Part 15: Father and Son

1.1K 135 3
                                    

Mr. Winson meninggalkan Krist dengan Raja Marck XI di dalam sebuah ruangan untuk memberi waktu bagi ayah dan anak itu.

Selama beberapa menit keduanya terdiam, Krist masih tidak tahu ingin bicara apa dengan ayah yang telah ia cari selama ini. Padahal tadi ia sudah memikirkan banyak pertanyaan.

"Dilihat semakin dekat, kau mirip sekali dengan ibumu.", Raja Marck membuka percakapan.

"Yang Mulia..."

"Kau bisa memanggilku ayah saja atau dad atau father. Sesukamu"

"Mengapa anda tidak mencari ibu saya ketika kami sangat membutuhkan anda? Mengapa membiarkan ibu saya menderita?",  tanya Krist sambil mengepalkan kedua telapak tangannya dan kelopak matanya menahan agar air matanya tidak jatuh.

"Aku baru tahu ibumu dan kau masih hidup dari 10 tahun yang lalu. Ibumu bersembunyi, bagaikan bayangan, membuatku tidak dapat menemukannya."

FLASHBACK 33 TAHUN YANG LALU

Seorang wanita mengenakan celana high waist skinny jeans, dengan kemeja berwarna putih yang dimasukkan ke dalam celana, dan membawa buku kimia organik setebal 900 halaman di tangannya. Rambutnya yang bergelombang dan berwarna coklat tua terurai panjang melebihi bahu. Kulitnya putih bersih, bola matanya berbinar berwarna hazel dengan senyum yang memiliki lesung pipit manis.

"Ellise! Kau mau kemana?", sapa seorang wanita sambil berlari mendekatinya.

"Mau mengembalikan buku ini ke perpustakaan. Kenapa?"

"Kamu mau ikut nonton pertandingan basket gak? Hari ini fakultas Sains lawan fakultas Teknik. Jarang-jarang fakultas kita bisa ikut tanding di final ketemu sama anak teknik."

"Aku tahu kamu mau lihat yang lain kan?", jawab Ellise.

"Kamu tahu aja! Ya jelas mau lihat ketua team basket fakultas teknik, Pangeran Marck! Aaaa. Ganteng banget dia astaga. Udah tinggi, atletis, rambutnya hitam legam, tampan. Beneran literally prince charming banget.", wanita itu bercerita dengan heboh.

"Aku gak ikut dulu lah, mau ke perpustakaan aja."

"Ellise! Jangan belajar terus, sekali-kali ikutlah nonton ginian kamu belum pernah kan? Ayo lahh temani aku.", wanita itu memohon sambil bergelayutan di tangan Ellise.

"Iya iya, tapi aku ngembaliin buku ini ke perpustakaan dulu."

"Okay!"

Priiittt

"Fakultas Teknik menang dengan point 21-15"

"Yayyyy!!! Pangeran Marck! Pangeran Marck!", sorak wanita-wanita di dalam arena pertandingan.

"Pangeran Marck. Good game, captain.", ucap seseorang dari team fakultas teknik sambil memberikan tos pada Pangeran Marck.

"Thanks to the team. Well done guys."

"Wah.. Itu Ellise? Si bintang fakultas Sains? Dia yang terkenal paling cantik dan jenius se-fakultas kan? Jarang banget dia mau dateng ke tempat ginian, biasanya nongkrong di perpus doang. Aku jadi malu kalah tanding. Gak bisa banggain diri di depan Ellise dong.", kata seorang pemain basket dari fakultas Sains kepada temannya, yang tidak sengaja didengar oleh Pangeran Marck.

Mata Pangeran Marck langsung tertuju pada gadis cantik yang dibicarakan itu. Memang gadis yang sangat sesuai dengan kriterianya. Lalu, Pangeran Marck pun menempuh berbagai cara untuk mendekati pujaan hatinya itu. Mulai dari meminta bantuan pada temannya untuk dikenalkan, hingga menghampiri Ellise terus menerus hanya untuk mengenalnya lebih dekat. Akhirnya Ellise pun luluh. Pangeran Marck ternyata tidak seperti pangeran yang Ellise bayangkan akan angkuh dan sombong. Ia adalah orang yang sangat perhatian, rendah hati, dan tidak pernah menyombongkan kedudukan yang dimilikinya. Hal ini lah yang membuat Ellise jatuh cinta. Keduanya pun berpacaran dan sama-sama saling mencintai, meskipun tidak ada yang tahu hubungan mereka.

Blossom of Snow (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang