Part 12: I'll be Waiting

1K 136 2
                                    

Sekarang yang ada dalam pikiran Singto hanya menemukan Krist. Ia tidak menyangka Krist akan pergi meninggalkannya begitu saja, tanpa mengatakan apapun padanya.

Kit pasti melihat siaran langsung itu. Sungguh sial!

Kit jangan pergi Kit.

Kit kamu dimana?

Jangan tinggalkan aku.

Singto kalang kabut menyetir sendiri selama 12 jam untuk sampai ke desa Amarylis dan isi pikirannya sudah kemana-mana, mengkhawatirkan Krist, takut terjadi sesuatu pada Krist, takut tidak akan bertemu dengan Krist lagi. Handphone nya dimatikan karena Jane, ayahnya, dan ibunya tidak berhenti menghubunginya.

Sesampainya Singto di depan rumah Mr. Winson, ia membunyikan bel rumah itu berkali-kali, mengetuk pintu, hingga menggedor pintu rumahnya namun tak ada seorang pun yang menjawab. Singto yang tenggelam dalam tantrumnya itu pun berteriak dan akhirnya terduduk di tangga depan pintu rumah. Dirinya menangis sekencang-kencangnya, karena rasa bersalah, marah, sedih, khawatir, takut kehilangan semua bercampur menjadi satu.

Awal mula Singto bisa menunjukkan luapan emosi atau yang disebut dengan adult tantrum itu karena ulah ibunya sendiri. Dari kecil, kehidupan Singto selalu diatur sesuai dengan kemauan ibunya. Karena ibunya ingin Singto menjadi anak yang sempurna. Apapun yang dilakukan Singto selalu ada campur tangan dari ibunya. Sifat mengontrol dari ibu Singto itu secara tidak langsung membuat Singto jadi mengontrol orang lain juga, terutama orang yang disayanginya.

Bagi Singto, sifat posesif dan mengontrol adalah wujud dari rasa cinta. Singto sangat mencintai Krist, jelas sekali. Tetapi karena sifat dasar Singto itu, ia ingin menyimpan Krist untuk dirinya sendiri. Ia tidak akan membiarkan Krist pergi sendiri tanpa dirinya atau tanpa pengawasannya. Namun, ia tak sadar bahwa ia sedang mengekang hidup Krist walaupun Krist adalah kekasihnya sendiri. Singto menganggap sifat mengontrolnya adalah wujud rasa sayangnya, karena itu lah yang ibunya lakukan padanya. Kini Krist pergi meninggalkannya, semua yang dilakukan Krist berada diluar kontrolnya dan itu menyebabkan gejolak emosi dalam diri Singto yang akhirnya dikeluarkan dalam tantrum.

"Iku ngopo ono cah lanang nangis bengok-bengok ning ngarep omah e pak Winson? (Itu kenapa ada anak laki-laki, nangis berteriak di depan rumahnya pak Winson)", kata seorang ibu-ibu pada hansip desa.

"Cah lanang sopo, bu? (anak laki-laki siapa, bu)"

"La mbuh sopo. Wong kota kayane, tumpakane montor larang. Lunga o rono pak. Mesakke aku (Gak tau siapa. Sepertinya orang kota, kendaraannya mobil mewah. Pergilah kesana pak. Aku kasihan)"

"Nggih, bu. (Ya, bu)"

Singto masih duduk di depan pintu rumah Mr. Winson sambil menangis, tapi tangisannya sudah mereda tidak berteriak-teriak seperti sebelumnya.

"Permisi mas, kenapa di depan sini?", kata hansip itu sambil menepuk bahu Singto.

"Apa benar disini rumah Mr. Winson?", tanya Singto.

"Benar, mas."

"Lalu kemana dia?"

"Sepertinya pak Winson lagi pergi, mas. Tadi saya liat mobilnya lewat depan pos, mungkin belum pulang."

"Bapak tau kemana perginya?"

"Ya saya gak tau to, mas. Mas kalau cari pak Winson bisa datang lagi nanti atau besok. Paling tidak jangan menangis di depan gini, mas. Ada warga yang resah."

Singto pun meminta maaf, lalu kembali ke mobilnya. Ia pergi mencari penginapan di sekitar situ dan memutuskan tidak akan pergi meninggalkan Amarylis hingga dirinya dapat bertemu Krist. Karena tidak ada tempat tujuan lain Krist selain Amarylis.

Kit, I'll be waiting.

***

"Jane! Saya gak suka ya kamu diam aja kaya gini. Singto itu kenapa? Waktu pulang marah-marah sama saya gak mau dijodohkan, lalu waktu di presscon Pangeran Andrews bilang Singto calon menantunya. Sekarang anak itu pergi entah kemana dan tidak bisa dihubungi. Kamu bilang sejujurnya Jane!", Jane pun menjadi korban amarah ibu Singto.

"Sabar, Belle. Jangan emosi dulu. Jane, apa yang dirahasiakan Singto dari kami? Saya tahu kamu orang kepercayaan Singto, tapi kami orang tuanya, kami berhak tahu. Apalagi Singto pergi ketika tantrum nya kambuh. Kami sangat khawatir."

"Sebenarnya, Tuan.. Nyonya... Tuan Singto pergi mencari pacarnya."

"HAH? APA? SINGTO PUNYA PACAR?", teriak Belle.

"Belle. Dengarkan dia dulu. Siapa pacarnya? Jangan bilang hanya wanita mainannya seperti biasa."

"Bukan Tuan. Sebenarnya Tuan Singto belum lama berpacaran dengan orang ini. Ia bertemu dengan pacarnya di kapal. Pacarnya ini adalah seorang pria omega yang bekerja sebagai pelukis jalanan di Elcastar.", jawab Jane dengan menunduk tidak berani melihat ke arah ayah dan ibu Singto.

"Pelukis? Di kapal? Jangan bilang pemuda bernama Krist Perawat itu?"

"Anda tahu, Tuan?", Jane terkejut.

"Tepat seperti dugaanku! Pantas saja aneh sekali tiba-tiba Singto mengajak temannya makan bersamaku. Tidak pernah Singto mengajak temannya menemuiku, sedekat apapun temannya itu."

"Apa ayah? Kamu tahu dan tidak bilang padaku? Jadi waktu Singto bilang dirinya punya orang yang dicintai itu benar? Aku tahu anak itu serius mengatakannya. Tapi yang benar saja seorang pelukis jalanan?

"Ya aku sudah merasa aneh tiba-tiba ada temannya di kapal. Lalu aku lihat pria itu terlalu manis untuk menjadi alfa. Tapi aku tidak merasakan aura omega darinya, perawakannya pun lebih seperti beta daripada omega. Kecuali saat makan malam itu, samar-samar aku mencium aroma omega tapi ku kira itu milik orang lain."

"Ayah ini memang gak peka!"

"Kok kamu jadi nyalahin aku?"

"Terus itu gimana perjodohan Singto sama Diane? Beritanya sudah heboh dimana-mana. Singto harus putus dengan pacarnya itu, aku gak mau tahu!"

Mendengar ucapan ibu Singto itu, hati Jane pun tidak tega. Bagaimana pun ia sudah menemani Singto dari sejak Singto pertama kali mulai bekerja. Satu hal yang membuat Jane kasihan pada Singto, tidak pernah sekali pun kehidupan Singto tidak diatur oleh kedua orang tuanya.

"Maaf, Tuan dan Nyonya. Kalau saya boleh cerita dari selama saya menjadi asisten pribadi Tuan Singto selama 7 tahun, ia tidak pernah jatuh cinta pada seseorang seperti sekarang. Saya tahu, Tuan Krist ini sangat penting bagi Tuan Singto. Apa anda pernah melihat seorang Singto membangkang pada orang tua nya selama 29 tahun hidupnya? Baru kali ini bukan ia seperti ini? Karena ia sangat mencintai pacarnya. Saya yakin sekali."

Perhatian, perilaku, dan tatapan Singto pada Krist tidak mungkin bukan cinta. Hanya saja Singto tidak pernah mencinta. Ia tidak tahu bagaimana menunjukkan rasa cinta itu tanpa menyakiti kekasihnya.

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang