Ara segera mematikan alarm yang sudah ia set sebelumnya, ya meskipun ia sudah terbangun lebih dulu.
Kata-kata dari ayahnya kemarin membuat dia terus kepikiran.
"Calon suami kamu baik, dan ayah setuju kalau kamu sama dia"
"Ck. Bisa sekali dia mengambil hati ayahku" batin Ara.
Ara melihat penampilannya di depan standing miror, ia merapikan blazernya dan juga mengikat rambutnya. Satu kantor dengan Andrea membuat Ara selalu emosi dan itu akan membuatnya kegerahan sehingga lebih baik dia mengenakan ikat rambut untuk saat ini. Tidak lupa juga ia langsung memakai kacamata anti radiasi, karena matanya terlalu sensitive jika melihat monitor komputer terlalu lama.
Ting tong... Ting tong... Ting tong...
Ara segera menghembuskan nafasnya pelan.
"Siapa yang datang berkunjung? Ini masih pagi hey" gumam Ara.
Ara segera keluar dari kamarnya, lalu melihat monitor di ruang tengah apartementnya.
Ara memastikan dengan jelas siapa yang datang. Ara segera membuka pintu dan sedikit terkejut mendapati Edward-kakak sepupunya kini sedang berdiri di depan pintu apartementnya.
"Kak Edward? Ada apa?" tanya Ara.
"Aku akan mengantarmu ke tempat kerja" ucap Edward dengan senyum yang mengembang.
"Eh, padahal gak usah repot-repot kak"
"Gak repot kok Ra. Oh iya kakak boleh masuk?"
"Ah iya, maaf kak Ara lupa, silahkan masuk kak"
Edward lalu memasuki apartement Ara, kini senyumnya semakin berkembang saat dia tahu bahwa foto Ara dengan dirinya masih di pajang, dan juga Ara masih mempertahankan dekorasi apartementnya yang ia sarankan dulu.
"Masih sama ternyata"
"Eh iya kak. Oh iya kakak mau makan? Aku buatin sarapan kesukaan kakak"
Edward mencubit pelan pipi Ara.
"Kamu tahu aja mau kakak apa"
Ara segera melaju menuju dapurnya dan membuat roti panggang dengan telur mata sapi dan juga alpukat. Beruntung bahan-bahan itu tersedia di kulkasnya.
Ara segera meletakan menu sarapan untuk Edward yang dirasa untuk Ara itu tidak akan membuatnya bertahan sampai jam 9 pagi.
Ara menatap iri pada makanan Edward, Edward bisa bertahan sampai makan siang hanya memakan makanan seperti itu sedangkan dirinya. Mie instan tidak pakai nasi hanya akan bertahan sampai parkiran saja.
Edward menatap Ara yang tak memakan sarapannya.
"Kamu kenapa?" tanya Edward.
Ara menatap Edward, lalu menggeleng.
"Enggak kok kak, aku gak kenapa-napa"
Ara segera melahap nasi, capcay dan ayam goreng yang kini tersaji di hadapnnya.
"Oh iya, katanya tante Dewi udah di operasi?"
Ara hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Kamu dapet uang dari mana?"
"Boss aku yang ngasih pinjem"
"Bukannya kamu baru kerja sehari? Emang udah bisa dapet pinjeman?"
Ara menghentikan makannya lalu menatap Edward.
"Boss aku itu temen aku, jadi aku pinjem ke dia"
Edward mengangguk.
"Kalau dia udah nagih, terus kamu lagi gak ada uang, kamu jangan sungkan ya minta ke kakak"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Boss [18+] [SELESAI]
RomansaBerawal dari kalah taruhan dengan sahabatnya membuat Arabella Wicaksono seorang gadis bertubuh gempal harus memasuki sebuah club malam dan harus berurusan dengan seorang ceo muda, tampan, dan kaya.