Part 18: White Lies

1.1K 131 4
                                    

Raja Marck XI bersama rombongan pengawalnya dan team dokter kerajaan yang dibawanya terburu-buru menuju bangsal VIP di sebuah rumah sakit di Alstroemeria. Bangsal VIP ini berada khusus dan terpisah dari bangsal umum agar kehebohan ini tidak tercium oleh media.

Pimpinan dari team dokter kerajaan, yaitu dokter bedah terbaik di Edelweiss langsung mengambil alih ruang operasi.

"Laporkan kondisi."

"Terjadi pendarahan berat di perutnya, Dok. Kami sudah berusaha menghentikan pendarahannya tapi tidak bisa. Kondisi pasien terus menurun."

"Aku akan mengambil alih dari sini. Kau cari 2 kantung darah."

"Baik, Dok."

Suster yang menjadi asisten dalam operasi tersebut berlarian keluar untuk mengambil stok kantung darah. Hal tersebut membuat raja yang menunggu di luar semakin panik.

"Kau cari siapa yang melakukan ini pada putraku!", perintah Raja pada pengawal pribadinya.

"Team A sudah mendapatkan pelaku yang menabrak pangeran. Dia adalah seorang pembunuh bayaran, sebelumnya pernah bekerja pada geng Kanza. Salah satu orang yang terlatih dalam pasukan khusus di Elcastar. Tetapi sekarang ia bekerja secara individual pada orang yang membayarnya mahal. Ia terkenal dalam menjaga rahasia kliennya. Kami sedang berusaha untuk mencari tahu dalang dibalik semua ini."

"Kau harus temukan siapa yang menyuruh pembunuh bayaran itu dengan cara apapun!"

"Siap. Laksanakan, Yang Mulia."


***

Ketua team A menendang pria yang mengenakan jaket kulit hitam itu, pria yang mengendarai mobil sedan yang menabrak Krist.

"Katakan siapa yang membayarmu!", sambil melayangkan pukulan tepat di wajah si pembunuh bayaran yang sudah babak belur.

"Kau tidak akan mendapatkan jawaban dari mulutku, meski kau membunuhku sekalipun."

"Meskipun dengan mengorbankan 2 orang ini?", ucap salah satu anggota team A sambil menunjukkan foto 1 wanita dan 1 anak kecil perempuan. Foto mantan istri dan putri kecilnya yang masih berusia 4 tahun.

"Kau licik sekali."

"Sekarang mereka ada di tangan anak buahku. Kalau kau masih ingin mereka hidup, katakan siapa yang menyuruhmu!"

Pria itu masih diam saja.

"Baiklah. Kalau itu maumu. JD. Bun—", ucap anggota team A sambil mendekatkan handphone ke mulutnya.

"Stop. Aku akan katakan siapa yang menyuruhku. Tapi tolong jangan sakiti mereka... Mereka tidak ada hubungannya dengan ini."

"Haha. Good.", ucap ketua team A itu sambil menginjakkan kaki nya di atas dahi si pembunuh bayaran.


***

Singto menyuruh Jane untuk mengabari para wartawan bahwa dirinya akan melakukan press conference 2 hari lagi.

"Pastikan kau hubungi semua media yang ada di Edelweiss untuk mengirim perwakilannya masing-masing. Aku tidak mau ada satu media pun yang luput. Seluruh Edelweiss harus tahu aku tidak akan menikah dengan Diane.", kata Singto pada Jane di depan ibu dan ayahnya.

"Singto kau ini apa-apaan?! Kenapa sejahat itu pada Diane?", ucap ibunya pada Singto.

"Jahat, mom? Mom, kau ingin menjodohkanku dengan orang gila?"

"Jangan bilang ini karena omega itu, Singto! Dimana sopan santunmu pada keluarga bangsawan? Jangan membuat keluarga Ruangroj menanggung malu karena ulahmu."

"Aku tidak pernah menyukai wanita itu, aku bahkan sudah minta perjodohan ini dibatalkan sejak pertama kali bertemu dengannya. Tapi apa yang dia katakan pada kalian? Apa yang dia katakan pada media? Dia bilang kita saling menyukai? Tidak kah ibu sadar wanita itu sudah gila?!" Singto berbicara pada ibu nya dengan nada bicara yang cukup kasar.

"Singto jaga bicaramu pada orang tua! Kau ini benar-benar sudah berubah sejak bertemu pria itu. Kelakuanmu makin tidak tahu sopan santun. Makanya aku tidak suka kau berhubungan dengan orang dari kelas biasa, mereka tidak dididik sopan santun.", bentak ayah Singto.

"Jangan ada yang menjelekkan Krist! Lebih tidak sopan mana dengan orang yang penuh percaya diri mengatakan seseorang menyukainya di depan publik tanpa concern dari orang yang bersangkutan? Sungguh sangat gila. Wanita itu seperti ular, apa kalian tidak bisa melihatnya?"

"Dia putri sahabat ibu, Singto. Dia seorang Tuan Putri. Kau tidak pantas mengatainya seperti itu."

"Ku harap suatu saat ayah dan ibu dapat membuka mata kalian. Satu hal yang ingin kusampaikan. Ini hidupku, keputusanku." Singto mengatakan dengan penuh penekanan dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Ia sudah tahu, orang tuanya dari dulu memang akan selalu menentangnya jika Singto tidak berbuat seperti yang diinginkan oleh kedua orang tuanya.

"Ayah... Apa aku telah salah mendidiknya? Kenapa Singto sangat mengerikan?"

"Sudah lah Belle. Dia telah dewasa. Baru pertama kali ini juga aku melihat Singto sangat bersikukuh seperti ini hingga melawan kita. Kurasa omega itu.. Dia benar-benar mencintainya."

Singto, apa kau telah menemukan fated pair yang kau cari?

Melindungi seorang omega yang merupakan fated pair nya adalah naluri seorang alfa. Apapun yang dihadapi, tidak ada yang lebih penting daripada melindungi fated pair nya.


***

Setelah operasi berjalan selama hampir 4 jam lamanya, lampu di depan pintu ruang operasi dimatikan, pertanda operasi telah selesai. Dokter kerajaan yang memipin operasi pun keluar dari ruangan, lalu langsung menghampiri raja yang menunggu di depan ruang operasi.

"Bagaimana kondisi putraku?"

"Yang Mulia. Operasi berhasil. Pendarahan dapat dihentikan dan tidak ada organ tubuh yang mengalami kerusakan parah. Pangeran telah melewati masa kritisnya, hanya saja masih memerlukan waktu untuk sadar. Sekarang kita hanya bisa menunggu hingga putra Yang Mulia sadar, tapi Yang Mulia tidak perlu khawatir. Namun ada satu hal..."

"Apa? Satu hal apa? Kau jangan membuatku khawatir!", ucap raja panik.

Dokter itu pun langsung bersujud di hadapan raja "Maafkan saya Yang Mulia, saya sudah berusaha semampu saya. Tapi ketika kami sampai disini, kami sudah tidak dapat berbuat apa-apa. Kami telah kehilangan bayinya."

Raja Marck terkejut dan langsung terduduk.

"Sekali lagi maafkan kami, Yang Mulia. Janin nya masih terlalu kecil untuk diselamatkan. Kami tidak sanggup melakukan hal di luar kemampuan kami.", ucap dokter itu sambil masih bersujud. Raja Marck pun memberikan kode agar dokter itu berdiri dan pergi meninggalkannya, pertanda bahwa dokter itu sudah dimaafkan.

Jadi putraku selama ini... Hamil?

Sang raja melihat ke arah Mr. Winson "paman, apa kau mengetahui ini?"

"Mohon maaf Yang Mulia, saya sungguh tidak tahu pangeran tengah mengandung.", ucap Mr. Winson sambil membungkukkan tubuhnya.

"Cari siapa yang menghamili putraku!", perintah raja pada pengawalnya.

"Yang Mulia.. sepertinya saya tahu siapa.", Mr. Winson membuka mulutnya.

Raja Marck menatap ke arah Mr. Winson, mengisyaratkan untuk dijelaskan lebih lanjut.

"Ketika Pangeran Krist datang ke rumah saya yang ada di Alstroemeria, ia bertemu dengan keponakan saya, Bowel. Bowel mengatakan bahwa pangeran datang bersama dengan seorang pria yang merupakan CEO Ruangroj corp., Singto Prachaya Ruangroj."

"Apa kau bilang? Putra sahabatku yang dijodohkan dengan Diane?"

"Iya. Yang Mulia."

"Informasi penting seperti ini kau tidak bilang?!"

"Maafkan saya, Yang Mulia.", sekali lagi Mr. Winson membungkukkan dirinya.

"Tapi Krist belum tahu ia hamil kan? Ia tidak perlu tahu. Jangan ada yang bilang padanya kalau ia keguguran. Aku tidak ingin anakku terluka lebih dari ini."

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang