1 || Prolog

306 117 21
                                    

Pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini. Terlihat sekumpulan burung yang berterbangan di angkasa menghiasi langit biru yang ditutup oleh awan tebal kelabu. Tampaknya awan mendung yang ada, tidak bersahabat baik dengan seorang pria yang saat ini menerima kabar duka dari keluarganya.

Sebuah bangunan besar bergaya klasik tingkat dua dengan cat putih yang menyelimuti temboknya. Serta dengan logo tanda plus merah yang berada ditengahnya. Bangunan yang dipenuhi oleh para ahli medis yang bekerja. Ya, itu lah rumah sakit. Di mana setiap harinya ada saja orang-orang yang memerlukan bantuan medis.

Di tengah cuaca mendung dengan matahari yang malu menampakkan dirinya, terlihat seorang remaja pria yang berlari tergesa-gesa dari area parkir. Memasuki pintu rumah sakit setelah kakinya baru saja menaiki tiga buah anak tangga di teras depan rumah sakit. Dengan langkah lebarnya ia berjalan dan menaiki tangga menuju lantai dua dengan raut wajah sedih yang menjatuhkan tetesan air dari matanya.

Sesampainya di lantai dua, ia melangkah masuk ke salah satu ruang inap. Di pintu kacanya yang tertera tulisan "K-2 - 10," yang artinya kelas 2 ruangan 10. Ia pun langsung menghampiri pasien wanita yang berbaring lemah di bawah selimut dengan posisi ranjang yang berada di kanan toilet. Pria tersebut menangis tersedu-sedu sembari memeluk wanita yang ternyata telah dipanggil tuhan lebih dahulu.

Di sampingnya berdiri seorang lelaki berbadan tinggi dengan kemeja biru navy serta celana jeans hitam yang menutupi tubuhnya, juga menangis terisak menantap wanita tersebut. Terlihat dua orang suster yang melepas alat infus dan selang oksigen yang menempel pada tubuh si wanita.

Ruangan yang mampu memuat delapan ranjang itu seketika menjadikan suasana duka di dalamnya. Remaja pria itu terduduk di kursi lipat dan hanya terus menangis sambil menggoyang-goyangkan tubuh si wanita.

"Mamaaaaa!!!" teriak remaja itu dengan suara serak.

Si pria tinggi hanya bisa mengelus pelan kepala si remaja yang terus mengeluarkan air matanya.

"Sudahlah anakku. Ikhlaskan saja...," kata pria tinggi, yang ternyata ayah dari remaja tersebut.

"Tuhan telah menjemputnya lebih dulu," sambungnya.

Tangisan pria tinggi pecah membasahi kelopak matanya.

"Mamaaaaaaa!!!" teriak remaja itu lagi lebih histeris sambil menghentakkan kaki kanannya.

Mereka adalah sebuah keluarga yang baru saja kehilangan sosok wanita di antara mereka. Sosok wanita itu telah tiada karena kanker darah yang dideritanya. Anak dan ayah tersebut hanya bisa menangis tersedu melihat kepergian sosok ibu dan istri.

Wanita itu dirawat di rumah sakit selama dua minggu sebelum akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Suster dan pasein lain yang ada di ruangan itu hanya diam membisu memandangi dua lelaki tersebut yang tiada henti menangis. Tak lama kemudian, pasien wanita tersebut langsung dibawa pulang ke rumahnya dengan menggunakan ambulan.

🚑🚑🚑

Esok paginya, anak dan ayah itu mengantar jenazah wanita tersebut ketempat peristirahatan terakhirnya. Ditemani oleh warga sekitar dan kerabat lainnya. Dengan disertai kabut tipis yang membuat suasana kuburan semakin mencengkam, hanya ada kesunyian dan kesedihan. Remaja pria tersebut hanya diam menatap sosok malaikat tanpa sayap itu dikebumikan. Hanya tangisan dan kesedihan yang terlihat diwajahnya.

"Hayyy!!" sapa seorang gadis berparas cantik.

Gadis itu terlihat seumuran dengan remaja pria itu.

"Kamu yang sabar yaa. Semoga ibumu tenang di sana dan semua amal ibadahnya diterima," kata si gadis menenangkan.

"Iyaa," balas si remaja pria.

"Makasih yaa doanya."

"Hay kalian," panggil seseorang pria yang berjalan mendekati remaja pria dan gadis itu.

Pria tersebut berbadan tinggi dengan kulit putih dan mata besarnya. Namun, pria itu juga terlihat seumuran dengan remaja pria dan gadis itu.

"Ternyata kalian di sini," seru si pria. "Lu baik-baik aja kan?" tanyanya pada remaja pria.

"Iya aku baik-baik aja," jawab remaja pria.

"Sudah jangan sedih lagi yaa," ucap si gadis.

Dalam benaknya, remaja itu masih tidak menyangka bahwa sosok ibu yang selama ini merawatnya telah dipanggil tuhan lebih dulu. Kini hanya sang ayah yang tersisa di keluarganya.

⏳⏳⏳

Setelah satu bulan semenjak wanita itu dikebumikan. Remaja itu masih saja menyimpan kesedihan di wajahnya. Ia belum bisa move on atas kepergian ibunya. Hanya ayahnya dan dua temannya yang mampu mengajaknya berbicara. Saat berada disekolah, dua temannya terus menghiburnya agar ia tidak terus larut dalam kesedihan. Dan saat berada di rumah, Ayahnya terus berusaha mengajaknya berbicara sampai akhirnya ia kembali ceria seperti biasa.

Bersambung...

.

.

.

Mohon maaf apabila penulisannya tidak sesuai dengan EYD🙏 Dan ada beberapa typo didalam sebuah kalimat🙏
.
.
Jangan lupa votenya yaa teman-teman😸Karena novelnya masih baru😅Satu buah vote dari kalian sangat berharga bagi penulis😇🧀

Jangan lupa votenya yaa teman-teman😸Karena novelnya masih baru😅Satu buah vote dari kalian sangat berharga bagi penulis😇🧀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Terror Of The Deadly Stalker [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang