Sampailah di rumah si bapak.
Tibalah Chelsea di sebuah rumah dengan lebar delapan meter berkonsepkan minimalis. Dengan cat biru langit dan sedikit olesan warna cream yang menyelimuti temboknya. Dengan keramik motif batik yang menjadi lantai di terasnya. Serta adanya dua kursi santai kayu yang berada di depan jendela panjang lengkap dengan meja bundar yang berada di antara dua kursi itu.
Terdapat taman kecil berukuran empat kali tiga meter persegi yang berada di sisi kanan depan rumah, dengan ayunan kayu yang mampu menampung dua orang. Rumput hijau dan sebuah pohon palem yang ada membuat rumah itu segar dipandang mata. Lengkap dengan berbagai macam tanaman hiasnya. Rumah itu dikelilingi tembok beton yang di cat abu muda.
"Ayo non masuk!!" ajak si bapak pada Chelsea setelah memarkirkan sepedanya.
Chelsea mengangguk satu kali. "Iya om terima kasih. Saya biar duduk di luar aja."
"Jangan non!! Masuk aja!! Nggak papa kok," cetus si bapak. "Ngomong-ngomong nama non siapa?" lanjut si bapak bertanya.
"Chelsea om!" jawab Chelsea tersenyum kecil.
"Chelsea yaa," balas si bapak. "Ayo non masuk aja!! Jangan malu-malu. Jangan takut juga sama om, hahaha...."
"Baik om."
Chelsea melangkah masuk melewati pintu coklat.
Si bapak mempersilahkan Chelsea untuk duduk di sofa tamu. Si bapak berjalan menuju dapur meninggalkan Chelsea. Sampainya di dapur, si bapak bertemu seorang wanita yang seumuran dengannya yang tak lain adalah istrinya. Chelsea hanya diam duduk melamun menatapi perabotan rumah yang ada di ruang tamu. Tak ada benda yang bisa ia mainkan. Chelsea bingung apa yang harus dilakukan. Ingin menghubungi teman-temannya, ia tak tau di mana handphonenya berada. Kini ia bingung.
"Ini non, om buatkan es teh. Silahkan diminum!!" datang si bapak membawa dua buah gelas kaca dan teko yang ia letakkan di nampan bundar dan setoples biskuit abon.
"Yaa ampun om. Repot-repot bikin minum," kata Chelsea.
"Nggak papa kok, non. Ayo diminum!!" balas si bapak menyodorkan secangkir teh. "Kalo om boleh tau, non dari mana?" lanjutnya bertanya.
"Saya dari komplek Melati om. Komplek yang deket sama bundaran di jalan besar sana," kata Chelsea memberi tau di mana posisi rumahnya berada.
"Lalu non kenapa bisa sampai di sini? Sendirian lagi?" tanya si bapak lagi.
"Jadi gini om," Chelsea mulai bercerita. "Saya baru aja lolos dari orang yang menculik saya. Sebelumnya, saya jalan-jalan sama teman-teman saya di mall. Terus saya dan satu teman saya pergi ke area parkir mobil. Tapi pas di sana, saya dan teman saya justru diserang orang yang nggak kami kenal. Saya tidak tau dia siapa karena dia memakai helm. Tetapi dari suaranya, dia cowok. Setelah berhasil mengalahkan saya dan teman saya, orang tersebut membuat saya pingsan. Dan saat tersadar, saya berada di sebuah gudang di jalan saat saya dan om bertemu tadi. Saya sangat takut kalau saja orang itu melakukan tindakan seksual terhadap saya. Saya berhasil kabur dari rumah kosong itu. Tetapi orang itu mengetahui aksi kabur saya dan berusaha mengejar saya. Makanya saat saya bertemu dengan om, saya panik setengah mati dan langsung meminta pertolongan om. Tapi ketika saya bertemu dengan om, orang itu justru hilang entah ke mana. Sekarang saya bingung apa yang harus saya lakukan. Saya aja nggak tau gimana kondisi teman saya yang bersama saya di area parkir dan teman-teman saya lainnya. Ingin menghubungi keluarga dan teman-teman saya, tapi saya kehilangan handphone saya. Saya benar-benar bingung," jelas Chelsea panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Terror Of The Deadly Stalker [END]✓
Terror[📌 Sebetulnya author telah mempublikasikan cerita ini dari awal Maret 2021. Tapi saat sampai bulan Juni, author terlalu sibuk yang mana hal itu membuat terhambatnya penulisan novel ini. Tapi author terus melanjutkan penulisan cerita ini di Microsof...