda pada rekan-rekannya. Semua pasukan yang ada disitu berbaris berjejer di sepanjang jalan dan memberi hormat.

"Jalan, Krist."

Krist yang masih tidak tahu apa yang terjadi hanya mengangguk saja dan menuruti apa yang disuruh Mr. Winson.

Rumah macam apa yang dijaga sekitar 10 orang dengan senjata lengkap?

***

Flashback 45 tahun yang lalu

"Divisi pasukan khusus akan mengirim team yang terdiri dari 7 orang untuk membasmi markas sindikat penjual senjata ilegal di pulau Ficus. Ini adalah daftar team yang akan pergi dan Jere, kau yang memimpin."

"Siap, komandan."

"Misi utama adalah menghancurkan gudang senjata milik geng Kanza. Jika musuh melawan, lakukan apapun, tidak harus membiarkan musuh hidup. Apa kau mengerti?"

"Siap, mengerti."

Jere pergi meninggalkan komandannya dan mulai menemui anggota team nya untuk melakukan briefing.

"Misi penumpasan markas senjata ilegal di pulau Ficus akan dilaksanakan malam ini pukul 11. Tugas kalian adalah memasang bom pada titik-titik ini. Waktu pelaksanaan misi hanya 30 menit. Setelah selesai memasang bom, kalian harus berkumpul kembali di titik penjemputan dan aku akan menekan tombol pengontrol bom jarak jauh untuk meledakkan tempat itu. Jika bertemu musuh, kalian boleh langsung membunuhnya, tidak perlu membiarkan musuh hidup. Jika kalian melebihi waktu 30 menit, aku akan menekan tombol apapun yang terjadi. Jadi satu perintah tambahan dariku. Survive."

"Siap."

Team divisi pasukan khusus yang dikirim ke pulau Ficus diberi nama 'pasukan bayangan'. Pasukan ini terdiri dari orang-orang yang terlatih khusus untuk combat jarak jauh maupun jarak dekat. Tingkat kemampuan divisi pasukan khusus berbeda dengan tentara biasa. Mereka memang dilatih untuk menyelesaikan misi secara diam-diam, sehingga anggota team yang dikirim hanya terdiri dari beberapa orang yang memiliki skill tingkat atas.

Saat team pasukan bayangan mencapai lokasi, mereka berpencar untuk memasang bom di titik-titik yang telah ditentukan dan harus dilakukan sebelum 30 menit, agar musuh tidak sempat meminta bantuan. Beberapa anggota team bertemu dengan anak buah geng Kanza yang menjaga gudang dan langsung segera menikamnya sebelum mereka berteriak meminta bantuan. 20 menit berjalan dan suara tembakan dari senapan pun lepas, membangunkan semua penjaga yang ada di gudang senjata tersebut. Sangat sial informasi yang didapatkan oleh intel pasukan khusus tidak tepat, jumlah musuh yang mereka hadapi lebih dari dugaan. Masing-masing anggota team pasukan bayangan bertahan untuk diri mereka sendiri, meskipun ada yang terkepung dan tidak selamat.

"Winson. Cepat kau lari!", ucap Jere yang kakinya terluka karena tertembak.

"Tapi Jere, tidak mungkin aku meninggalkanmu disini.", jawab Winson sambil membopong Jere.

"Kau tidak lihat kakiku? Aku hanya akan menghambatmu. Pergilah! Sebelum 30 menit berakhir.", Jere pun menepis tangan Winson sehingga dirinya terjatuh ke lantai.

"Jere.. Jangan bilang kau akan tetap menekan tombol itu?"

"Aku akan membunuh mereka bersamaku."

"Jere, apa kau gi-"

"Anak buahku sudah gugur dan aku berhasil selamat. Kau pikir orang-orang akan memujiku? Pergi Winson, paling tidak kau harus selamat. Aku titip putriku satu-satunya padamu."

"Jere. Aku tidak akan meninggalkanmu!", nada bicara Winson mulai meninggi.

"Aku titip Ellise. Ku mohon. Hanya kau yang dapat kupercaya. Cepatlah pergi, sebelum mereka kemari.", tatapan Jere memohon agar Winson pergi meninggalkannya. Akhirnya Winson pun dengan berat hati berlari meninggalkan Jere.

Tidak lama setelah Winson berlari ke titik penjemputan, ia mendengar suara ledakan bom dan gudang itu pun luluh lantak, bersama dengan rekan-rekan satu team nya yang tidak berhasil selamat dan juga cinta pertamanya.

Winson hanya bisa menangis melihat kobaran api di hadapannya dan ia sendirian di tengah malam. Team pasukan bayangan yang berangkat 7 orang, hanya 1 orang yang kembali pulang. Tetapi misi berhasil.

Aku janji akan menjaga Ellise seperti anakku sendiri, Jere.

Jere dan Winson adalah teman sejak kecil, berasal dari kampung halaman yang sama di desa Amarylis. Mereka pergi ke ibukota Leontopodium bersama-sama untuk masuk ke pendidikan militer. Keduanya saling menjaga di kota tempat mereka merantau itu dan akhirnya juga sama-sama terpilih masuk ke dalam divisi pasukan khusus.

Winson selalu mencintai Jere, ia adalah cinta pertamanya. Tetapi Winson tidak pernah dapat mengungkapkannya, karena Jere hanya menganggapnya sebagai sahabat. Tidak mungkin juga alfa berhubungan dengan alfa. Hingga akhirnya, Jere jatuh cinta pada seorang wanita omega dan menikahinya di usia 25 tahun. Tetapi wanita itu meninggal dunia setelah melahirkan putri mereka yang diberi nama Ellise. Sejak istrinya meninggal, Jere tidak menikah lagi dan hanya mengurus Ellise sendirian. Kadang putrinya itu dititipkan pada ibunya di Amarylis jika ia harus bekerja. Namun, ibu Jere juga sudah tidak muda lagi. Kini, putrinya yang malang itu harus kehilangan kedua orang tuanya di usia 4 tahun.

Pada usia Ellise yang ke 8 tahun, neneknya pun meninggal dunia karena serangan jantung. Kini Ellise hanya lah seorang gadis kecil yang sebatang kara. Ketika Ellise masih menangis di makam neneknya, ada seorang pria datang menghampirinya.

"Ellise..", sapa pria itu.

"Kau siapa?", tanya Ellise yang masih sesenggukan.

"Aku paman Winson, sahabat ayahmu. Kau lupa denganku?"

"Aku ingat paman Winson.", jawab Ellise sambil tersenyum.

Winson mengulurkan tangannya untuk menggandeng Ellise, "sekarang kau akan tinggal dengan paman."

***

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang