Part 2: Morning S

1.9K 157 4
                                    

❗️⚠️ Mature Content ⚠️❗️

21+

Harap bijak dalam membaca.














"Morning, Singtuan.", Krist mengecup pipi Singto sambil tangannya mengusap perut Singto yang bertelanjang dada. Tidak sengaja lengannya menyenggol bagian bawah Singto yang... berdiri.

"Kamu tegang hanya karena itu?"

"Apa kamu tidak tahu? Benda itu bangun di pagi hari adalah hal yang biasa."

Krist malah menggoda Singto dengan memasukkan tangannya ke dalam boxer Singto. Ia memegang benda itu dan menggerakkan tangannya naik turun, membuat Singto menggeliat. "Mau kubantu menidurkannya?"

Singto pun mengangguk. "Hngghh.. Disitu enak, Kit."

Krist pun bangun dan berlutut di hadapan Singto yang masih tiduran di kasur. Ia melepaskan boxer yang dipakai Singto, membebaskan penis Singto dan memasukkan ke dalam mulutnya. Krist mengulum penis Singto di dalam mulutnya, menjilati ujung penis itu hingga membuat Singto mengerang. Penis Singto yang besar itu memenuhi mulut Krist dan terkadang membuatnya tersedak.

Krist melepaskan celananya, sehingga penisnya yang sudah tegang itu tidak terganjal celananya lagi. Kini Krist hanya mengenakan kemeja oversize berwarna biru. Ia memasukkan 2 jarinya ke dalam lubangnya untuk mempersiapkannya.

"Ahh.. hnnggh.."

Ketika dirasa lubangnya sudah siap, Krist memegang penis Singto dan memasukkannya ke dalam lubang miliknya. Krist menaik turunkan tubuhnya diatas Singto dan menggoyang pinggulnya. Singto merasakan kenikmatan di dalam lubang ketat itu. Seperti biasa, rapat dan berkedut, rasanya seperti penisnya ditekan dan itu sangat nikmat.

Salah satu tangan Krist mengocok penis miliknya sendiri dan satu tangannya yang lain memegang tangan Singto, mengarahkan tangan Singto untuk meraba bagian dalam kemejanya. Singto mencubit, memilin dan meremas puting Krist. Memberikan rangsangan tambahan pada Krist yang membuatnya merasakan sensasi kenikmatan menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Ahh.. ahh.. Singtuanhh.."

"Fasterrr, Kit.", ucap Singto dengan napas yang sama terengah-engahnya. Krist mempercepat gerakan menaik-turunkan tubuhnya diatas Singto agar penis Singto semakin menghujam prostatnya.

"Ahh ahh.. hmmm... Singtuan, I'll cum."

Penis Krist mengeluarkan cairan putihnya di perut Singto.

Singto merasa gerakan Krist melambat karena pelepasannya membuat Krist lemas. Singto pun memegang pinggul Krist dan membalikkan tubuhnya sehingga kini mereka bertukar posisi. Krist ditidurkan di atas kasur dan berada di bawah kungkungan Singto.

Singto mengangkat satu kaki Krist dan memasukkan penisnya lebih dalam.

"Ahhh... so deep..ahhh", Krist mendesah tanpa henti ketika Singto mempercepat gerakannya, membuat Krist menggila karena bagian dalamnya yang sensitif setelah pelepasan tadi terus dihujam oleh Singto. Gerakan Singto semakin cepat dan membuat Krist mengalami orgasme kedua. Cairan kental itu kini keluar dari lubangnya. Singto menarik keluar penisnya dan mengocoknya di atas perut Krist.

"Ahhh.. Kit, I wanna cum." Spermanya pun keluar membasahi kemeja Krist.

Singto memasukkan kembali penisnya ke dalam lubang Krist, menikmati penisnya yang masih sensitif setelah pelepasan tadi di dalam lubang Krist yang ketat.

Singto mencium bibir Krist, membuka mulutnya dan memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulut Krist untuk mencari lidah Krist di dalam sana. Keduanya saling mengulum lidah dan menghisap bibir satu sama lain. Kedua tangan Krist memeluk Singto dan mendekatkan kekasihnya itu ke dalam dekapannya. Sambil berciuman, Singto masih melakukan penetrasi di bawah sana. Semakin lama gerakan Singto semakin cepat.

"Ahh... hfft.. ahh..lebih cepat...Singtuann."

"Kit, I'll cum again."

"Di dalemm.."

"yakin?"

"Yes, I want your cum."

Singto melakukan pelepasan di dalam lubang Krist, bersamaan dengan orgasme Krist yang ketiga. Krist merasakan cairan hangat milik Singto itu di dalam lubang miliknya. Singto menarik keluar penisnya, lalu memasukkan kedua jarinya ke dalam lubang Krist, membersihkan sperma yang ada di dalamnya.

"Hahh... kamu suka?", tanya Krist yang masih terengah-engah dengan mata sayu. Badannya sedikit gemetaran karena orgasme bertubi-tubi yang ia dapatkan.

"I like it. Do you like it too?"

"You're the best, Singtuan." Krist mengalungkan kedua lengannya di tengkuk Singto dan menariknya mendekat untuk menciumnya.

Sex in the morning is the best.

***

Keduanya berpelukan selama beberapa menit setelah menyelesaikan kegiatan mereka. Tubuh mereka terasa lengket karena keringat dan cairan orgasme.

"Sekarang ayo mandi, baby." Singto bangun dari tempat tidurnya, dengan tubuh yang tidak mengenakan sehelai kain pun.

"Up." Krist mengangkat kedua tangannya, memberi kode agar digendong.

"Apa kamu bayi?", ucap Singto sambil menggendong Krist di depan, seperti koala.

"Aku hanya jadi bayi di depanmu.", Krist masih menggodanya.

"Jangan buat ekspresi seperti itu, atau kau mau ronde berikutnya?"

"Di kamar mandi boleh.", bisik Krist sambil menjilat telinga Singto, membuat Singto merinding.

"Kamu nakal begini, apa kamu sedang heat?"

"Nggak kok. Aku cuma lagi mood aja hehe."

Singto menatap Krist dan diam sejenak. "Ok. Ayo lanjut. Jangan salahkan aku, kamu yang menggodaku."

"Hahaha, yess daddy."

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang