Semua tatapan kini mengarah pada Ana. Ana sendiri tidak peduli. Pasti ia ditatap karna matanya yang sembab. Walaupun kemarin kejadiannya sore, tapi malamnya ia menangis lagi ketika mengingat kejadian kemarin dan sembilan tahun lalu itu.
Ia kemarin menangis sesegukan berharap seorang membuka jendelanya dan menenangkan dirinya. Tapi, apa daya? Ia saja tak tahu apa akibat Nanda marah padanya.
Sampai pada akhirnya ia menangis lalu tertidur dengan posisi tengkurap.
Ila terlihat heran karna melihat mata Ana yang sembab. Begitupun dengan Glory. "Na, lo kenapa?"
Alih alih menjawab pertanyaan Ila, Ana malah melangkahkan kakinya menuju kelas dengan pandangan yang kosong.
Membuat teman temannya tambah heran sekaligus khawatir. Kebetulan, Nanda lewat di depan Ila dan Glory setelah Ana sudah jauh.
Ila mencekal lengan Nanda "nan, Ana kenapa? Matanya kok sembab gitu? Lo tau kan pasti? Atau jangan jangan, lo lagi bertengkar sama Ana?"
Nanda jadi pusing mendengar nya "apasih la? Gue gak ngerti"
"Ana matanya sembab! Dia kenapa?"
"Emang Ana kenapa?"
"Njing! Gue tanyak malah nanyak balik! Jawab kek!"
"Gue emang beneran gak tau dia kenapa la!" Setelah menekankan kata tersebut, Nanda melangkah menuju kelasnya dengan perasaan campur aduk
"Mereka, kenapa sih la?"
"Gaktau deh glor"
~~~
Setelah pertanyaan Ila tadi, Nanda benar benar nekad membolos demi melihat Ana. Benarkah ia habis menangis?
Ia mengendap ngendap mengintip lewat celah pintu yang terbuka sedikit. Ia mencari keberadaan Ana.
Ah! Dia melihat nya! Disana ia melihat Ana yang tengah memperhatikan papan tulis dengan serius. Tapi, sepertinya tidak serius melainkan kosong.
Ia melihat mata sembab Ana yang masih membekas. Benar kata Ila. Nanda terus memperhatikan Ana. Sesekali Nanda melihat Ana menundukan kepalanya, betapa terkejut nya Nanda ketika melihat Ana mengangkat kepalanya tapi bersamaan dengan air matanya yang menetes.
Buru buru Ana menghapusnya. Tapi air mata itu jatuh lagi, ingin sekali rasanya Nanda mengusap pelan pipi Ana yang basah akan air mata itu dan menenangkan nya.
Ana menghapus lagi air mata yang terus berjatuhan itu. Hingga ia berdiri dari duduknya dan permisi untuk ke toilet.
Nanda pun mengumpat di balik pintu. Untung saja Ana tak menyadari keberadaan nya. Nanda melihat punggung Ana yang bergetar sambil sesekali mengangkat tangannya untuk menghapus air matanya. Nanda yakin, Ana menangis.
'Ana, Ana kenapa? Maaf, Nanda terlalu egois'
Sebuah tepukan mendarat di bahu Nanda. Membuat sang empu terkejut. "Nanda? Kamu ngapain disini? Owh, pasti mau lihat aku ya?" Seperti yg kalian ketahui, Ditri mengulas senyumnya
"Oh, enggak kok, aku cuma mau ke toilet. Byee Tri"
"Bye sayang!"
Demi apapun, Nanda sangat jijik mendengar Ditri menyebutnya seperti itu. Yaa, walaupun ia dan Ditri memang sudah berpacaran.
Nanda bodoh.
~~
Bel istirahat sudah berbunyi. Ana mengabaikan ajakan Ila dan Glory untuk menuju kantin. Ia memilih berdiam diri di kelasnya. Menenangkan pikirannya.