Part 3: Secret(s)

1.6K 150 2
                                    

❗️⚠️ Mature Content ⚠️❗️

21+

Harap bijak dalam membaca.








Krist yang masih digendong oleh Singto mulai menciumi leher Singto sambil memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Krist yang masih digendong oleh Singto mulai menciumi leher Singto sambil memeluknya. Singto pun mendudukkan Krist di atas meja wastafel, lalu membuka kemeja Krist. Sehingga keduanya kini tidak dibatasi oleh sehelai benang pun.

Singto mencium Krist dengan agresif, memakan bibirnya, menghisap dan menjilat. Keduanya tergila-gila dengan ciuman satu sama lain. Singto harus akui,  bibir Krist sangat enak untuk dicium. Kini Krist pun makin ahli dalam berciuman. Ia tak lagi pasif seperti saat pertama kali berciuman. Krist pun mulai aktif memainkan lidahnya di dalam rongga mulut Singto. Ia menyukai bibir Singto yang tebal, apalagi ketika bibir itu menghisap bibirnya hingga bengkak.

Ciuman Singto mulai turun ke leher, menjalar ke tulang selangka, hingga ke dada Krist. Singto memberikan kiss mark di dada Krist. Ia mengarahkan bibirnya untuk menghisap tonjolan merah muda di dada Krist yang sudah menegang itu, menjilat dan menghisapnya seperti bayi. Krist pun melepaskan lenguhannya karena merasakan sensasi merinding menjalar ke seluruh tubuhnya.

"ahhh.. f*** me hard."

"Siapa yang mengajarimu ngomong kaya gitu?"

"kamu suka kan?", ucap Krist sambil menggigit bagian bawah bibirnya dan mengalungkan lengannya di bahu Singto.

Singto menarik pinggang Krist dan menurunkannya dari meja wastafel, lalu memutar tubuh putih mulus pria itu.

Singto mengocok penisnya dan memasukkannya dari belakang. Tangan kanan Singto memeluk Krist sambil meraba dan memilin putingnya, sedangkan tangan kirinya mengocok penis Krist.

"Hahhh.. hahh.. feels so good."

"Kamu nakal sekali hari ini, my kitten."

"Harder..."

Singto mempercepat gerakannya.

"hahh.. ahhh.. Ahhh.. yess, there, right there"

Gerakan Singto tidak melambat dan ujung penisnya terus mengenai tepat di prostat Krist. Singto sudah hapal posisi yang tepat mengenai titik lemah Krist itu dan dalam beberapa kali hentakan keras, Krist mendapatkan orgasme nya dan kakinya pun mulai bergetar karena aliran orgasme.

Dalam waktu bersamaan dengan orgasme Krist, penis Singto memuntahkan cairan sperma di dalam lubang milik Krist. Cairan putih kental itu pun merembes keluar dari celah lubang Krist, menuruni pahanya.

"Ahhh.. Kit."

Krist yang masih tremor karena orgasme hebatnya, akhirnya menyerah.

"Cukup... aku udah gak kuat", dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Tadi kamu yang menggodaku duluan."

"Sorry daddy..", ucap Krist dengan wajah memelas.

"Stop it. Jangan tambah menggodaku lagi."

Singto pun menggendong Krist yang sudah terduduk di lantai karena kakinya lemas dan membawanya masuk ke dalam bathub.

Keduanya masuk ke dalam bathub dan berendam bersama di dalam air hangat. Singto menuangkan sabunnya ke dalam bathub. Wangi lemongrass dan wood.

"Bau sabun ini seperti bau feromonmu, tapi tidak semenyengat feromonmu.", ucap Krist sambil memainkan busa sabun di tangannya.

Sementara Singto yang duduk memeluk Krist dari belakang menuangkan shampoo di atas kepala Krist dan mengeramasi rambut bayi berusia 25 tahun itu.

"Aku memang suka bau lemongrass, tapi aku sendiri tidak tahu bau feromonku seperti apa karena hanya omega yang bisa menciumnya."

"Aku sendiri juga tidak bisa mencium bau feromonku. Memang bagaimana bau feromonku, Singtuan?"

"Hmm.. sangat wangi menyengat, bau bunga-bunga. Seperti campuran wangi lily, rose hip dan jasmine yang tercampur amber dengan sedikit musk. Wangi yang seharusnya menenangkan, tapi tidak bagiku. Wangi itu membuat aliran darahku berdesir."

Singto menyiram air ke atas kepala Krist untuk membersihkan shampoo di rambutnya.

"Ohh.. ternyata begitu wangi feromonku."

"Jangan sampai tercium oleh alfa lain."

"Hahaha tenang Singtuan, aku selalu siap membawa supresanku.", Krist masih memainkan busa sabun di tangannya sambil meniup-niup busa itu.

"Apa perlu aku tambahkan mainan bebek karet disini?"

"Apa sih, Singtuan!"

"Hahaha", gelak tawa terlepas dari keduanya. Krist menyandarkan tubuhnya ke Singto dan Singto pun memeluknya dari belakang.

"Oh iya, aku sudah menyuruh Jane untuk mencari alamat yang kamu cari."

"Kamu tahu alamatnya?"

"Iya. Aku melihat kertas berisi alamat di dalam tasmu. Aku sudah menyelidiki tempat itu, besok ayo kita kesana."

Krist hanya mengangguk.

"Kit, aku mau tanya sesuatu."

"Apa Singtuan?"

"Apa kamu tahu dimana sisa sobekan kertas itu? Sepertinya kertas itu sebuah surat."

"Tidak tahu. Ibuku hanya memberikan kertas itu di saat-saat terakhirnya, aku tidak sempat bertanya apa-apa."

"Apa kamu sama sekali tidak pernah bertanya soal ayahmu? Atau tentang keluarga ibumu?"

"Pernah. Tapi ibu selalu berkata suatu hari nanti. Aku tidak tahu kapan suatu hari itu sampai akhirnya ibu sudah pergi sekarang dan hanya meninggalkan teka-teki alamat itu."

"Maaf Kit. Aku tidak akan bertanya soal itu lagi biar kamu tidak mengingat hal sedih."

***

Satu hal yang membuat Singto penasaran dengan apa isi surat yang robek itu karena ada pesan tersembunyi dibalik tulisan berisi alamat pengirim. Pesan rahasia itu tidak sengaja terlihat karena terkena cahaya lilin aromatherapy yang saat itu menyala. Sebuah pesan rahasia yang ditulis dengan tinta khusus, hanya dapat terlihat di ruang gelap dan di bawah cahaya api. Pesan rahasia yang biasa digunakan oleh para mata-mata atau geng mafia. Dan pesan rahasia itu bertuliskan:

Queen Valmira is already dead.

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang