Sesampainya di kelas. Saat Chelsea ingin manaruh roti keju yang baru ia beli di kantin, di laci mejanya, ia menemukan sepucuk surat yang ditulis dengan tinta pulpen berwarna merah.
Chelsea langsung membaca pelan pesan di kertas itu.
Keluarga lu harus bertanggung jawab!! Atau aku sendiri yang akan turun tangan!! Ku ulang sekali lagi, Keluarga lu harus bertanggung jawab!! Atau aku sendiri yang akan turun tangan!!!
Chelsea menatap sekelilingnya. Ia langsung mengajukan pertanyaan pada teman-teman sekelasnya.
"Teman-teman, selama jam istirahat, kalian ada liat orang yang taroh kertas ini nggak? Kertasnya di laci mejaku," Chelsea mengangkat tinggi kertasnya agar teman-temannya melihat.
"Selama aku di kelas dari tadi, aku sih nggak ada liat siapa yang naroh itu," seru Sakura. "Tapi aku sama Ani liat ada orang dari kelas lain masuk ke sini, iya kan, Ni?"
"Iyaa, ada dua siswa laki-laki. Yang satu pake hoodie warna pink dan yang satunya lagi pakai jaket hitam. Terus mereka berdua pake masker hitam," balas Ani. "Aku sama Sakura nggak kenal siapa dia, tapi dia kayanya kakak kelas deh."
"Emang surat apaan Chels," Zhishu bertanya pada teman sebangkunya itu.
"Ini, coba deh kalian baca," Chelsea memberikan suratnya ke tangan Zhishu.
Mereka membaca secara bergiliran.
"Isi suratnya kok hampir mirip sama pesan teror Thomas?" tanya Jihoon menatap Thomas.
"Mereka sama-sama meminta pertanggung jawaban," seru Vina sambil membenarkan ikatan rambutnya.
"Sebenarnya tanggung jawab apa sih?" tanya Thomas mulai kesal. "Masa iya si anak brandalan itu juga sekolah di sini?"
"Kalo itu gue kurang tau," balas Chelsea. "Lagian kita sekolah di SMA ini baru beberapa bulan kan, jadi belum familiar sama kakak kelas yang lain."
"Aduhh, gue juga ikut bingung nih," Vino menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kita semua juga bingung kali," cetus Zhishu.
Mereka berenam sibuk memperdebatkan surat itu.
"Udah-udah, duduk dulu," perintah Chelsea. "Bentar lagi bel masuk bunyi dan guru killer datang, ntar kita bahas lagi."
Bel masuk berbunyi.
🛎🛎🛎
Saat jam istirahat kedua. Vino yang berjalan sendirian, saat menuju kelasnya selepas pergi dari perpustakaan, tiba-tiba...
"Hei kamu!! Kembarannya Vina!!" panggil seorang pria.
"Yaa?" sahut Vino menoleh kearahnya.
"Siapa namamu? Novi?" Tanyanya salah sebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Terror Of The Deadly Stalker [END]✓
Terror[📌 Sebetulnya author telah mempublikasikan cerita ini dari awal Maret 2021. Tapi saat sampai bulan Juni, author terlalu sibuk yang mana hal itu membuat terhambatnya penulisan novel ini. Tapi author terus melanjutkan penulisan cerita ini di Microsof...