Part 17: The Devil

1.1K 132 1
                                    

Putri Diane sedang mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan Singto. Para pelayan Diane merias wajahnya, memakaikan gaun padanya, dan juga mencatok rambutnya.

"Apa aku sudah cantik? Aku akan bertemu dengan calon suamiku."

"Anda sudah sangat cantik, Tuan Putri. Calon suami anda pasti akan terpana."

Diane tersenyum sambil memandang kaca rias di kamarnya.

Wajah ini memang cantik.

Singto menunggu Diane di sebuah restoran yang ada di hotel bintang 5. Ia telah menyewa seluruh restoran agar tidak ada yang mendengar pembicaraannya dengan Diane.

"Hello Mr. Ruangroj", sapa putri Diane sambil memberi senyum hormat.

"Anda sudah tidak perlu berbasa-basi lagi. Saya tidak ingin banyak bicara dengan anda. Langsung ke intinya saja, jika anda tidak mau membatalkan perjodohan ini maka saya yang akan membatalkan. Saya sudah berbaik hati membiarkan anda yang membatalkan, demi menjaga nama baik anda sebagai keluarga bangsawan. Tapi yang anda lakukan malah menyebar kebohongan."

"Kebohongan apa? Kau mau bilang aku penipu?", tanya Diane.

"Saya sudah jelas mengatakan tidak ingin menikah dengan anda. Tapi apa yang anda katakan ke media? Apa itu bukan kebohongan?"

"Mengapa kau tidak mau menikahiku? Bukankah kau menyukaiku sudah lama?"

APAKAH WANITA INI GILA?

"Sejak kapan? Saya tidak pernah menyukai orang seperti anda."

"Apa kau lupa dengan wanita yang kau selamatkan 14 tahun yang lalu?"

FLASHBACK 14 TAHUN YANG LALU

Singto yang berusia 15 tahun, saat itu duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ia bersekolah di sekolah privat tempat ayah dan ibunya dulu bersekolah. Sekolah privat memang ditujukan untuk mendidik anak-anak konglomerat dan keturunan bangsawan di Edelweiss. Beberapa orang dari kalangan rakyat biasa yang bisa bersekolah di sekolah itu hanya anak-anak jenius yang mendapat beasiswa.

Dari sejak kecil, Singto memang tidak suka berteman dengan sesama orang kaya, karena Singto membenci anak orang kaya yang rata-rata sombong dan hanya bisa membanggakan harta milik orang tuanya. Ketika di SMP, Singto lebih memilih berteman dengan anak-anak beasiswa yang memang orang-orang jenius. Singto yang memiliki IQ di atas 150 itu juga lebih mudah berbicara dengan orang yang setara dengannya.

Tanpa Singto sadari, Diane adalah salah satu teman sekelasnya di SMP. Ketika SMP, tidak ada yang tahu bahwa Diane adalah seorang tuan putri, keponakan raja. Karena Diane memiliki fisik yang bisa dikatakan tidak memenuhi kriteria cantik. Tubuhnya gemuk, wajahnya tidak proporsional karena hidung yang tidak mancung dan rahang bawahnya yang panjang. Entah mengapa dia terlahir seperti itu, membuat dirinya malu dipanggil sebagai putri ketika orang-orang berkespektasi tuan putri pasti cantik jelita. Diane sering menjadi korban ejekan karena fisiknya itu. Mungkin jika Diane mengatakan bahwa dirinya adalah keponakan raja, maka tidak akan ada yang berani mengganggunya lagi. Tapi ia tidak bisa mengatakannya karena dia akan semakin malu. Bagaimana jika teman-temannya malah makin mengolok nya sebagai tuan putri buruk rupa.

Di sekolah itu ada sekelompok geng anak laki-laki yang suka mencari korban bully. Geng itu merasa paling berkuasa karena ketua geng mereka adalah anak pemilik sekolah. Mereka senang mencari hiburan, tapi caranya adalah dengan merendahkan orang lain. Tipe-tipe orang yang paling dibenci oleh Singto.

Sekelompok geng bully itu hari ini menjadikan Diane targetnya "Hai gendut. Kamu sudah makan berapa kali hari ini? Hahaha. Kamu itu anak siapa sih kok gak pernah keliatan di acara elite? Jangan-jangan kamu dari golongan rakyat jelata? Hahaha sudah jelek, miskin."

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang