Part 8: Is This?

1K 127 6
                                    

Singto memilih tinggal di apartemennya yang ada di Leontopodium, daripada harus tinggal di rumahnya. Dirinya merasa lelah sekali, biasanya saat sedang merasa begini ia akan memeluk Krist untuk menenangkan dirinya.

Kangen Kit.

Singto pun mengambil handphone nya dan menekan video call.

"Halo Singtuan.", sapa Krist di layar handphone nya dengan wajah riang seperti biasa. Melihat wajah manis itu di layar HP saja sudah bisa membuat Singto tersenyum lagi.

"Kenapa cuma senyum-senyum? Kamu sudah sampai disana kan? Jangan-jangan kamu habis bersenang-senang ya makanya senyum-senyum?"

"Kamu yang membuatku tersenyum, Kit. Lagi apa?"

"Hmm? Ini kan lagi video call sama kamu."

"Benar juga. Kamu ngapain seharian tadi?"

"Aku ke Dianthus buat melukis. Terus disana aku ketemu turis dong. Dia minta dilukis, jadi aku melukisnya. Terus dia bilang lukisanku bagus dan membeli lukisanku.", Krist bercerita dengan berseri-seri.

"Hahaha kesana naik apa?"

"Ojek motor hahaha."

"Kenapa gak bilang? Aku bisa suruh orang nganterin."

"Gak usah, Singtuan. Cuma deket situ doang."

"Kit, lain kali kalau mau pergi keluar bilang aku dulu."

Kalau aku bilang, kamu pasti tidak akan mengijinkan aku pergi atau akan mengirim seseorang untuk mengawasiku.

"Ok.", jawab Krist sambil memberi kode mengiyakan.

"Kamu tidurlah Singtuan, besok pagi ada live press conference penting kan? Jangan sampai mata pandamu muncul di depan TV."

"Ok. Besok malam, aku sudah sampai disana. Miss you, Kit."

"Apa sih Singtuan kan baru aja ketemu tadi pagi masa udah kangen? Ya udah see you tomorrow, Singtuan.. bye byeee.."

Tut. Video call dimatikan.

Rasa rindu Singto sedikit berkurang setelah video call, tapi dirinya masih merindukan kekasihnya itu. Ia butuh pelukan hangat Krist. Singto pun membuka galeri HP nya yang penuh dengan foto-foto Krist—Foto yang ia ambil di setiap Krist sedang tersenyum manis, wajah favoritnya.

Singto pun memasukkan tangannya ke dalam celananya dan menggerakkan tangannya naik turun, memberikan aliran kenikmatan di bawah sana yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Singto menutup matanya, membayangkan wajah Krist yang telanjang bulat dengan mata sayu nya dan wajahnya yang tersipu malu. Tangan Singto pun bergerak makin cepat.

"Hahh.. Hahh.."

"Ahh..."

***

Krist menyalakan televisi di kamarnya.

Oh.. live nya sudah mulai. Untung Singtuan gak ada mata panda. Kamera nya sangat fokus sekali ke wajahnya.

"Good morning, Mr. Ruangroj. I'm from JIH news. How's your feeling about the first voyage of your ship? I heard many passengers are satisfied with the services. (selamat pagi, Tuan Ruangroj. Saya dari JIH news. Bagaimana perasaan anda mengenai pelayaran perdana kapal anda? Saya dengar banyak penumpang merasa puas dengan pelayanannya.)"

"Thank you for the compliment. I, myself, found some mistakes. But we will keep improving our service, so every passenger will be satisfied. (terima kasih atas pujian anda. Saya sendiri menemukan beberapa kesalahan. Namun, kami akan tetap meningkatkan pelayanan yang kami berikan agar seluruh penumpang dapat merasa puas.)"

"Hello, I'm Martha from Aswen Channel. I heard there was a passenger who lost her diamond necklace? How could it happen, Prince Andrews? (halo, saya Martha dari Aswen Channel. Saya dengar ada penumpang yang kehilangan kalung berliannya? Bagaimana itu bisa terjadi, Pangeran Andrews?)"

"I will let Singto answer it, because he knows this case better.", Pangeran Andrew menunjuk pada Singto (Biarkan Singto yang menjelaskan, karena ia yang lebih tahu mengenai kasus ini).

"It was a mistake that I mentioned before. The robber was one of the deck crew. The captain has put him on the blacklist already and we've also handed him to the regional police. Please don't be afraid to trust our ship company. In our ship, we already provide many CCTVs and tight securities. We will assure the passengers' safety and comfort. (itu adalah kesalahan yang saya katakan tadi. Pencurinya adalah salah satu dari kru deck. Kapten telah memasukkan dia ke dalam blacklist dan kami juga sudah menyerahkan pencuri itu ke polisi yang berwenang. Tolong jangan takut untuk mempercayai kapal kami, karena kami sudah memasang banyak CCTV dengan tim keamanan yang ketat. Kami akan menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang.)"

Krist tersenyum ketika mendengar jawaban Singto, karena dirinya teringat kembali memori di saat pertama kali ia bertemu dengan pria itu hingga menjadi kekasihnya saat ini.

Sisa pertanyaan yang dilontarkan wartawan hanya seputar desain kapal yang dibuat oleh Pangeran Andrews, bagaimana mereka bisa bekerja sama, dan betapa suksesnya pelayaran perdana kapal Memories of The Sea yang kini telah resmi mendapat rekor sebagai kapal terbesar dan termewah yang pernah dibuat manusia.

"Once again, congratulations for your success, Prince Andrews and Mr. Ruangroj. (sekali lagi, selamat atas kesuksesan anda, Pangeran Andrew dan Tuan Ruangroj.)"

Pangeran Andrews tersenyum, "Thank you. This project won't be successful without the help of my future son-in-law. (terima kasih. Proyek ini tidak akan berhasil tanpa bantuan calon menantu saya.)", sambil tangannya mengarah menunjuk Singto.

Seketika para wartawan ribut dan bersaut-sautan.

"What? Mr. Ruangroj will marry Princess Diane? (Apa? Tuan Ruangroj akan menikah dengan Putri Diane?)"

"Prince Andrews, could you explain? (Pangeran Andrews, bisakah anda menjelaskan?)"

"Princess Diane will marry to the Ruangroj? (Putri Diane akan menikah dengan keluarga Ruangroj?)"

"Is this a matchmaking? (apakah ini perjodohan?)"

"Mr. Ruangroj, since when you're dating Princess Diane? (Tuan Ruangroj, sejak kapan anda berkencan dengan Putri Diane)"

Singto hanya terdiam. Tubuhnya kaku, lidahnya kelu.

WHAT. THE. FUCK.

Hingga akhirnya Singto and Pangeran Andrews ditarik oleh pengawal kerajaan yang ada disana, karena para wartawan semakin sulit dikendalikan. Tak akan lama kabar rencana pernikahan Singto dan Putri Diane akan tersebar ke seluruh penjuru negeri atau bahkan ke seluruh penjuru dunia.

Tes. Air mata menetes dari mata Krist yang masih duduk terdiam di depan TV, menyaksikan keributan acara live tersebut yang langsung berhenti tayang saat para wartawan mulai ribut.

Jadi ini yang kau sembunyikan, Singto?

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang