MPB-42.

51K 2.6K 199
                                    

Ara kini bisa bernafas dengan lega, Andrea telah merencanakan semuanya dengan baik. Ia tidak akan takut lagi dengan Rayhan maupun Anna.

"Aku gak tahu harus berterima kasih dengan cara gimana sama kamu. Makasih Dre"

Ara memeluk Andrea dengan erat meluapkan rasa bahagianya kepada Andrea.

Andrea melepas pelukan Ara lalu menangkup pipi gembul Ara.

Cup.

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Ara.
Andrea merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan kotak cincin. Andrea berlutut dihadapan Ara.

"Aku gak tahu harus berterima kasih kepada Tuhan dengan cara apa, karena-Nya aku bisa bertemu denganmu, mungkin bukan di tempat baik kita bertemu. Namun aku selalu berharap bahwa kita akan berakhir di tempat yang indah. Aku mempunyai masa lalu yang gelap, tapi aku menemukan cahaya ketika aku mengenalmu. Lupakan semua kenangan buruk kita di masa lampau, kita ukir cerita indah kita di masa depan. Saya Alexander Andrea Hitojaya ingin melamar engkau Arabella Wicaksono sebagai istri saya dan ibu dari anak-anak saya, kita arungi bahtera rumah tangga ini bersama, so Will you marry me?"

Ara terharu melihat perlakuan Andrea, tidak pernah ia merasa sebahagia ini. Ara mengusap air matanya yang keluar dari ujung matanya, lalu mengangguk dengan pasti.

"Iya Dre aku mau"

Andrea langsung memasangkan cincin berlian di jari manis Ara, Andrea berdiri lalu memeluk Ara.

"Thank you so much for everything" bisik Ara.

Andrea menatap Ara kemudian mencium Ara dengan lembut, Ara kini membalas ciuman Andrea mereka melampiaskan rasa rindu yang menggebu di dalam diri mereka.

Andrea melepaskan ciumannya lalu merangkul pundak Ara.

"Kamu liat, gak ada bintang kan?"

Ara menatap Andrea lalu mengangguk.

"Tau gak kenapa?"

"Enggak"

"Soalnya bintangnya iri liat kita"

Ara tersenyum tipis.

"Apaan sih Dre"

Andrea menatap Ara.

"I love you"

"Love you more"

***

"Nona Arabella Wicaksono?!"

Ara menatap Andrea, lalu tersenyum dengan dipaksakan.

"Saya membayar anda, bukan untuk malas-malasan! Kembali bekerja!"

Ara mendengus kesal mendengar itu.

Ara tersenyum semanis mungkin.

"Maaf pak"

Andrea meninggalkan Ara, sedangkan Ara kini menahan amarahnya, kalau saja ini bukan kantor sekarang Ara pasti akan mengomel kepada Andrea.
Ara menarik nafasnya lalu kembali mengerjakan tugas-tugasnya.

"Kenapa mba?" tanya Xavi karyawan baru yang beberapa bulan lalu menggantikan Ara.

Ara tersenyum.

"Biasa si boss marah-marah"

"Oh... Mba lembur?"

"Kayaknya, ini tugas harus beres hari ini juga"

Xavi kemudian menyerahkan susu cokelat hangat kepada Ara.

Ara menatap Xavi.

"Makasih ya"

Xavi mengangguk kemudian ia mengambil jaketnya.

"Gue duluan ya mba"

"Iya, makasih ya"

Saat Ara akan meminum cokelat hangat itu tiba-tiba Andrea merebutnya, membuat cokelat hangat itu tumpah.

"Ish, Dre apa-apaan sih?"

Andrea membuang cangkir itu ke tempat sampah, lalu menatap Ara dengan tajam.

"Apa aku menyuruhmu untuk menerimanya?"

Ara menatap Andrea dengan tatapan tidak percaya.

"Maksud kamu apa sih? Xavi baik ngasih aku minuman itu biar gak ngantuk"

"Dan kamu nerima gitu aja?"

"Maksud kamu apa sih Dre?!"

"Ra aku cowok, aku tahu dia natap kamu kayak gimana! Dia perhatian sama kamu dia suka sama kamu!"

"Dre! Semua orang tahu kalau aku calon kamu, plis jangan suka aneh-aneh deh!"

"Aneh-aneh? Itu kenyataan Ra, semua orang juga tahu Xavi suka sama kamu!"

"Siapa? Siapa yang bilang Xavi suka sama aku? Itu cuman perasaan kamu doang Dre! Plis kita udah dewasa Dre janganlah sesuatu yang kayak gini kamu besar-besarin kamu lampisain semuanya sesuka kamu"

"Aku cuman takut kehilangan kamu Ra!"

"Gak gini caranya Dre! Yang ada aku risih sama hubungan kita! Jadi Andrea yang dulu lagi! Jangan kayak gini"

Ara menarik nafasnya, menenangkan hati dan juga pikirannya.
Ia kemudian memeluk Andrea.

"Aku gak akan ninggalin kamu lagi"

Andrea melepas pelukan Ara, lalu mengambil berkas di meja Ara.

"Kerjain tugasnya di ruangan aku!"

Ara menghela nafasnya.

"Iya ayo!"

Ara menggandeng tangan Andrea, beruntung semua karyawan sudah pulang, hanya ada Andrea dengan Ara di kantor itu.

Saat mereka memasuki lift, tiba-tiba Ara mencium pipi Andrea. Andrea menatap Ara sedangkan sang empunya hanya menyengir tidak jelas.

Andrea menghela nafas.

"Tahu banget ya bikin aku gak marah lagi"

"Gampang bikin kamu gak marah mah"

Ara merasakan getaran di blazernya, iya mrngangkat telefon dari Ibell.

"Iya hallo Bell?"

"Lu dimana?"

"Masih di kantor, gue lembur"

"Kenapa emang?"

Ibell tidak menjawab ia hanya terus menangis.

"Lu kenapa sih Bell"

"Gue di labrak istri om Suryo"


















Tbc...

Holla apa kabar?

Jangan lupa di vote, komen, dan share luv you💜

Daydip,
2021.

My Possessive Boss [18+] [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang