37

3 2 0
                                    

'maaf ya'

Kalian percaya dengan keajaiban? Nanda sendiri percaya akan adanya keajaiban. Karna ia mendapatkan nya hari ini. Setelah mendengar perkataan dokter yang katanya "Diluar dugaan saya, Ana lebih cepat sadar setelah drop tadi, sebuah keajaiban, kita harus percaya Tuhan itu yang maha kuasa" Senang bukan main. Bahkan ia lompat lompat tak tahu diri.

Memalukan.

Ya, setelah beberapa jam yang lalu ia menangis melihat Ana yang terbaring lemah, sekarang ia sudah melihat Ana tersenyum walau masih lemah dimatanya.

Pandangannya selalu ke samping, di tempat Ana yang sedang mengobrol dengan Ila dan Glory yang berceloteh panjang.

Mereka satu kamar. Nanda yang ingin. Agar tidak kangen katanya.

Varo menyikut lengan Nanda "senyum senyum mulu lo! ga inget tadi siang lo kenapa ha?"

Nanda tidak mengalihkan pandangannya "emang kenapa" Ucapnya tersenyum saat Ana melihat nya

Ana balas tersenyum lalu lanjut lagi mengobrol dengan teman teman nya

"Tangan lo, udah diperban gitu"

Nanda baru mengalihkan pandangannya ke Varo lalu sedetik kemudian beralih ke tangannya yang dibalut perban "sekarang dimana mereka?"

'Mereka' yang Nanda maksud tentu sudah diketahui Varo. June dan Dion sedang ke kantin ngomong ngomong.

"Udah di urus sama Tante Fasya sama Bunda lo juga"

"Diapain?"

"Ngga tau tuh"

Setelah itu, pintu kamar Ananda terbuka hingga seluruh atensi memandang pintu luar yang belum kunjung muncul orangnya.

June menyembulkan kepalanya hingga leher menatap Ana dan Nanda secara bergantian lalu berbicara "Ada Ditri sama Keyla" Tanpa suara

Ana dan Nanda tatap tatapan lalu Ana mengangguk mengijinkan Ditri dan Keyla masuk. Lagipula, buat apa melarang orang yang ingin menjenguk kita?

Ditri dan Keyla pun masuk, diikuti dengan Dion dan June di belakangnya. Mereka—Ana, Nanda, Varo, Ila, dan Glory menatap Ditri dan Keyla.

Sedangkan yang di tatap tersenyum canggung "Hai Ana, gimana kabar lo?" Tanya nya basa basi agak canggung

"Yah seperti yang lo liat, gue baik"

Ditri dan Keyla hanya mengangguk, Glory mempersilahkan mereka duduk di sofa. Ila hanya mendengus. Ia masih kesal setengah mati pada mereka berdua.

"Kita kesini mau bilang—"

"Bilang apa? Buruan" Ila memotong perkataan Keyla jengah

"La selow napa selow" Dion memprotes

Ila hanya menghela napas

"Maaf"

Satu kata yang diucapkan mereka berdua secara bersamaan membuat Ana tersenyum. Tandanya, mereka memang mengaku jika dulu mereka salah.

"Gapapa" Jawabnya tersenyum

"Lupain aja, itu kejadian juga udah lama, jadi sekarang kita damai aja ya" Katanya

Semua tersenyum mendengar ucapan Ana.

Ana menoleh pada Nanda "Nanda, udah maafin kan?"

"Nanda maafin kalo Ana juga maafin"

Ana tersenyum. Melihat Ila yang mencebik membuat nya gemas ingin menjambak rambut temannya itu.

"La udah napa, gue aja bisa maafin kok lo engga?" Kata Ana

Ananda [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang