24 || Dia Datang [II]

14 8 0
                                    

Sampailah mobil ambulan itu di rumah si kembar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampailah mobil ambulan itu di rumah si kembar. Hanya dalam hitungan jam setelah mobil ambulan itu tiba, kematian pak Ryan menjadi topik hangat di komplek tempat tinggal keluarga Vino dan Vina. Kasus pembunuhan itu sangat ramai di perbincangkan dan menjadi perdebatan orang-orang.

Ayah si kembar langsung menghubungi keluarga pak Ryan. Dan betapa syoknya istri dan anak pak Ryan saat melihat sosok pria yang hidup di antara mereka, telah lebih dulu pergi mening-galkan mereka. Si anak menangis dengan histerisnya sampai-sampai membuat kulit putihnya berubah menjadi kemerahan. Ibu dan anak itu hanya bisa menangis pasrah mengikhlaskan kepergian sosok suami dan ayah. Tangis para tamu yang ada juga membuat suasana begitu haru. Hanya ada kesedihan dan penyesalan yang tersisa. Rencana pak Ryan akan di kubur besok pagi.

Kelima remaja itu terlihat duduk di anak tangga rumah Vino dan Vina. Menyaksikan para tamu yang mulai berdatangan.

"Kemarin gue ngeliat senyum indah di wajah pak Ryan saat kita turun dari mobil menuju mall. Ternyata itu senyum terakhir dari pak Ryan yang bisa gue liat," ujar Vina berusaha menghenti-kan tangisnya.

"Perasaan saat gue ngeliat pak Ryan, pak Ryan seperti tidak ada beban di dalam pikirannya. Ia terlihat ceria," sambung Vino.

Vino dan Vina tak menyangka, sosok pria yang sudah mereka anggap seperti ayah sendiri itu, telah pergi meninggalkan mereka lebih dulu. Ada orang yang dengan sengaja telah membunuh pak Ryan. Ntah, kesalahan apa yang pak Ryan lakukan sampai orang itu dengan teganya mengakhiri hidup pak Ryan.

Remaja kembar itu lagi-lagi menangis dengan hebatnya. Air mata mereka mengalir dengan derasnya membasahi wajah, leher dan pakaian yang mereka kenakan. Thomas, Jihoon dan Zhishu berusaha untuk menenangkan kedua remaja itu walaupun mereka sendiri menyimpan kesedihan yang amat mendalam.

"Sekarang jam berapa?" tanya Thomas.

"Jam 12.09," ujar Zhishu melihat jam di ponselnya.

"Dua hari belakangan ini, banyak hal aneh yang terjadi pada kita," kata Vina menyapu air matanya. "Mulai hilangnya Chelsea sampai kematian pak Ryan."

"Tapi sampai sekarang kita nggak tau Chelsea ada di mana?" lanjut Jihoon.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan? Bagaimana caranya kita menemukan Chelsea?" tukas Vino menarik ingusnya.

"Mau gimana lagi. Hanya tim polisi yang bisa menyelidiki kasus ini. Kita cukup berdoa yang terbaik aja," jawab Zhishu.

Kelima remaja itu hanya tertunduk pasrah.

"Eh Thom!!" panggil Zhishu menarik baju Thomas. "Nih...," lanjutnya menyodorkan selembar uang kertas seratus ribu. "Karena banyak hal yang terjadi, gue hampir lupa ngasihkan."

"Loh? Apa ini?" tanya Thomas melirik uang itu.

"Uang ganti perban sama obat luka waktu di parkiran," kata Zhishu. "Kan kemaren beli perban sama obatnya pakai uang lu."

The Terror Of The Deadly Stalker [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang