25

33 8 0
                                    

Ana segera saja memasukkan semua bukunya ke dalam tas saat melihat Nanda sudah berada di ambang pintu kelas yang sepi.

Ana memakai tas ranselnya lalu berjalan ke arah pintu "yuk" Ajaknya

Mereka berjalan beriringan ke arah parkiran motor. Seperti biasa, Nanda memakai motor scoopy nya.

Ana tidak pulang dengan Glory dan Ila sekarang. Sebab, Nanda yang memaksa Ana agar pulang bersamanya. Katanya mau jalan jalan.

"Mau kemana? Tumben banget ngajak jalan jalan?" Ana membuka kaca helmnya dan bertanya pada Nanda

"Nanti lo tau, gue pengen aja ngajak lo"

Ana hanya mengangguk. Membiarkan angin sore menerpa wajahnya hingga membuat ia terkantuk.

Nanda melihat ke arah spion motor saat Ana tidak berbicara ataupun sekedar bersenandung lagu Korea nya.

Dilihatnya Ana yang menyenderkan kepalanya di bahu Nanda dengan mata menutup. Mereka masi mengenakan seragam ngomong ngomong.

Nanda hanya tersenyum lalu menarik kedua tangan Ana agar mendekap nya lebih erat "belum juga sampai" Gumamnya tersenyum

Nanda sudah sampai ditempat tujuan. Sudah sekitar sepuluh menit ia memarkirkan motornya di tempat parkir yang terlihat ramai itu.

Ana terusik kala ia mendengar suara bising "enghh, Nanda udah sampai?"

Nanda memutar bola matanya malas "di ajak kesini malah tidur, harusnya lo itu tidur waktu pulang! Kan gue bisa gendong lo kayak di drakor drakor terus berakhir---"

"Apa? Apa? Berakhir apa?" Ana memotong ocehan Nanda yang menjurus ke hal hal mesum

"Emangnya mau apa? Kan gue sekalian mau nginep, kayak biasanya" Jawab Nanda santai meninggalkan Ana sendirian di belakang.

Ana menghampiri Nanda ketika Nanda sedang membeli tiket "main tinggal aja centong sayur" Makinya

"Mau masuk apa enggak?"

Ana baru sadar, jika didepannya ini adalah pasar malam yang ada banyak wahana permainan. Ana langsung menarik tangan Nanda menuju ke dalam. Oh ya, sebelumnya Ana sudah mengalungkan kamera nya yang tadi sempat ia bawa ke sekolah.

"Nanda! Naik yuk! Itu naik itu!" Ujarnya antusias kala melihat wahana ekstrim yaitu rollercoaster

Nanda meneguk ludahnya. Ia sempat mengumpat dalam hati. Kenapa harus mengajak Ana kesini sih?! Sudah tau dia takut menaiki itu!

Tapi tak apa. Demi Ana. Karna Ana sangat senang jika berada disini. Nanda hanya menghela napas pasrah ketika Ana sudah membeli tiket untuk menaiki wahana tersebut.

"Lo gak lagi nahan takut kan?" Tanya Ana menggoda. Ana tahu betul, Nanda sangat takut jika menaiki ini.

"Eng-enggak kok! Yaudah ayuk naik!" Kini Nanda yang menarik tangan Ana agar duduk di bangku rollercoaster tersebut.

Ana hanya tersenyum jahil saat memasang sabuk pengaman dan menoleh ke arah samping melihat Nanda sudah berkeringat dingin. Kameranya sudah siap merekam ekspresi Nanda nanti. Tentu dengan sembunyi sembunyi.

Tapi, melihat wajah Nanda yang memucat itu. Ia jadi tidak tega. Bagaimanapun, Ana sangat tahu Nanda takut menaiki ini. Ia kan anak yang baik, jadi tidak ingin sahabat nya ini terluka. Eak.

"Nanda, gak jadi deh. Nanti lo pingsan lagi" Ana menyerah dan hendak membuka seatbelt nya. Tapi dihentikan oleh tangan Nanda.

"Enggak enggak, gue gak bakal takut, beneran deh" Nanda mencoba meyakinkan Ana.

Ananda [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang